Rabu, 02 Mei 2012

Menantikan Kehadiran MRT

Pekan lalu, Gubernur DKI Jakarta Fawzi Bowo akhirnya mencanangkan dimulainya proyek mass rapid transit (MRT). Konon, proyek ini, dari mulai diwacanakan sampai di-launching-kan memakan waktu hingga lebih dari 20 tahun. Proyek senilai Rp 16 triliun itu dilaksankan dengan penyandang dana terbesar JICA (Japan International Coperation).

JICA bersedia menutup 85 persen dana MRT dan sisanya 15 persen dari APBN. Negara matahari terbit itu mau berbaik hati memberikan cicilan berbunga ringan. Pada tahap awal, pemerintah akan menyulap Terminal Lebak Bulus menjadi stasiun layang RMT. Jika kelak proyek ini benar benar terwujud, maka Lebak Bulus - Bundaran HI bisa ditempuh hanya dalam waktu 30 menit.

Hal ini tentu sesuatu yang sangat melegakan, mengingat semakin semrawutnya keadaan Jakarta sekarang ini. Kemacetan parah tak lagi mengenal waktu. Jika sepuluh tahun lalu, kemacetan hanya terjadi di saat jam masuk kerja dan jam pulang kerja, saat ini kemacetan terjadi hampir di setiap waktu. Sulit, memprediksi waktu tempuh di Ibu Kota. Ini tentu sebuah ongkos yang juga terbilang mahal bagi dunia usaha.

Apa yang terjadi di DKI bisa dimengerti. Ini mengingat pertumbuhan jalan di Jakarta hanya kurang dari 1 persen per tahun, sedangkan kendaraan bermotor baru yang turun ke jalan mencapai 100.000 per hari. Jadi, jangan heran jika diprediksi tahun 2020 Jakarta akan mengalami kemacetan total dengan kerugian materiil mencapai puluhan triliun rupiah.

Saat ini, tingkat kemacetan Jakarta makin tak tergambarkan. BBM yang digadang-gadang akan dibatasi sama sekali tak menyurutkan banyaknya pengguna kendaraan pribadi ke Jakarta. Itu semua sudah barang tentu, selain karena harga BBM tergolong murah, juga akibat tidak nyamannya transportasi umum di Jakarta. Sudah tak terhitung, kasus-kasus perampokan bahkan pembunuhan yang meniimpa para pengguna kendaraan umum. Ini tentu sudah menggambarkan bagimana keadaan tranportasi umum di Jakarta sebenarnya. Tak nyaman bahkan tak aman.

Kita sangat berharap MRT benar-benar terwujud. Pasalnya, kita melihat bagaimana proyek monorail tak jelas juntrungan-nya lagi. Padahal, sudah barang tentu dana penelitian, survey dan lain-lainnya sudah keluar dalam jumlah yang besar, dan pastinya itu diambil dari APBN atau APBD. Belum lagi, adanya beberapa jalur busway yang juga tak kunjung beroperasi.

Artinya, bukan hal yang mudah mewujudkan transportasi umum yang aman dan nyaman di Jakarta. Jika benar-benar serius, Pemprov DKI harus total dengan proyek ini, dan hilangkan korupsi dari setiap lini proyek ini, mulai dari tender hingga pembangunannya. Jangan sampai proyek ini hanya jadi mimpi.

Sumber : http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=302431
Related Posts : jakarta , jalan , kemacetan , kendaraan , lebak , mengingat , total , transportasi

Tidak ada komentar :

Posting Komentar