Selasa, 01 Mei 2012

Generasi Muda Jakarta Terancam 'Amnesia' Sejarah

JAKARTA - Pernah menonton film Night At The Museum? Jika belum, film ini sangat direkomendasikan untuk Anda pencinta koleksi peninggalan sejarah di Museum.

Film bergenre komedi ini menceritakan seorang pria bernama Larry Daley yang bekerja sebagai penjaga Museum. Masalah muncul saat malam tiba, di kala semua tokoh dan benda-benda bersejarah hidup secara ajaib.

Salah satu kejadian lucu terjadi saat fosil T-rex (dinosaurus) mengajak Larry bermain perang-perangan mengguakan salah satu tulang rangakanya. Fim ini diadaptasi dari buku cerita bergambar anak-anak yang mengisahkan sama seperti adegan di film.

Mengambil contoh film ini, terlihat jelas betapa besar minat masyarakat Amerika mempromosikan Museum, tak hanya kepada warga negara sendiri, melainkan juga kepada warga negara dunia. Museum yang selama ini dinilai kuno, membosankan, dan seram oleh sebagian besar masyarakat tersebut dikemas secara apik dan menarik dalam film ini.

Khusus di Tanah Air, museum kerap kali diacuhkan masyarakat. Padahal, keberadaannya bisa menjadi garda depan pengetahuan masyarakat terhadap sejarah bangsanya.

Untuk mencapai hal itu, pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pariwisata sudah menggulirkan program Visit Museum serta menggelontorkan dana untuk perbaikan fisilitas Museum. Siswa-siswa juga secara rutin diajak berkunjung ke museum. Lantas mengapa museum tetap kurang diminati dan masyarakat lebih suka jalan-jalan ke pusat perbelanjaan atau mal.

“Pengemasan sejarah harus kreatif juga. Rasa bangga dan cinta terhadap budaya sendiri harus dimulai dari diri sendiri,” kata Ketua Komunitas Historia Indonesia Asep Kambali kepada Okezone, belum lama ini.

Dia menyayangkan, generasi muda masa kini yang lebih antusias mempelajari budaya negara lain ketimbang sejarah Indonesia. Pemerintah, kata Asep, juga ikut memperparah keadaan dengan menghancurkan gedung bersejarah dan mendirikan mal di atasnya. “Contohnya sengketa atas pabrik es Saripetojo Solo,” ungkap pria kelahiran Cianjur, Jawa Barat, 16 Juli 31 tahun silam ini.

Asep pun khawatir generasi muda Indonesia mengalami ‘amnesia’ sejarah. “(Karena) untuk menghancurkan sebuah bangsa tidak perlu membombardir negara tersebut. Cukup hancurkan ingatan (sejarah) generasi mudanya,” imbuh lulusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini.

“Sejarah adalah alat untuk membangun jiwa yang akhirnya akan menumbuhkan Nasionalisme.” Untuk membuat sejarah diminati, Asep menyarankan agar mata pelajaran sejarah dimasukkan dalam Ujian Nasional (UN). Selain itu, semua pihak harus berperan aktif dalam melestarian sejarah.

“Malaysia, Brunei sampai sekarang saja masih mempelajari sejarah Indonesia, masak kita sendiri cuek,” ujarnya.

Sumber : http://jakarta.okezone.com/read/2012/04/30/500/620908/generasi-muda-jakarta-terancam-amnesia-sejarah
Related Posts : bersejarah , besar , indonesia , masyarakat , mempelajari , menghancurkan , museum , negara , salah

Tidak ada komentar :

Posting Komentar