Rabu, 20 Mei 2015

Dijadikan Air Baku, BKB Tinggi Polusi

WARTA KOTA, TANAH ABANG -- Sadar akan tingginya kebutuhan pasokan air baku, PT Palyja secara resmi akan memanfaatkan sumber air yang mengalir dari Kanal Banjir Barat (KBB), terhitung sejak hari ini, Selasa (19/5/2015).

Walau dinilai berlimpah, pasokan air yang berasal dari Kali Pesanggrahan tersebut justru memiliki kadar polusi tinggi yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Salah satu polusi berbahaya tersebut adalah ammonia.

Staf Water Resource Development PT Palyja, Kusitarini Trishanti mengatakan, berdasarkan data uji laboratorium yang dihimpun pihaknya, tercatat sebanyak 15 miligram (mm) per liter air BKB mengandung zat berbahaya tersebut.

Padahal, lanjutnya, batas toleransi yang ditentukan pada air normal layak konsumsi diketahui hanya sebanyak 1 miligram per liter.

Merunut hal tersebut, PT Palyja pun menerapkan sistem pemisahan partikel bernama Moving Bed Bio-film Reactor (MBBR) dalam pengolahan air bakunya.

Alat yang diklaim batu digunakan di wilayah Asia Tenggara itu dikatakannya dapat mengurai kandungan tinggi ammonia.

"Sistem pengolahannya sederhana, air dari BKB yang masuk ke dalam penampungan akan diolah ke dalam kolam berisi partikel meteor, fungsinya untuk mengurai kandungan ammonia. Selanjutnya, air tersebut akan dikirim ke instalasi pengolahan air Pejompongan untuk diolah menjadi air baku dan menjadi air minum," jelasnya kepada Warta Kota di kantor PT Palyja, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (19/5/2015).

Sementara itu, usai dipisahkan dengan air baku, ammonia yang terpadatkan tersebut akan diproses menjadi gas dan dilepas ke udara. Pada titik tersebut, ammonia yang dilepaskan tidak berbahaya pada manusia ataupun lingkungan.

Sejurus dengan keterangan Kusitarini, pemandangan aliran air BKB yang masuk ke dalam penampungan air milik PT Palyja memang terlihat kotor dan penuh sampah. Air keruh berwarna kecoklatan tersebut terlihat mengalir lambat tersaring dari berbagai jenis sampah memasuki bak penampungan air yang berada di bagian belakang kantor PT Palyja.

Sembari menunjukan alur kerja mesin MBBR, Presiden Direktur Palyja Jacques Manem yang mendampingi Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama pun memaparkan kalau penggunaan teknologi MBBR sangat tepat. Sebab, diketahui, perkembangan bakteri ammonia di kawasan tropis jauh lebih cepat dibanding kawasan sub-tropis seperti Eropa, Jepang ataupun Amerika.

"Pertumbuhan bakteri ammonia sangat dipengaruhi oleh suhu, karena wilayah tropis memiliki suhu udara yang tinggi, perkembangan biakan ammonia pun lebih cepat dibandingkan dengan kawasan beriklim dingin. Jadi lewat teknologi MBBR ini, saya pastikan dapat mengurai hingga sebanyak 98 persen amoniak dari air," jelasnya.

Sumber : http://wartakota.tribunnews.com/2015/05/19/dijadikan-air-baku-bkb-tinggi-polusi
Related Posts : abang , air , ammonia , bakteri , baku , bkb , dio , kusitarini , mbbr , menjadi air , miligram , palyja , partikel , penampungan , pengolahan , polusi , pt , tropis , warta

Tidak ada komentar :

Posting Komentar