Jumat, 19 April 2013

Kemacetan Lalu Lintas Jakarta, Sampai Kapan?

Liputan6.com, Citizen6, Jakarta: Dulu hujan identik dengan romantisme. Ketika titik-titik hujan bertemu dengan sinar matahari terjcipta pelangi. Indah dah menimbulkan kekaguman. Sampai sekarang tak ada yang menolak keindahan warna-warna pelangi.

Namun di Jakarta hujan adalah petaka. Apalagi ketika hujan turun tepat jam pulang kerja. Kemacetan Jakarta yang selama ini selalu dikeluhkan makin “sempurna”. Waktu tempuh yang biasanya maksimal satu jam bisa molor sampai tiga jam.

Berikut beberapa kesaksian macetnya Jakarta ketika hujan Rabu (17/04/2013).

Andaru Amanda ( karyawan di Jakarta selatan)

Laki-laki single ini, seperti mayoritas karyawan di Jakarta yang sudah hafal kebiasaan Jakarta yang sehari-harinya macet, apalagi ketika hujan seperti malam itu. Ia sengaja menunda pulangnya sampai pukul 20:30 wib. Sambil menunggu hujan ia berkumpul dengan koleganya di warung kopi.

Namun dugaannya sungguh keliru. Jam-jam itu,rute jalan yang biasa ia lalui ternyata masih macet. Dari kantornya yang di daerah sudirman, ia akan melewati Kemang, Warung Buncit, Pasar Minggu menuju arah Cibubur, Jakarta Timur. Kemacetan di awali di daerah kemang. Lalu Warung Buncit menuju Pasar Minggu macet.

Puncaknya ketika sampai di jalan TB Simatupang, tepatnya di depan Rancho. Arus lalulintas macet total karena ada banjir. Andaru kesal karena perjalanannya terhalang oleh pengendara yang akan melakukan putar balik. Meski ia mengendarai motor, tak ada celah agar menerobos lalu lintas yang super padat itu. Dan ia baru berhasil sampai rumahnya setelah menempuh perjalanan sekitar tiga jam. Padahal pada hari-hari biasa, waktu tempuhnya rata-rata hanya 90 menit.

Maria Flora ( Karyawan Swasta, di sekitaran Senayan)

Hari itu waktu telah menunjukkan 17.45 WIB. Saya bersiap pulang ke Depok meski harus menerobos hujan. Sesampainya di Blok-M, hujan mulai sedikit reda. Namun 30 menit kemudian, hujan turun dengan derasnya disertai angin besar dan petir. Meskipun sudah memakai payung, hujan yang dibarengi dengan angin kencang itu membuat sebagian baju saya basah kuyup karenanya.

Kira-kira waktu menunjukkan pukul 19.15 WIB, perjalanan baru mencapai Blok-M. Beruntung arus lalu lintas dari Blok-M menuju Lapangan Blok S tidak terlalu padat. Ini anomali. Menuju perempatan lampu merah Mampang Prapatan, hujan turun dengan lebatnya. Terlihat banyak orang yang berlari-larian menyetop mobil meskipun sudah penuh.

Malam itu perjalanan dari Mampang Prapatan sampai Pasar Minggu perlu waktu sekitar 2 jam-an. Di tengah hujan itu, tiba-tiba saya dikejutkan oleh suara keras. Awalnya saya pikir, itu suara grup marching band sedang latihan, tapi apa itu mungkin di tengah-tengah hujan deras? Lalu saya coba bertanya kepada sang kernet. Bang itu suara apaan sih? Sang kernet menjawab, "Itu bu, ada yang ngamen". Benar saja, dari jendela mobil 75 saya melihat sekelompok anak muda yang usianya kira-kira 17 hingga 20an sedang menyanyikan salah satu lagu dari grup band Peewee Gaskins.

Peristiwa ini cukup menghibur para pedagang dan pejalan kaki yang hendak pulang ke rumahnya masing-masing. Rasa kantuk dan stres berat akibat bermacet-macetan di jalan ditambah hujan, sedikit membuat mereka terhibur. Salut buat ke 4 anak muda ini yang masih mengamen walaupun hujan saat itu sedang turun dengan derasnya.

Singkatnya saya sampai rumah pukul 23:00 wib. Dari senayan menuju Depok diperlukan waktu 4 jam-an, biasanya hanya 2 jam.

Irawan Diki (Karyawan Tinggal di Rempoa)
Laki-laki pekerja di daerah Sudirman, Jakarta Pusat ini keluar dari mal sekitar pukul 20:30 wib. Tampak antrean panjang orang-orang yang menunggu taksi malam itu. Tak sabar, ia keluar dari antrean dan menuju ke jalan setelah mengajak seorang pengojek payung agar tak kebasahan.

Celaka, tak ada taksi yang kosong jam segitu. Begitu ada yang lewat semua lampu atasnya mati, taksi sudah terisi. Namun ia belum menyerah. Di tengah rintik huja, ia berteduh di halte bersama para penjual otak-otak dan peneduh lain.

Setelah sekian lama, ada juga taksi yang lewat, namun tak ada yang mau berhenti. Kenapa tak dimatikan saja kalau memang tak mau mencari penumpang? Laki-laki single ini terselamatkan oleh angkutan umum. Beruntung ia memperoleh tempat duduk. Setelah sempat tertidur, sampai rumah pukul 23:30 Wib. Perjalanan pulangnya malam ini ke Rempoa, Jaksel memerlukan waktu 3 jaman. Padahal sebenarnya kalau tidak macet bisa ditempuh dengan waktu 15 menit. "Sampai kapan kemacetan Jakarta?" Begitu ia menuliskan di status twitternya. (Karmin Winarta/Mar)

Sumber : http://news.liputan6.com/read/564696/kemacetan-lalu-lintas-jakarta-sampai-kapan
Related Posts : blok-m , hujan , jakarta , jam , jam-an , karyawan , kemacetan , laki-laki , macet , perjalanan , prapatan , pukul , taksi , turun , warung

Tidak ada komentar :

Posting Komentar