Jumat, 29 Juni 2012

Ah, Kampanye Pengentasan Angka Kemiskinan Sudah Basi!

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat ekonomi Henri Saparini menilai bahwa yang dibutuhkan pemimpin Jakarta mendatang bukan lagi mengentaskan angka kemiskinan. Hal terpenting di masa mendatang adalah membuka lapangan kerja agar warga tidak terjerumus ke dalam jurang kemiskinan.

Pada seminar bertajuk "Pilkada untuk Siapa" yang diselenggarakan di Gedung LIPI, Jakarta Selatan, Rabu (27/6/2012), Henri menerangkan bahwa angka kemiskinan di Jakarta terbilang kecil. Namun, warga yang berada di ambang batas angka kemiskinan cukup besar.

"Angka kemiskinan hanya sekitar tiga persen karena dasar perhitungan penghasilan Rp 355.000 setiap bulan. Karena itu, angka kemiskinan di Jakarta masih kecil dibanding rata-rata nasional dan daerah lain," papar Direktur Econit ini.

Namun, lanjut Henri, angka pengangguran di Jakarta tergolong tinggi. Jika tidak dicari jalan keluar, ia khawatir banyak warga yang justru sedang mengarah ke dalam ceruk kemiskinan. Atas dasar itu, ia menilai, prioritas Gubernur DKI Jakarta mendatang bukan lagi mengentaskan angka kemiskinan, melainkan solusinya, yaitu upaya menyediakan lapangan kerja.

Henri mengatakan, prioritas tersebut tentu dapat menyelamatkan orang yang mendekati standar miskin yang ada. Salah satu unsur paling kritis adalah munculnya generasi pengangguran pascakeluar dari bangku sekolah tingkat atas.

Akademisi yang menjadi panelis debat cagub DKI Jakarta tiga hari lalu ini menilai, menambah jumlah sekolah kejuruan juga bukan solusi masalah tenaga siap kerja.

"Dalam pemaparan visi misi, salah satu cagub ada yang membanggakan kualitas SMK-nya. Tapi faktanya, 18 persen lulusan SMK menjadi pengangguran," ujarnya.

Yang lebih penting, menurut Henri, adalah menyiapkan sistem pendidikan yang memiliki link dengan dunia kerja. Ia juga menilai, pemimpin Jakarta harus memiliki kreativitas untuk mempromosikan setiap setiap aspek yang menjadi keunggulan Ibu Kota.

Jakarta, misalnya, merupakan kota dengan berbagai warga dari hampir semua suku bangsa Nusantara berkumpul. Potensi ini sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk menjadikan Jakarta sebagai tempat promosi awal warisan budaya yang ada di seluruh Indonesia. Nyatanya, yang lebih sering terjadi adalah pecahnya konflik antarsuku.

"Di luar negeri terjadwal setiap bulannya terkait komunitas apa yang akan memamerkan kemampuannya. Turis asing dapat melihat jadwal tersebut dan menentukan waktu kunjungannya," kata Henri.

Ia berpandangan, pemimpin Jakarta mendatang seharusnya mampu meningkatkan potensi wisata tersebut. Selain itu, masalah kemacetan pun perlu diatasi karena sangat menghambat produktivitas warga.

Sumber : http://megapolitan.kompas.com/read/2012/06/28/06083315/Ah.Kampanye.Pengentasan.Angka.Kemiskinan.Sudah.Basi

Rabu, 27 Juni 2012

Dulu Trem, Sekarang Busway Menyusuri Jakarta

Jakarta Transportasi massal sejak dulu memegang peranan penting di Jakarta. Di tahun 1950-an trem listrik menjadi andalan warga Ibukota untuk melakukan mobilitas di tengah kota. Seiring waktu berlalu, angkutan ini mati. Hingga bertahun-tahun kemudian munculah bus besar yang berjalan di jalur khusus, busway.

Di buku 'Jakarta 1950-an, Kenangan Semasa Remaja' karya Firman Lubis, trem listrik beroperasi di beberapa jalur utama Ibukota. Masyarakat umum banyak menggunakan jasa angkutan umum peninggalan kolonial Belanda ini.

Sebenarnya angkutan ini sudah ada di Batavia (nama Jakarta kala itu) sejak pertengahan 1800 hingga 1900-an. Mulanya trem kuda yang mampu mengangkut 40 orang hadir pada 1869. Keberadaan trem kuda ditulis dalam buku 'Kisah Betawi Tempo Doeloe: Robin Hood Betawi' karya Alwi Shahab.

Tiga hingga empat kuda dikerahkan untuk menarik trem ini. Trem juga dilengkapi dengan terompet yang akan dibunyikan oleh kusir sebagai klakson. Untuk bisa menikmati perjalanan trem kuda ini, penumpang harus membayar 10 sen. Waktu operasinya kala itu adalah pukul 05.00-20.00 WIB.

Seiring perkembangan teknologi, keberadaan trem kuda lantas digantikan dengan trem uap yang muncul sekitar 1881. Lokomotif yang dijalankan dengan ketel uap menggantikan keberadaan kuda yang menarik trem sehingga memiliki rute yang lebih panjang.

Kala itu trem uap melintas dari Pasar Ikan sampai Jatinegara. Pasar Baru, Gunung Sahari, Kramat, Salemba, dan Matraman adalah kawasan yang dilintasi alat transportasi ini.

Kemudian pada 1900, teknologi terbaru ditemukan sehingga meminggirkan trem uap dan menggantikannya dengan trem listrik. Pada 1950-an ada sekitar 5 lin (dari bahasa belanda lijn yang berarti lintasan) di Jakarta. Lin-lin itu antara lain melintasi Kampung Melayu, Jalan Cut Mutia, Jalan Tanah Abang Raya (sekarang Jalan Abdul Muis), Harmoni, dan Pasar Ikan.

Pool dan bengkel besar trem listrik berada di Jalan Kramat Raya yang berada di seberang Gedung CTC. Namun kemudian tempat ini digunakan sebagai pool bus PPD.

Operasi trem ini kemudian dihentikan pada 1959. Tidak jelas mengapa pengoperasian alat transportasi ini dihentikan. Firman Lubis yang merupakan anak Betawi menduga trem sulit dioperasikan atau karena tidak ada dana untuk merawat dan meremajakannya.

Trem yang dulu pernah menderu di Ibukota tak ada lagi sisanya. Jalan khusus trem pun sepertinya sudah tertutup aspal jalanan. Bekas rel trem listrik pernah ditemukan saat dilakukan penggalian pinggir jalan daerah kota pada 2006 guna peremajaan kawasan Kota Tua. Hanya itu saja, tiang penyangga kabel listrik pun kini hanya tinggal cerita.

Firman Lubis menyayangkan hilangnya trem dari Ibukota. Sebab trem merupakan alat transportasi yang praktis dan bebas polusi. Di banyak kota besar di Eropa saja trem listrik menjadi transportasi umum yang diandalkan.

Puluhan tahun kemudian, lahirlah busway di Jakarta. Busway merupakan jalan khusus bagi bus TransJakarta, yang menjadi bagian dari sistem transportasi bus cepat atau Bus Rapid Transit di Jakarta. Ide pembangunan bus ini muncul pada 2001 dengan mengadopsi sistem TransMilenio yang sukses di Bogota, Kolombia.

15 Januari 2004 merupakan hari bersejarah busway, karena saat itulah pertama kali busway dioperasikan. Koridor I yang melayani Blok M - Kota menjadi satu-satunya area yang dilayani busway kala itu. Sejumlah masalah pun membayangi keberadaan busway, misalnya saat atap salah satu bus menghantam terowongan rel kereta api dan masalah teknis lainnya.

Sejumlah koridor kemudian ditambah untuk melayani mobilitas warga Jakarta. Hingga bulan keenam 2012 ini, sudah ada 11 koridor yang dioperasikan. Meski sudah 8 tahun beroperasi di Jakarta, namun masih ada masalah yang kerap mendera. Misalnya soal keluhan busway yang tidak steril, terkadang penumpang harus menunggu lama datangnya bus, atau terlalu berdesakannya penumpang di dalam bus.

Kendati sudah ada busway namun kemacetan masih menjadi masalah klasik Ibukota. Para cagub-cawagub DKI yang akan berkontestasi pada 11 Juli mendatang pun berlomba-lomba menyampaikan rencana solusi mengatasi kemacetan Ibukota. Mari kita tunggu 'obat manjur' gubernur-wagub DKI terpilih nantinya.

Sumber : http://news.detik.com/read/2012/06/26/133223/1951068/10/dulu-trem-sekarang-busway-menyusuri-jakarta?9922032

Senin, 25 Juni 2012

Ribuan Pengemudi Angkutan Keluhkan Pendapatan Merosot

JAKARTA (Suara Karya): Kemacetan parah di Jakarta berdampak buruk pada menurunnya pendapatan para pengemudi angkutan umum di Ibu Kota. Tidak kurang dari 4.800 pengemudi Koperasi Wahana Kalpika (KWK) mengeluhkan merosotnya pendapatan mereka pada rapat anggota tahunan (RAT) KWK ke-26 di Jakarta, Sabtu (23/6).

Akibat macet, penumpang enggan menggunakan angkutan umum, bahan bakar minyak (BBM) terbakar sia-sia, dan waktu tempuh trayek menjadi lama. Jika nasib sedang tidak mujur, mencari setoran saja sulit, tidak bisa membawa sisa penghasilan ke rumah.

Tak hanya pengemudi yang mengeluhkan penghasilan, para pemilik armada KWK juga mengalami dampak dari kemacetan, yakni kerusakan suku cadang (spare part) menjadi lebih cepat, sehingga beban biaya pemeliharaan kendaraan tidak sebanding dengan penghasilan. Akibatnya, pengusaha KWK tidak bisa melakukan peremajaan kendaraannya.

Yang terjadi, banyak sekali KWK dan kendaraan angkutan umum sejenis kondisinya tidak layak operasi di Jakarta, namun tetap dijalankan sehingga pelayanan kepada para penumpang di bawah standar.

"Kami sering sekali menerima keluhan dari para anggota dan pengemudi tentang menurunnya pendapatan sopir dan beban biaya yang ditanggung pemilik armada KWK. Kami terus berharap Pemprov DKI memperhatikan kesulitan para awak KWK dan pemiliknya. Misalnya, dengan diberi kredit bunga ringan, sehingga kami bisa meremajakan kendaraan," ujar Ketua Umum KWK DKI Jakarta H Laode Djeni Hasmar kepada wartawan.

"Seharusnya Pemprov DKI bisa membantu pengusaha KWK dengan merekomendasikan kepada Bank DKI untuk memberikan pinjaman lunak, agar mereka bisa melakukan peremajaan armada yang sudah tidak layak beroperasi. Dengan demikian, para pengguna angkutan umum, khususnya KWK, mendapat kenyamanan yang memadai," kata Ketua Dewan Penasihat KWK DKI, H Prya Ramadhani.

Lebih lanjut Laode Djeni Hasmar mengatakan, selain masalah kemacetan dan segala dampak buruknya, Dinas Perhubungan DKI tidak mampu menertibkan angkutan ilegal dari kota perbatasan yang beroperasi hingga ke tengah Kota Jakarta. "Sudah berulang kali kami keluhkan dan meminta kepada Dinas Perhubungan DKI untuk menertibkan angkutan pelat hitam, tetapi tidak direspons secara sungguh-sungguh. Kasihan pengemudi KWK yang penumpangnya diserobot pelat hitam," kata Laode. Anggota KWK mencapai 4.800, namun setiap unit armada memiliki 2 orang pengemudi.

Hal senada dikatakan Bendahara DPD KWI DKI, H Taufik Azhar. Dalam penertiban angkutan pelat hitam, Dishub DKI tidak mampu berbuat apa-apa. Sebab, menurut dia, pemilik angkutan ilegal tersebut oknum pensiunan pegawai Dinas Perhubungan DKI dan oknum perwira Polri. (Yon Parjiyono)

Sumber : http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=306145

Jumat, 22 Juni 2012

Hati-hati Makan Seafood dari Teluk Jakarta

Metrotvnews.com, Jakarta: Jika Anda suka menyantap seafood, ada baiknya Anda mulai memperhatikan asal usul seafood yang Anda santap sebelum terlambat. Mungkin saja seafood yang Anda makan didatangkan dari Teluk Jakarta, yang sudah sangat tercemar logam berat dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) lainnya.

Dikutip dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) pada tahun 2011, sedikitnya 21 perusahaan besar membuang limbahnya ke perairan Teluk Jakarta. Tidak hanya itu. Sebagian dari 6.500 ton sampah yang dihasilkan di Jakarta per-harinya masuk ke 13 aliran sungai yang bermuara ke Teluk Jakarta.

Teluk Jakarta adalah pintu gerbang ibu kota Jakarta dari sisi utara. Selain berperan strategis bagi perekonomian Indonesia, Teluk Jakarta juga dijadikan banyak nelayan dan petani tambak sebagai tempat budidaya.

Tapi, kondisi perairan Teluk Jakarta sudah sangat tercemar. Sejak 1979, para peneliti di Batan Atom Nasional (Batan) telah mendapati bahwa kadar logam berat dalam air di Teluk Jakarta tergolong tinggi. Bahkan di beberapa lokasi seperti Muara Angke, kadar logam beratnya cenderung meningkat.

Tingkat pencemaran yang demikian dahsyat membuat Teluk Jakarta disebut-sebut sebagai teluk paling tercemar di Asia. Hal tersebut akibat pembuangan limbah industri dan rumah tangga yang memperparah kondisi perairan teluk.

Meskipun tercemar parah, sampai saat ini masih banyak saja udang, kerang dan beberapa jenis ikan hasil tangkapan dari Teluk Jakarta yang dijual dan dikonsumsi penduduk Jakarta. Contohnya kerang hijau masih jadi komoditas favorit dari Teluk Jakarta, karena harganya yang lebih murah.

Tapi, apa jadinya bila kita menyantap seafood dari perairan yang tercemar parah? Jelas bukan kesehatan yang Anda peroleh. Tingkat kesuburan justru akan menurun dan angka kecerdasan pun bakal berkurang.(Ant/Wtr4)

Sumber : http://www.metrotvnews.com/metromain/news/2012/06/21/95625/Hati-hati-Makan-Seafood-dari-Teluk-Jakarta

Kamis, 21 Juni 2012

Warga Jakarta Rugi Rp45 Triliun karena Macet

Metrotvnews.com, Jakarta: Kemacetan di Jakarta menimbulkan kerugian yang sangat besar. Potensi kerugian akibat masalah itu mencapai Rp45 triliun.

Kemacetan parah menjadi pemandangan sehari-hari di Jakarta. Berbagai studi pun melakukan penelitian mengenai dampak ekonomi akibat kondisi tersebut.

Pada 2010, Dinas Perhubungan DKI Jakarta mendata potensi kerugian hingga Rp45 triliun. Biaya terbesar yakni kehilangan waktu.

Sementara seorang pakar lingkungan Universitas Indonesia, Firdaus Ali, memprediksi kerugian mencapai Rp28 triliun. Biaya tertinggi akibat pemborosan bahan bakar minyak.

Beda lagi dengan hasil studi Kementerian Perekonomian. Instansi tersebut mencatat potensi kerugian akibat operasional kendaraan dan pemborosan BBM mencapai angka Rp27 triliun.(RRN)

Sumber : http://www.metrotvnews.com/read/newsvideo/2012/06/20/153496/Warga-Jakarta-Rugi-Rp45-Triliun-karena-Macet/6

Rabu, 20 Juni 2012

Presiden dan Foke Digugat Lantaran Kemacetan Jakarta

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gerah karena kemacetan Jakarta tak terurai, Agustinus Dawarja dan Ngurah Anditya siang ini menggugat Presiden dan Gubernur DK Jakarta Fauzi Bowo ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

"Ini gugatan class action kepada Presiden dan Gubernur DKI Jakarta karena tak dapat mengatasi kemacetan di Jakarta," ujar Ngurah kepada wartawan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, Selasa (19/6/2012).

Ngurah menjelaskan, selama ini kebijakan pemerintah, khususnya Pemprov DKI Jakarta lemah dalam mengurus ruas jalan di Jakarta seperti adanya pembiaran kendaraan parkir di bahu jalan yang seharusnya bukan lahan parkir sehingga mempersempit luas jalan.

Ngurah melanjutkan, kemacetan tersebut telah merugikan masyarakat Jakarta. Kerugian tersebut tidak bukan hanya kerugian materiil seperti pemborosan bahan bakar, tetapi juga kerugian immateriil.

"Kerugian imateriil misalnya kelelahan fisik, stres, tidak nyaman, terpotongnya jam kerja, lingkungan yang tidak bersih," ujar Ngurah.

Untuk itu, Ngurah menjelaskan, pihaknya meminta presiden dan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo atau Foke untuk segera membuat kebijakan yang tegas untuk menanggulangi kemacetan di Ibukota.

"Kami berharap Pemerintah dan Pemprov DKI Jakarta terbitkan kebijakan untuk menanggulangi kemacetan di Jakarta," ujar Ngurah.

Sumber : http://jakarta.tribunnews.com/2012/06/19/presiden-dan-foke-digugat-lantaran-kemacetan-jakarta

Selasa, 19 Juni 2012

Awas! Tiang Penyangga Tol Tanjung Priok-Pluit Keropos

JAKARTA, Kompas.com - Beberapa tiang penyangga jalan tol Tanjung Priok-Pluit yang berlokasi di wilayah RW 07 dan 08, Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara, kondisinya memprihatinkan. Pantauan Kompas.com, Senin (18/6/2012), terlihat setidaknya lima tiang dengan diameter 40 cm yang kondisinya keropos parah hingga terlihat kerangka besinya.

Belasan tiang juga berpotensi mengalami pengeroposan. Selain itu juga terdapat tiang yang menghitam akibat pembakaran sampah.

Warga RT 13/08 Kelurahan Papanggo, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jaya (52) menduga, tiang-tiang tersebut terlihat keropos akibat kualitas semen yang kurang baik. Ia memperlihatkan saat mencopot serpihan retakan semen dan batu di salah satu tiang penyangga.

"Nah ini lihat batu-batu pada copot, memang campuran semen, pasir sama batunya jelek," ujarnya.

Jaya menambahkan, sebelum dilapisi beton, tiang asli jalan tol tersebut dianggap tidak tahan panas. "Dulu saat belum dilapisi, warga membakar sampah di sekitar kolong jembatan, sehingga tiang-tiang jalan tol tersebut banyak yang retak," paparnya.

Keroposnya tiang-tiang penyangga tersebut membuat warga khawatir terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. "Ya, khawatir, tapi mau bagaimana lagi. Kalau ambruk memang mungkin tidak, tapi kalau lama-lama kan berbahaya juga," ungkap Jaya.

Jaya juga menjelaskan, warga sudah melaporkan ke pihak kelurahan. Selain itu juga diakui pernah ada petugas yang melakukan pantauan ke lokasi tersebut. "Ada petugas yang datang dan mengecek kondisi tiang-tiang. Tetapi hanya difoto dan sampai sekarang belum ada tindak lanjut dan perbaikan," jelasnya.

Sementara itu, Lurah Papanggo, Sutardjo mengatakan, pihak kelurahan sudah mengetahui adanya pengeroposan tiang-tiang tersebut, dan sudah melaporkan secara lisan kepada Camat Tanjung Priok, dan akan dikoordinasikan kepada PT Citra Manggala Nusapala Persada (PT CMNP) sebagai pengelola agar segera diperbaiki.

"Ini bukan kewenangan swasta yaitu PT CNMP sebagai pengelola jalan tol tersebut. Sudah dikoordinasikan dengan camat, semoga ditanggapi dan segera diperbaiki," ujarnya.

Sumber : http://megapolitan.kompas.com/read/2012/06/18/17591713/Awas.Tiang.Penyangga.Tol.Tanjung.Priok-Pluit.Keropos

Senin, 18 Juni 2012

Usia 485 Tahun, tapi Masih "Kumpul-Angkut-Buang"

JAKARTA, KOMPAS.com — Kota Jakarta sebentar lagi akan merayakan ulang tahun yang ke-485. Namun, sampai saat ini kota terbesar sekaligus ibu kota Indonesia ini masih mengelola sampah dengan pola konvensional.

"Jakarta sudah berusia 485 tahun, tapi urus sampah masih pakai cara konvensional, kumpul-angkut -buang," kata Ubaidillah, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) DKI Jakarta, saat dihubungi Kompas.com di Jakarta, Sabtu (16/6/2012).

Menurut Ubaidillah, penanganan sampah dengan cara demikian merupakan suatu ironi. Setelah sekian tahun, Jakarta masih mengandalkan cara lama yang dipakai sejak zaman Orde Lama, mengumpulkan sampah, mengangkut, dan membuang di tempat pembuangan akhir (TPA).

"Apalagi yang dipakai di TPA Bantar Gebang masih teknik open dumping. Sampah ditumpuk-tumpuk di tempat terbuka," kata Ubay, sapaan Ubaidillah.

Teknik ini bisa menjadi barometer sejauh mana Kota Jakarta memberikan perhatian terhadap lingkungan hidup. Open dumping atau penumpukan sampah di tempat terbuka pada TPA bukanlah pilihan yang ramah lingkungan karena membiarkan gas methane dan air lindi mencemari lingkungan sekitar. Apalagi, penanganan yang terpusat pada TPA membuat jalur pengangkutan lebih panjang dan kurang efisien.

"Pola penanganan sampah seharusnya terintegrasi dengan pendekatan teknologi yang jelas. Mau diapakan sampah itu, akan dihabiskan, akan didaur ulang, akan diolah menjadi energi alternatif, atau akan diapakan?" katanya.

Menurut Ubay, perencanaan yang lebih serius sudah selayaknya dikedepankan. Pasalnya, seluruh unsur pendukung perencanaan sudah terpetakan dengan jelas. Misalnya, volume sampah per hari di Jakarta, karakteristik sampah, dan sumbernya.

Untuk mendukung langkah tersebut dibutuhkan perangkat peraturan perundang-undangan yang jelas. Undang-Undang No 18 Tahun 2008 tentang Persampahan dinilai masih jalan di tempat lantaran belum adanya perda atau pergub sebagai petunjuk pelaksana atau petunjuk teknis. Dalam perda atau pergub tersebut, kata Ubay, harus diuraikan secara tegas dan jelas teknik pengolahan sampah yang terintegrasi dengan pendekatan teknologi.

"Misalnya, volume sampah yang mencapai 6.500 ton per hari akan diolah menjadi energi alternatif. Lalu, misalnya dipatok target seluruh Jakarta Timur akan dipasok listrik dari energi alternatif itu," papar Ubay.

Dengan perencanaan dan target yang terarah, ia meyakini akan terjadi perubahan dalam pola penanganan sampah di Jakarta. Selain itu, sampah pun akan mendatangkan manfaat ekonomis bagi pemerintah, bukannya sekadar menghabiskan anggaran.

Sumber : http://megapolitan.kompas.com/read/2012/06/16/10490088/Usia.485.Tahun.tapi.Masih.Kumpul-Angkut-Buang

Jumat, 15 Juni 2012

Cara Kelola Parkir DKI Atasi Macet Total 2014

VIVAnews - Sebagai ibukota, Jakarta membutuhkan pengelola parkir profesional di masa mendatang. Dengan pengelolaan parkir yang efektif diharapkan mampu menjadi faktor pendukung mengatasi kemacetan.

"Parkir menjadi bagian tidak terpisahkan dari pengendalian macet," kata Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, Kamis 14 Juni 2012.

Kendala utama yang dihadapi terkait dengan kemacetan adalah pertumbuhan kendaraan yang tidak sebanding dengan pertumbuhan ruas jalan. Peningkatan jumlah kendaraan mencapai 9,5 persen per tahun. Sedangkan ruas jalan hanya 0,01 persen per tahun. Akibatnya, rata-rata kecepatan kendaraan relatif rendah, sekitar 15-20 km per jam.

Penambahan jumlah kendaraan bermotor mencapai 2.150 per hari. Terdiri atas 550 kendaraan roda empat dan 1.600 kendaraan roda dua pada 2011.

Jumlah itu harus dibebani dengan 1,3 juta kendaraan yang masuk dari sekitar Jakarta setiap hari. Bila dibiarkan, pada 2014 dikhawatirkan Jakarta akan mengalami macet total.

"Itu artinya tinggal dua tahun lagi dan kita harus memecahkan persoalan macet bersama-sama," ujar Foke.

Terkait permasalahan itu, Pemprov DKI telah membangun gedung-gedung parkir dan kawasan parkir terpadu, sambil menyiapkan penetapan sistem tarif jalan atau electronic road pricing (ERP) pada kawasan 3 in 1 sebagai kawasan percontohan untuk mengendalikan penggunaan kendaraan pribadi.

Menurut Fauzi Bowo, kawasan parkir yang dikelola swasta perlu dibangun lebih banyak. Meski harus disetujui DPRD terlebih dahulu. Bahkan, tarif tinggi dimungkinkan untuk diterapkan meski pada zona-zona tertentu. (adi)

Sumber : http://metro.vivanews.com/news/read/325067-pengelolaan-parkir-dki-atasi-mecet-total-2014

Rabu, 13 Juni 2012

Warga: Janji Atasi Banjir Cuma Pepesan Kosong

INILAH.COM, Jakarta - Meski telah banyak janji-janji dan program yang disampaikan oleh para calon gubernur untuk mengatasi banjir, namun hal itu tidak cukup membuat warga percaya jika banjir di Jakarta bisa teratasi. Sebagian besar warga pesimis ada gubernur yang mampu mengatasi banjir di pemukiman warga.

Sebagian warga menilai, banjir tidak hanya datang saat wilayah Jakarta dilanda hujan, tapi juga bisa disebabkan dari air kiriman dari wilayah Bogor melalui Kali besar seperti Kali Ciliwung ataupun Kali Pesanggrahan.

Seperti halnya yang diakui Beri (49) warga RT 04/03 Kampung Melayu, Jakarta Timur yang mengatakan bahwa selama tinggal di bantaran Kali Ciliwung, dirinya hanya mendengar janji-janji dari gubernur yang mampu mengatasi banjir. Namun kenyataannya, banjir masih terus menjadi ancaman warga Kampung Melayu. "Kalau menjelang Pilkada sudah biasa semua calon gubernur ngaku akan mengatasi segala permasalahan di Jakarta. Tapi nanti setelah terpilih, mereka lupa. Atasi banjir cuma jadi pepesan kosong," ucapnya, Rabu (13/6/2012).

Menurutnya, untuk mengatasi banjir di Jakarta bukanlah perkara mudah. Karena setiap pergantian Gubernur DKI Jakarta, banjir terus membayangi warga. "Banjir di sini sudah dari zamannya Gubernur Suryadi Sudirja. Dan sekarang ada lagi calon gubernur yang janji-janji mau atasi banjir, bagaimana kita bisa percaya," ujarnya.

Hal senada juga dikatakan Ilyas (35) warga Kalibata, Jakarta Selatan yang menurutnya banjir di pemukimannya sudah terjadi sejak puluhan tahun. Pasalnya, saluran airnya selalu mengalami mampet akibat banyaknya sampah yang jarang sekali diangkat. "Banjir sudah terjadi sejak saya kecil dan sampai sekarang juga masih terjadi banjir kalau hujan deras. Karena dari pemerintahnya sendiri sangat jarang bersihkan gorong-gorong saluran airnya," katanya.

Menurutnya, banjir di kawasan Kalibata disebabkan oleh sampah yang menumpuk di gorong-gorong samping Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata yang berbatasan dengan Apartemen Kalibata City. Bahkan gorong-gorong saluran air itu sudah belasan tahun tidak pernah dibersihkan. "Gorong-gorongnya pernah dibersihkan diangkat sampahnya tapi itu belasan tahun lalu, sudah lama sekali," keluhnya.

Karena itu para warga berharap siapapun yang menjadi Gubernur DKI Jakarta nanti agar benar-benar memberikan perhatian khusus kepada warga yang kerap mengalami banjir. Baginya yang terpenting bukanlah memberikan solusi apalagi mengiming-imingi, tapi setidaknya gubernur harus peduli kepada warga korban banjir. Sehingga benar-benar bisa dipercaya oleh masyarakat.[bay]

Sumber : http://metropolitan.inilah.com/read/detail/1871556/warga-janji-atasi-banjir-cuma-pepesan-kosong

Selasa, 12 Juni 2012

Jakarta Masuk 10 Kota Paling Dibenci Wisatawan Asing

JAKARTA memang bukanlah kota wisata utama di Indonesia. Popularitasnya kalah pamor dibandingkan Kuta, Bali. Namun yang mengejutkan, Jakarta ternyata masuk 10 kota yang paling dibenci oleh turis asing, versi situs wisata CNNGo.

Situs CNNGo baru saja mengeluarkan daftar 10 kota yang paling dibenci oleh wisatawan dunia. Ternyata, Kota Jakarta termasuk di dalamnya. Di antara 10 negara, Jakarta menempati peringkat ketujuh sebagai kota yang paling dibenci.

"Jakarta, dari perspektif wisatawan, adalah kota yang penuh tuntutan, kejutan, dan kesulitan," tulis seorang ekpatriat yang akhirnya mencintai Jakarta setelah enam bulan menetap kepada TripAdvisor. Lebih lanjut, seperti dituliskan CNNGo, Kota Jakarta yang luas namun penuh kemacetan, polusi, kemiskinan, serta wisata yang hanya berpusat di mal membuatnya tidak disukai wisatawan.

"Rata-rata wisatawan asing tiba di Jakarta hanya sebagai batu loncatan sebelum melanjutkan perjalanan ke Bali, Yogyakarta, ataupun Sumatera," seperti disitat CNNGo, Senin (11/6/2012).

"Rata-rata turis menghabiskan waktu 7,84 hari di Indonesia, menurut Badan Pusat Statistik Indonesia. Namun nyatanya, mereka hanya butuh waktu 7,84 detik untuk memutuskan bahwa Jakarta bukanlah kota yang tepat untuk diapresiasi," lanjutnya.

Dalam daftar 10 kota paling dibenci wisatawan dunia, Jakarta menempati peringkat ketujuh. Peringkat pertama diduduki oleh Kota Tijuana di Meksiko. Turut masuk dalam daftar ini adalah Kota Sydney, Melbourne, Paris, Timbuktu, Los Angeles, Lima, New Delhi, Kairo, dan Belize.

Sumber : http://travel.okezone.com/read/2012/06/11/407/645079/jakarta-masuk-10-kota-paling-dibenci-wisatawan-asing

Senin, 11 Juni 2012

Festival Betawi di Hutan Srengseng, Macet di Luar, Kusut di Dalam

JAKARTA, KOMPAS.com — Datang ke Festival Budaya Betawi di Hutan Srengseng rupanya harus siap berjibaku dengan macet dan kusut, baik di luar maupun di dalam area tempat acara berlangsung. Macet di jalan di depan kawasan Hutan Srengseng terjadi akibat sejumlah kendaraan parkir di bahu jalan. Padahal, jalanan tersebut hanya muat dilalui dua mobil.

Satpol PP yang bertugas mengatur lalu lintas tampaknya juga tidak dapat mengatasi kemacetan tersebut. Sementara di dalam Hutan Srengseng, ribuan pengunjung telah memadati jalan-jalan setapak di dalam kawasan. Sejak pagi pukul 09.00 pengunjung terus mengalir, terutama karena menunggu kedatangan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo yang baru datang sekitar pukul 11.30.

Sebagian jalan setapak di dalam kawasan Hutan Srengseng penuh dengan pedagang kaki lima. Sebagian besar berdagang makan an, seperti bakso, mi ayam, ketoprak, siomay, atau jenis-jenis jajanan lainnya. Sebagian lagi berjualan mainan dan aksesori pakaian. Ada juga pedagang makan an tradisional, tetapi jumlah dan keragamannya kalah dengan jenis jajanan lainnya.

Hanya ada kerak telor, dodol, dan bir pletok. Jumlah pedagang kerak telor bisa dibilang cukup banyak dibanding dodol dan bir pletok yang hanya dititipjualkan di sedikit tenda Sudin DKI Jakarta.

Pedagang kaki lima tumplek di ruas jalan setapak dari jalur masuk menuju danau buatan. Di jalan setapak yang hanya selebar 1,5 meter itu, pengunjung memang paling banyak lewat. Akibatnya, jadi sulit bergerak karena yang hendak lewat terpaksa tertahan mereka yang hendak berbelanja. Jalan setapak menuju ke sekitar danau, yang sudah penuh dengan pedagang kaki lima, juga harus berbagi tempat dengan pedagang mainan odong-odong yang menggelar rel kereta odong-odong di sejumlah titik.

Semua pedagang tampak berusaha berebut spot yang paling dekat dengan tempat orang lalu lalang. Sampah tentu saja bertebaran di mana-mana, baik di jalan setapak di sekitar kawasan maupun di antara pepohonan Hutan Srengseng yang menjadi paru-paru kota di Jakarta Barat.

Sungguh sulit mencari tempat sampah karena hanya tersedia di beberapa sudut. Jadi, tidak heran bila pengunjung merasa cuek dan tidak bersalah untuk meninggalkan begitu saja sampah plastik bekas makan an dan minuman di mana-mana. Di bawah kursi, di jalan setapak, di pinggir danau, diselipkan di pagar, atau bahkan dilempar sekuat tenaga ke dalam area pepohonan di kawasan hutan lindung.

Acara budaya ini, seingat Kompas, selalu sama kondisinya dari tahun ke tahun. Sungguh sayang, kesan kotor dan ruwet begitu terasa di ajang yang sebenarnya telah dapat menarik ribuan pengunjung untuk mengenal hutan kota. Di hari biasa, kebiasaan berwisata atau menghabiskan akhir pekan ke hutan atau taman kota masih kalah dengan pergi ke mal.

Seandainya lebih ditata tentu lebih ciamik. Misalnya, dengan menempatkan pedagang kaki lima di satu lokasi. Juga memperbanyak tempat sampah yang dilengkapi anjuran untuk tidak membuang sampah sembarangan. Selain itu, yang juga kurang adalah papan pengumuman informasi jadwal acara bagi pengunjung, lengkap dengan denahnya.

Banyak pengunjung yang ketika ditanya tidak tahu apa saja acara-acara kesenian yang akan berlangsung. Jawaban mereka rata-rata sama, "Ke sini (acara festival) lihat ondel-ondel, jalan-jalan, jajan, lalu pulang."

Sumber : http://oase.kompas.com/read/2012/06/09/13370692/Festival.Betawi.di.Hutan.Srengseng.Macet.di.Luar.Kusut.di.Dalam

Jumat, 08 Juni 2012

JAKARNAVAL 2012: Aceh Hingga Papua Ikut Serta

JAKARTA: Jakarnaval 2012 melibatkan provinsi lain untuk memeriahkan acara yaitu, Nusa Tenggara Barat, Aceh, Sumatera Utara, Jawa Barat, Papua, dan Jambi.

Penyelenggaraan karnaval ini merupakan kegiatan tahunan, sebagai bagian dari perayaan HUT ke-485 Kota Jakarta. Wakil Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Tinia Budiati, menjanjikan acara ini berlangsung tertib dan tetap menjaga kebersihan lingkungan.

"Tahun lalu melibatkan sampai ratusan ribu masyarakat. Karena ini agenda tahunan, jadi segala sesuatunya telah dikoordinasikan seperti tahun sebelumnya," ujar Tinia, di Balai Kota, Kamis (7/6)

Dalam acara akan dimeriahkan pula oleh 1.000 anak negeri karnaval yang akan tampil dengan menggunakan kostum bermotif batik nusantara dari Solo Jawa Tengah.

Jakarnaval yang diselenggarakan pada 10 Juni ini, akan berlangsung selama 3 jam sejak pukul 15.00-18.00 WIB. Masyarakat dapat menikmati sajian kreativitas dan atraksi seni budaya. Rangkaian acara juga mencakup panggung hiburan di malam harinya.

Adapun rute yang akan dilalui oleh peserta dimulai dari halaman Kantor Balai Kota menuju Jl. MH. Thamrin. Kemudian peserta akan berputar di perempatan Sarinah dan berakhir di Silang Monas Barat Daya. Sedangkan parade kendaraan dan mobil hias dimulai dari Kantor Balai Kota menuju Jl.MH. Thamrin dan berakhir di Bundaran HI.

Jumlah peserta yang berpartisipasi adalah 3.151 orang, yang terdiri atas arak- arakan motor antik, sepeda, kelompok seni budaya, juga 25 unit mobil hias. (faa)

Sumber : http://www.bisnis.com/articles/jakarnaval-2012-aceh-hingga-papua-ikut-serta

Rabu, 06 Juni 2012

Pasar Pramuka, surganya penikmat burung

Jakarta (ANTARA News) - Kicauan burung dalam beragam irama ramai bersahutan di gang-gang sempit di pasar burung Pramuka, Jakarta.

Pasar yang terletak di pinggir Jalan Pramuka, Jakarta, ini sepertinya masih menjadi surganya para penikmat burung, karena berbagai jenis burung bisa ditemui di pasar itu. Mulai dari burung lokal hingga impor ada di situ, dan harganya dari ratusan ribu sampai yang jutaan rupiah.

Di kiri kanan terlihat burung-burung berbagai jenis, dipajang untuk menarik minat para pembeli. Mulai dari Kenari, Jalak, Cucak Jenggot, Anis Merah, Kacer sampai Murai Batu, semuanya ada.

"Namun, di sini primadonanya Murai Medan," kata Aldo Renaldo, salah seorang pedangang di lantai 3 pasar burung.

Aldo mengaku bisa menjual Murai Medan dengan harga Rp2.250.000,00. Menurutnya, burung yang ukurannya hanya segenggam tangan orang dewasa itu berharga mahal, karena punya suara indah.

Pedagang lainnya, Busono, mengatakan sudah bisa menjual 50 ekor Murai Medan dalam sehari. Padahal, burung tersebut baru sampai di tokonya kemarin.

Menurut Busono, Murai Medan merupakan yang paling mahal dan paling diminati dibandingkan dengan burung lain dalam jenisnya, seperti Murai Lampung, Jambi, dan Kalimantan.

"Murai Medan, bunyinya lebih merdu, lebih keras," kata pedagang yang telah berjualan di Pasar Pramuka lebih dari 20 tahun tersebut.

Burung yang bulunya berwarna dominan hitam, dan berdada oranye itu, memang banyak diburu oleh pembeli.

Suara Murai yang merdu juga sering dikompetisikan, dan hal itu pula yang menjadi salah satu faktor mendongkrak penjualan.

Pada April kemarin misalnya, digelar Presiden Cup 2 di Jakarta. Dan pada ajang itu, Murai Batu merupakan burung yang memiliki kelas kompetisi terbanyak.

Penghilang stres

Selain untuk dikompetisikan, burung juga bisa dipelihara untuk menghilangkan stres. Setidaknya itu pengakuan Gio, 40 tahun.

"Kalau ada burung di rumah, suaranya itu bikin nyaman, tenang," kata pengusaha yang sengaja datang ke Pasar Pramuka dari rumahnya di Solo, Jawa Tengah.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Priyatmoko, 52 tahun. Dia mengatakan sudah memelihara burung sejak masih anak-anak.

"Di rumah dengerin suaranya, buat ngilangin stres," katanya.

Ketika ditemui Antaranews di Pasar Pramuka, Priyatmoko sedang mencari-cari burung bersama anaknya Renaldi Wijayanto (16).

Karena pengaruh ayahnya, siswa kelas 1 SMA itu mengaku telah memiliki lebih dari delapan jenis burung dirumahnya, seperti Jalak Suren, Kenari, Pentet, Murai Batu, dan Parkit.

Untuk burung impor, para pembeli di Pasar Pramuka paling menyukai Love Bird. Burung ini hanya sebesar tiga jari orang dewasa, namun harganya bisa sampai jutaan rupiah.

"Kalau Love Bird mata merah, harganya lima juta", kata Sumadi, pedangang khusus burung impor.

Sumadi mengatakan, Love Bird yang dijual di kiosnya berasal dari Taiwan. Dalam satu hari, burung itu bisa terjual 25 pasang. Para pembeli biasanya tertarik dengan warnanya yang cantik, ada yang berbulu biru, hijau, dan putih.

Selain Love Bird, dijual juga burung impor lainnya yang berasal dari Belanda, Pakistan, sampai yang berasal dari benua Afrika.

Sumber : http://www.antaranews.com/berita/314320/pasar-pramuka-surganya-penikmat-burung

Senin, 04 Juni 2012

DKI akan sediakan layanan darurat mirip 911

Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi DKI segera akan menyediakan satu nomor pelayanan gawat darurat yang terintegrasi, seperti layanan 911 di Amerika Serikat.

"Selama ini 'kan belum terintegrasi, masih banyak nomor. Sekarang kami punya konsep menerapkan keselamatan public Jakarta. Sudah saatnya, dan mendesak kebutuhan itu," kata Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo kepada wartawan, Jumat.

Pelayanan darurat satu nomor itu akan menjadi pelayanan terpadu yang mengintegrasikan layanan pertolongan medis seperti ambulans, kemudian pemadam kebakaran, hingga bantuan kepolisian.

"Pelayanan gawat darurat di Jakarta saat ini masih memiliki nomor telepon masing - masing, seperti pelayanan kepolisian bernomor telepon 1717, pemadam kebakaran nomor 113, 344 dan 109, ambulan gawat darurat 118, dan tim SAR 1156," kata Fauzi Bowo.

Ia mengatakan. Ibukota hingga saat ini belum memiliki sistem Jakarta Public Safety yang diterapkan dalam satu nomor kontak yang terdiri tiga angka.

Pemprov DKI, lanjut Fauzi, akan memperoleh bantuan pendampingan dari International Academy of Emergency Dispatch (IAED) dan konsultan pembangunan pelayanan gawat darurat, Emergensys dari Canada dan Washington DC, yang telah berpengalaman membangun sistem serupa di berbagai negara seperti Malaysia, Brazil, Amerika dan Singapura.

"AED dan Emergensys akan membantu Pemprov DKI menyusun masterplan Jakarta Public Safety atau Keselamatan Publik Jakarta yang akan rampung dalam waktu setahun," tuturnya.

Fauzi berharap dengan adanya sistem seperti 911 akan mengurangi jatuhnya korban jiwa, kerugian materiil maupun moril pada musibah kebakaran, kecelakaan, banjir, atau tindakan kriminalitas di Ibukota.

"Polisi, petugas pemadam kebakaran, tim medis dinas kesehatan semua terintegrasi dan sigap dengan cepat membantu warga yang sedang terkena musibah," harapnya.

Perwakilan dari IAED, Dato Paduka Gary Payne, menegaskan bahwa Kota Jakarta sangat siap membangun sistem pelayanan kegawatdaruratan dalam satu nomor saja.

"Jakarta sangat siap karena gubernurnya siap membantu dengan segala kebijakannya, dan mau mediasi dengan instansi terkait untuk bekerja secara terintegrasi," tegasnya.

Khusus di Jakarta, Gary memaparkan akan dibuat masterplan yang menyesuaikan kondisi lalu lintas di Jakarta yang sering kali mengalami kemacetan.

"Memang Jakarta macet dan tidak mudah untuk mencapai tempat kejadian peristiwa. Untuk itulah kita harus membuat masterplan yang mengatasi kemacetan Jakarta," tuturnya.

Sumber : http://www.antaranews.com/berita/313714/dki-akan-sediakan-layanan-darurat-mirip-911

Jumat, 01 Juni 2012

DKI dan PT KA Belum Sinkron Atasi Kemacetan

JAKARTA (Suara Karya): Kewenangan Pemprov DKI Jakarta dalam pengaturan angkutan kereta api hanya terdapat di luar stasiun. Padahal efek mobilitas di stasiun kereta kerap menimbulkan kemacetan hingga keluar stasiun. Namun untuk penyelesaian dampak itu diserahkan kepada pemerintah daerah.

Keluhan ini dituturkan oleh Deputi Gubernur DKI Jakarta bidang Industri, Perdagangan dan Transportasi, Sutanto Soehodo. Menurutnya, di luar stasiun terdapat kemacetan begitu semrawut. Semua masalah itu harus ditangani oleh Dinas Perhubungan DKI Jakarta. Sedangkan penyebabnya karena adanya efek mobilitas dari dalam stasiun.

"Sayang pihak PT Kereta Api mengatakan kewenangannya di dalam stasiun saja," ujar Sutanto Soehodo usai menghadiri diskusi publik bertema Revitalisasi transportasi Jakarta yang diselenggarakan oleh Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) kemarin. Tugas lain dari pemprov DKI atas timbulnya kemacetan dari kereta api, yakni menyediakan underpass dan fly over di persimpangan sebidang.

Kini jumlah kebutuhan untuk membuat underpas dan flyover ini sebanyak 24. Sedangkan kemampuan daerah untuk membangun tahun ini hanya 2 fly over. "Tugas itu dibebankan kepada pemerintah daerah. Mestinya Pemprov DKI Jakarta tidak hanya menyelesaikan dampaknya, tapi juga pengaturan dari awal," ucapnya. Dia menerangkan, pihak pemprov DKI Jakarta telah memiliki rancangan untuk mengatasi persoalan transportasi di ibukota. Hanya saja moda transportasi di Jakarta ini, selain angkutan umum juga terdapat kereta api. Kereta api ini kewenangan pengaturannya terdapat di PT KA. Bukan di Pemprov DKI Jakarta. Akibat adanya keberadaan dua institusi ini, penyelesaian kemacetan sulit dicapai.

Meski demikian, Pemprov DKI tetap berusaha membuat revitalasitransportasi di Ibu Kota. Usaha itu membutuhkan proses waktu panjang endless. "Kita hanya pada tahun sekian punya target untuk menurunkan kemacetan pada jumlah tertentu. Pada tahun berikutnya dibangun MRT karena lebih berjangka panjang dan lebih punya kontribusi menekan angka kemacetan. Jadi rencana dalam periode jangka pendek menengah dan panjang," katanya.

Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Azaz Tigormenambahkan, dalam menciptakan transportasi lebih bagus dengan metode loopline, DTKJ telah memfasilitas PT KA untuk membangun rel penghubung di dua kawasan untuk membangun track loopline. Yakni di kawasan Matraman Jakarta Timur dan Pejompongan, Jakarta Pusat. (Yon Parjiyono)

Sumber : http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=304533