Senin, 07 Mei 2012

Apa kabar monorel

Jakarta (Antara News) – Di tengah membludaknya jumlah kendaraan bermotor, meledaknya populasi kota, prediksi macet total pada 2014, dan tidak imbangnya transportasi massal, Pemerintah DKI Jakarta membatalkan pembangunan monorel tahun lalu.

Nasib tiang-tiang beton yang diantaranya berjejer di sepanjang Jalan Asia-Afrika dan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, pun menjadi tak menentu.

Warga Jakarta pun menanyakan nasib monorel yang dulu digadang-gadangkan sebagai solusi untuk masalah kemacetan di Jakarta.

“Monorel bisa membantu mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, asalkan pengelolaannya profesional,” kata Desi Ari Pratiwi, warga Jakarta berusia 22 tahun.

Pembangunan moda transportasi berbasis rel itu sudah tersendat sejak 2004 silam. Tujuh tahun kemudian Pemerintah Provinsi DKI Jakarta resmi membatalkan megaproyek itu.

Padahal, monorel, bersama transportasi publik yang sudah ada dan yang akan dikembangkan, menjadi jawaban untuk mengurangi kepadatan jalanan ibukota.

Monorel sendiri sedianya akan menggunakan elevated railway, jalur layang, sehingga tak memerlukan pintu lintasan seperti pada kereta api.

Mengurangi macet

Direktur Utama PT Jakarta Monorail Sukmawati Syukur berharap proyek ini dilanjutkan.

“Terutama monorel di jalur hijau. Monorel akan sangat menolong kemacetan yang ada di ruas jalan itu,” katanya kepada ANTARA News via selpon.

Proyek monorel Jakarta ini terbagi ke dalam dua jalur, jalur hijau dan jalur biru.

Monorel jalur hijau akan melayani rute Semanggi-Casablanca-Kuningan. Panjang lintasannya 14,2 km.

Sementara jalur biru sepanjang 12,2 kilometer melayani Kampung Melayu-Casablanca-Tanah Abang-Roxy.

Warga Jakarta pun berharap pemerintah melanjutkan proyek ini, apalagi jika dana memang tersedia.

"Pasti bisa mengurangi kemacetan, terutama pas jam-jam sibuk,” kata seorang warga Jakarta berusia 39 tahun bernama Iwan, tepat depan tiang-tiang beton di Jalan Asia-Afrika itu.

Tapi banyak juga yang berharap proyek ini dihentikan.

“Selama proyek pembangunan pasti jalan akan tambah macet dan bisa bikin jalan mati,” kata Desi, guru lepas yang kerap menyambangi pusat perbelanjaan di kawasan Senayan di mana Jalan Asia-Afrika berada.

Yang juga senang proyek ini dihentikan adalah para pedagang tanaman di trotoar Jalan Asia-Afrika.

“Kalau monorel jadi dibuat, bisa jadi trotoar nggak dapat sinar matahari karena terhalang jalur monorel. Ini nggak bagus buat tanaman kami," kata Rusdi, 50, penjual tanaman hias di trotoar Asia-Afrika.

Huzair, 40, rekan Rusdi sesama penjual tanaman, menyambung, “Kalau pembangunan monorel diteruskan, kita rugi. Bisa-bisa kita kena gusur karena trotoar dipakai buat stasiun atau kena pelebaran jalan. Lebih baik nggak usah deh.”

Tetap merawat

Tiang-tiang penyangga monorel itu yang masih berdiri kokoh itu pun menunggu vonis pemerintah.

Sementara pihak pengembang terus mengelolanya. Mereka kini sedang dalam proses amicable settlement dan belum membuat keputusan apa pun berkaitan dengan pemutusan kontrak kerja.

Proses amicable settlement itu sudah berlangsung sejak Januari lalu.

Pihak pengembang belum mau mencabut tiang-tiang yang sudah telanjur terpasang.

“Kami tetap melakukan maintenance pada tiang-tiang sudah terpasang,” kata Sukmawati.

Sukma menyatakan tiang-tiang beton itu belum beralih fungsi, namun bisa saja menjadi penyangga billboard selama tidak merusak strukturnya.

Monorel mungkin memiliki banyak kelemahan, seperti pada kondisi darurat bisa membahayakan penumpang, karena penumpang tak bisa bebas keluar mengingat rel berada di atas permukaan tanah.

Namun sistem ini juga memiliki kelebihan, diantaranya ruang yang dibutuhkan minimal sekali, baik secara horizontal maupun vertikal.

Sudah begitu, membangun lintasan monorel lebih murah ketimbang membangun rel kereta yang berkapasitas sama dengan monorel.

Jakarta mungkin benar belum membutuhkan monorel, tapi warga Jakarta jelas tak lagi bisa berharap pada sistem transportasi massal yang sudah ada.

Sumber : http://www.antaranews.com/berita/309350/apakabar-monorel
Related Posts : diantaranya , jakarta , jalan , kemacetan , kendaraan , membatalkan , pembangunan , pemerintah , penyangga , proses , settlement , transportasi

Tidak ada komentar :

Posting Komentar