Jumat, 20 April 2012

Politik Uang Tidak Laku di Jakarta

JAKARTA, KOMPAS.com — Jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2012, praktik politik uang rawan terjadi pada warga Jakarta. Namun, pada kenyataannya, warga Jakarta kini tidak lagi peduli pada praktik politik uang tersebut mengingat mereka mengimpikan pemimpin yang bersih.

Peneliti dari The Cyrus Network, Eko Dafid Afianto, mengakui bahwa saat ini warga Jakarta cukup cerdas sehingga praktik politik uang ini tidak akan mampu membuat seseorang memilih calon tersebut. Hal ini dibuktikan lewat survei yang dilakukan pada 8-16 April terhadap 1.000 responden. "Masyarakat sudah cerdas sehingga masalah politik uang ini tidak terlalu dikhawatirkan di Jakarta," kata Eko saat jumpa pers tentang hasil survei pra-Pilkada DKI Jakarta 2012, di Menteng, Jakarta, Rabu (18/4/2012).

Berdasarkan survei tersebut, sebanyak 40,8 persen memilih tetap menerima uang tersebut, teapi tidak akan memilih kandidat tersebut. Sementara 32,3 persen memilih untuk menolak uang dan tidak memilih kandidatnya. "Hanya 10,7 persen yang mau terima uang dan pilih kandidatnya. Ini tidak terlalu besar angkanya," ujar Eko.

Sementara untuk masalah bagi-bagi sembako dan kaus, ternyata juga tidak memengaruhi seseorang untuk menentukan pilihannya. Terbukti, sebanyak 46,3 persen tetap akan menerima barang tersebut, tetapi tidak akan memilih orangnya. Kemudian, 27,5 persen tidak akan mengambil barang dan tidak memilih orangnya. Sedangkan yang memilih untuk menerima barang dan tetap memilih kandidatnya hanya berada pada angka 10,5 persen. "Tidak berbeda jauh persentasenya. Artinya, masyarakat sudah paham sehingga kemungkinan terjadi kecil," tandasnya.

Sumber : http://megapolitan.kompas.com/read/2012/04/19/05441924/Politik.Uang.Tidak.Laaku.di.Jakarta
Related Posts : cerda , jakarta , politik , seseorang

Tidak ada komentar :

Posting Komentar