Kamis, 30 Januari 2014

Peta Resmi Google Sajikan Titik Banjir Jakarta

JAKARTA, KOMPAS.com - Sama seperti tahun lalu, Google, melalui layanan Crisis Response, kembali menyajikan informasi seputar banjir, termasuk peta sebaran titik-titik banjir.

Bedanya, layanan Google kali ini tampaknya akan memberikan informasi dengan cakupan yang lebih luas, yaitu dari seluruh wilayah Indonesia, tidak dari wilayah Ibu Kota Jakarta saja.

Google sendiri menamakan layanan tersebut sebagai "Banjir Indonesia 2014". Pengguna internet dapat mengakses laman ini untuk mengetahui daerah mana saja yang terkena dampak banjir.

"Banjir di berbagai wilayah Indonesia pada Januari 2014 menimbulkan banyak kerusakan dan memaksa puluhan ribu penduduk untuk meninggalkan rumah mereka," tulis Google di bagian "About" atau "Tentang" pada layanan ini.

Hingga berita ini dinaikkan, menurut pengamatan KompasTekno, Google baru menyajikan informasi titik banjir di wilayah Jakarta saja. Daerah-daerah yang terkena dampak banjir ditandai dengan pointer berwarna hijau dan biru.

Warna hijau merupakan titik posko banjir DKI Jakarta. Sementara, warna biru melambangkan wilayah RW (rukun warga) terdampak banjir.

Data titik banjir tersebut didapatkan oleh Google melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Selain informasi daerah yang terkena dampak banjir, Google juga menyajikan informasi seputar peringatan lalu lintas dari pengguna aplikasi peta Waze, informasi jalan raya, dan curah hujan.

Dengan adanya informasi di Google Crisis Response ini, diharapkan pihak-pihak yang berkepentingan bisa mengakses informasi terkini dengan cepat dan mudah lewat jaringan internet.

Sumber : http://tekno.kompas.com/read/2014/01/29/1542200/Peta.Resmi.Google.Sajikan.Titik.Banjir.Jakarta

Rabu, 29 Januari 2014

Jakarta Banjir, Jokowi Batal Berangkat ke Swiss

INILAH.COM, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo memutuskan tidak hadir dalam pertemuan pemimpin dunia di Davos, Swiss. Hal tersebut karena hingga saat ini banjir masih mengancam wilayah DKI Jakarta.

"Inikan musim hujan dan banjir terjadi di Jakarta, masa saya ke Swiss? Bagaimana pun tetap mementingkan di Jakarta," kata pria yang akrab disapa Jokowi, Selasa (28/1/2014).

Jokowi mengakui pertemuan yang akan digelar di Davos merupakan acara perhelatan bergengsi World Economic Forum yang digelar 22-25 Januari 2014 lalu. Forum tersebut menurutnya sangat penting. Apalagi dihadiri sekitar 2.500 pemimpin dunia serta tokoh-tokoh dunia.

Ia pun mengaku telah mempersiapkan materinya untuk dipersentasikan. Namun kondisi cuaca dan banjir Jakarta menyebabkan ia harus membatalkan kegiatan internasional. "Kalau ada lagi dan memungkinkan saya pasti datang. Tapi memang kemarin kita sudah menyiapkan materinya. Tapi di sini banjir masa saya tinggal," ujarnya.

Sebelumnya Jokowi diundang untuk tampil menjadi pembicara dalam sesi Young Global Leaders pada 22 Januari 2014. Di forum itu awalnya Jokowi akan mempresentasikan mengenai Jakarta dan Indonesia.

Sumber : metropolitan.inilah.com/read/detail/2068846/jakarta-banjir-jokowi-batal-berangkat-ke-swiss#.Uui4Zz3-LIU

Selasa, 28 Januari 2014

9 Hari Banjir, Sampah Jakarta Capai 3.350 Ton

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Unu Nurdin mengatakan, volume sampah akibat bencana banjir di Jakarta mencapai 3.350 ton. Jumlah tersebut merupakan jumlah sampah yang dikumpulkan petugas sampah selama sembilan hari pada 19-26 Januari 2014. Dengan demikian, rata-rata volume sampah sisa banjir mencapai 372 ton tiap hari.

"Jumlah ini lebih kecil kalau dibandingkan dengan sampah sisa banjir tahun lalu," kata Unu, kepada wartawan, Senin (27/1/2014). Pada tahun lalu, 19-26 Januari 2013, volume sampah sisa banjir mencapai 8.609 ton atau rata-rata sebanyak 1.706 ton per hari.

Unu mengatakan, sebanyak 3.350 ton sampah itu telah diangkut oleh truk sampah sebanyak 273 rit (perjalanan) selama sembilan hari. Pada hari biasa, volume sampah selama 9 hari mencapai 50.090 ton. Apabila ditambah dengan sampah banjir, maka volume sampah di Jakarta mencapai 53.440 ton. Sampah-sampah sisa banjir itu diambil dari Jembatan Kalibata, Jembatan Kampung Melayu, Pintu Air Manggarai, Pintu Air Pluit, dan Pintu Air Perintis Kemerdekaan.

Unu mengakui bahwa petugas Dinas Kebersihan kerap menemukan kendala di lapangan, misalnya ada instalasi listrik dan telepon di jembatan. Kondisi ini mengakibatkan ekskavator sulit mengambil sampah. Ditambah lagi dengan sampah-sampah berat lainnya, seperti kasur, kulkas, TV, dan furnitur.

"Sampah itu murni sampah yang diakibatkan oleh banjir. Karena volumenya lebih banyak dan bercampur dengan air," kata Unu. Semua sampah tersebut dibuang di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang.

Sumber : http://megapolitan.kompas.com/read/2014/01/27/1927574/9.Hari.Banjir.Sampah.Jakarta.Capai.3.350.Ton

Senin, 27 Januari 2014

Banjir Jakarta, 23 Tewas 27.912 Jiwa Masih Mengungsi

Liputan6.com, Jakarta : Banjir di sebagian wilayah Jakarta memang sudah mulai surut. Namun dampak dari bencana tersebut masih sangat dirasakan oleh warga di 5 wilayah Ibukota. Hingga saat ini, ribuan warga masih mengungsi.

"Saat ini jumlah pengungsi sebanyak 27.912 jiwa yang tersebar di 137 titik lokasi pengungsian," kata Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwonugroho melalui keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com di Jakarta, Minggu (26/1/2014).

Tak hanya memaksa warga DKI mengungsi, banjir juga menyebabkan puluhan warga meninggal. "Jumlah korban jiwa sebanyak 23 orang meninggal dunia," jelas Sutopo.

Berikut perincian data yang dikelauarklan oleh BNPB terkait bencana banjir yang menerjang Jakarta :

Jakarta Timur:
- Ketinggian air rata-rata 30 cm. Area yang terdampak : 5 kecamatan, 10 kelurahan, 48 RW, 312 RT, 12.507 KK, 41.434 Jiwa. Jumlah pengungsi sebanyak ; 15.242 jiwa, yang tersebar di 46 titik lokasi pengungsian.

jakarta Selatan:
- Ketinggian air rata-rata: 15 - 30 cm. Area yang tedampak : 2 kecamatan, 4 kelurahan, 16 RW, 95 RT, 4.285 KK, 16.094 Jiwa. Jumlah pengungsi sebanyak: 6.946 jiwa, yang tersebar di 24 titik lokasi pengungsian.

Jakarta Pusat:
- Ketinggian air rata-rata: 0 cm. Area yang terdampak: 1 kecamatan, 1 kelurahan, 7 RW, 113 RT, 5.474 KK, tidak ada korban jiwa. Tidak ada pengungsi.

Jakarta Barat:
- Ketinggian air rata-rata: 10 - 20 cm. Area yang terdampak 5 kecamatan, 11 kelurahan, 49 RW, 194 RT, 15.977 KK, 50.879 Jiwa. Jumlah pengungsi sebanyak 4.842 jiwa, yang tersebar di 60 titik lokasi pengungsian.

Jakarta Utara:
- Ketinggian air rata-rata 20 - 60 cmArea yang terdampak ; 1 kecamatan, 3 kelurahan, 16 RW, 138 RT. Jumlah pengungsi sebanyak 882 jiwa, yang tersebar di 7 titik lokasi pengungsian.

Sumber : http://news.liputan6.com/read/810414/banjir-jakarta-23-tewas-27912-jiwa-masih-mengungsi

Jumat, 24 Januari 2014

Inilah Wajah Jakarta Impian yang Bebas Banjir Gagasan LIPI

KOMPAS.com — Banjir sudah menjadi langganan Jakarta sejak zaman Belanda. Saking seringnya, saat ini dikenal mitos banjir lima tahunan, yang di antaranya terjadi pada tahun 2002, 2007, dan 2013.

Beragam upaya dilakukan untuk mencegah banjir. Namun, banyak yang masih berupa upaya jangka pendek, seperti sodetan Sungai Ciliwung hingga modifikasi cuaca.

Peneliti senior Pusat Penelitian Geoteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jan Sopaheluwakan, mengatakan perlunya upaya jangka panjang untuk membebaskan Jakarta dari banjir.

Dalam konferensi pers "Skenario Mengatasi Banjir Jakarta", Kamis (23/1/2014), Jan memaparkan konsep pembangunan Jakarta agar bebas dari masalah banjir.

Salah satu langkah yang menurutnya penting adalah membawa masyarakat kelas menengah kembali tinggal di kota.

"Mereka yang menggerakkan ekonomi. Tapi, selama ini mereka tinggal di pinggiran Jakarta. Untuk tempat tinggal, mereka menyita ruang hijau," kata Jan.

"Masalah lain yang muncul karena tinggal di pinggiran adalah soal transportasi yang juga soal polusi dan subsidi BBM," imbuhnya.

Dengan membawa masyarakat kelas menengah kembali ke kota, ruang hijau untuk daerah serapan di wilayah selatan Jakarta bisa dipertahankan atau dikembalikan.

Jakarta, kata Jan, masih sangat mampu menampung warga yang berjumlah 9 juta. Yang diperlukan adalah rekayasa ruangan.

Singapura saat ini masih lebih padat dari Jakarta. Kepadatan penduduk mencapai 497 per hektar, sementara Jakarta hanya 207 per hektar.

Namun, kata Jan, ruang yang dipakai untuk hunian di Singapura jauh lebih rendah. Jakarta mencapai 65 persen total wilayah, sementara Singapura hanya 12 persen.

Agar bisa menampung warga dalam jumlah besar di wilayah yang lebih kecil, Jan memaparkan perlunya transformasi kampung atau hunian di Jakarta.

Hunian di Jakarta kini cenderung konvensional, horizontal, masih gaya kampung. Warga masih berpandangan bahwa memiliki hunian juga harus memiliki tanah.

Perlu ada perubahan sehingga hunian di Jakarta lebih menyesuaikan tantangan kota. Hunian masa depan bersifat vertikal.

Langkah lain yang diperlukan selain membawa masyarakat kelas menengah ke kota adalah mengelola air yang masuk di Jakarta.

Jan mengatakan, untuk mengelola air, solusinya bukan dengan membuat sodetan, melainkan dengan menyediakan ruang penampungan bagi air yang masuk.

Kosepnya, wilayah selatan Jakarta, dengan batasnya utaranya adalah Gambir, dibuat menjadi area penyerapan air atau ruang hijau.

Sementara wilayah Gambir ke utara dibuat menjadi ruang biru, di mana air dikelola dalam kanal-kanal.

Dua langkah lagi yang diperlukan adalah pengelolaan transportasi dalam kota serta pertahanan dari abrasi Laut Jawa dengan giant sea wall yang sudah direncanakan.

Waterfront city

Jan menyebutkan, pembangunan Jakarta bebas banjir bisa dilakukan dengan memulainya di sebagian wilayah Jakarta, misalnya di barat dan utara Jakarta.

"Batasnya dari Kali Pesanggrahan untuk di barat," ungkap Jan yang menyebut model Jakarta itu sebagai waterfront city.
Dalam model itu, akan terdapat waduk buatan yang bisa menampung air sebanyak 10-15 juta meter kubik saat banjir.

Waduk bisa dibuat di wilayah Jakarta Barat yang kini selalu terendam. Jan mengatakan, studi sudah dilakukan dan pembuatan waduk itu memungkinkan.

"Di wilayah itu nanti kita bangun rumah susun, ada yang untuk kelas menengah atas dan ke bawah," jelasnya.

"Di sana tidak ada mobil yang boleh masuk. Warga akan berhenti di pinggiran wilayah,, lalu akan naik transportasi publik yang disediakan. Jalan Panjang akan menjadi median way," imbuhnya.

Transportasi publik akan terkoneksi dengan perkantoran dan wilayah hunian. Bukan cuma kereta, transportasi yang tersedia juga berupa water way.

Model Jakarta sebagai kota yang berketahanan dan bebas banjir itu dibangun di wilayah seluas 700 hektar.

Dari total wilayah, hanya 300 hektar yang menjadi ruang hunian dan bangunan. Sebanyak 200 hektar adalah ruang biru dan 300 hektar lainnya untuk ruang hijau.

Wilayah yang dibangun tersebut di kemudian hari bukan hanya menjadi wilayah hunian, melainkan juga sekaligus ikon metropolitan Indonesia.

Wilayah itu akan terkoneksi dengan bandara. Warga asing yang datang dan masuk ke kota akan mengelilingi daerah yang disebut Jan sebagai "Blue Green Metropolis Jakarta 2030" itu.

"Ini akan kita jadikan percontohan terlebih dahulu. Nanti kalau berjalan, kita bisa kembangkan lebih luas di wilayah Jakarta lainnya," ungkapnya.

Visioner tetapi mungkinkah?

Jang mengakui, perubahan besar yang akan dilakukan pada Jakarta sangat radikal dan memiliki banyak tantangan.

"Tapi sebenarnya, secara ekonomi ini sangat mungkin, secara politik mungkin, dan secara sosial, walaupun tantangannya besar, juga masih mungkin," ungkap Jan.

Menurut Jan, yang diperlukan dari sisi politik adalah komitmen untuk mengubah Jakarta menjadi kota lebih baik. "Setidaknya butuh dua periode pemerintahan daerah yang konsisten," katanya.

Tantangan sosial adalah yang paling besar. Namun, pemerintah daerah sebenarnya bisa menawarkan opsi kepada warga.

Untuk relokasi warga, pemerintah bisa membangun hunian sementara. Setelah gagasan kota tersebut terwujud, warga bisa kembali.

Relokasi untuk industri yang ada di Jakarta, kata Jan, akan lebih mudah asal pemerintah mampu memberi tawaran yang baik.

"Memang ini butuh pengorbanan. Kita bisa pilih 5 atau 10 tahun berkorban atau terus mengalami kondisi seperti sekarang," kata Jan.

Konsep pembangunan Jakarta seperti yang diungkapkan Jan sebenarnya sudah memenangi lomba yang diadakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

"Jadi mereka seharusnya juga sudah mengetahui. Tinggal mewujudkan apa yang sudah dilombakan," pungkas Jan.

Sumber : http://sains.kompas.com/read/2014/01/24/0736098/Inilah.Wajah.Jakarta.Impian.yang.Bebas.Banjir.Gagasan.LIPI

Kamis, 23 Januari 2014

Banjir Jakarta akibat Kesalahan Tata Ruang Bertahun-tahun

JAKARTA, KOMPAS.com — Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mengatakan bahwa penyebab utama terjadinya banjir di Jakarta adalah kesalahan tata ruang Ibu Kota. Kondisi ini bisa ditanggulangi dengan memperbaiki tata ruang sesuai kondisi alam Jakarta.

Anggota Dewan Riset Daerah Provinsi DKI Jakarta itu mengatakan, kondisi alam Jakarta menghendaki agar Jakarta memiliki dua area, yakni ruang hijau untuk resapan air di daerah selatan dan ruang biru untuk menampung air di kawasan utara Jakarta. Namun, kondisi itu kini telah rusak akibat banyaknya bangunan di hampir seluruh wilayah Ibu Kota. Menurut Jan, perlu ada rekayasa tata ruang agar kota ini kembali pada kondisi ideal tersebut.

"Inti dari bencana banjir di Jakarta adalah pada pengelolaan kepadatan tata ruang," kata Jan Sopaheluwakan, peneliti senior dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, melalui siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (21/1/2014).

Selain masalah tata ruang, kata Jan, ada hal lain yang tidak disadari warga Jakarta sebagai faktor penyebab banjir, yakni penurunan tanah. Penurunan tanah yang lambat ini terjadi akibat penyedotan air tanah. Kondisi itu memicu terjadinya pendangkalan sungai di wilayah tengah Jakarta. Sementara itu, daerah selatan dan utara memiliki permukaan tanah lebih tinggi.

"Penurunan ini membuat sungai-sungainya dangkal sehingga endapan kasar di tengah dan berpengaruh pada drainase kita yang kecil dan dipenuhi sampah," kata Jan.

Untuk mengendalikan banjir itu, peneliti Limnologi LIPI Fakhrudin memandang perlunya penerapan konsep zero run-off pada area terbangun. Skema penyerapan air ini dapat dilakukan dengan membuat sumur resapan dan penampungan air seperti kolam maupun danau buatan.

"Intinya adalah bagaimana air di daerah terbangun seperti perumahan dan perkantoran bisa tertahan sebelum dilimpahkan ke selokan dan sungai," kata Fakhrudin. Ia mendorong agar daerah selatan Jakarta menjadi kawasan penyerapan air dan kawasan utara menjadi tempat penampungan air.

Pengamat tata kota, Edward Sihombing, juga menilai bahwa banjir yang mengancam Jakarta setiap tahun terjadi akibat kesalahan penataan ruang dan bangunan selama bertahun-tahun. Ia mengatakan, meskipun berat, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo harus membenahi tata ruang kota agar memudahkan penanganan banjir pada masa mendatang.

"Ya, kesalahan masa lalu. Akar persoalannya pelanggaran tata ruang dan tata bangunan yang menyebabkan banjir Jakarta,” kata Edward Sihombing sebagaimana dikutip Warta Kota, Rabu.

Edward menilai bahwa Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sudah menunjukkan upaya serius untuk melakukan perbaikan tata ruang. Ia mengusulkan agar Jokowi melakukan moratorium dan audit izin bangunan di atas 2 lantai yang dikeluarkan oleh pemerintah sebelumnya. Kalau tidak, kata Edward, tata ruang Jakarta hanya jadi bancakan pejabat dinas tata kota dan pengusaha sehingga masalah Jakarta semakin kompleks bukan banjir.

Sumber : http://megapolitan.kompas.com/read/2014/01/22/2156212/Banjir.Jakarta.akibat.Kesalahan.Tata.Ruang.Bertahun-tahun

Rabu, 22 Januari 2014

Banjir Jakarta Kirim 300 Ton Sampah per Hari

TEMPO.CO , Jakarta:- Banjir di Ibukota membuahkan sampah yang tidak sedikit. Setidaknya 300 ton sampah per hari diangkut Dinas Kebersihan DKI Jakarta dari seluruh sungai atau kali yang ada di Jakarta selama banjir kali in.

"Sejauh ini, sampah yang kita angkut dari kali atau sungai-sungai mencapai lebih dari 300 ton per hari. Padahal, biasanya hanya sekitar 60 sampai 70 ton setiap hari," kata Kepala Dinas Kebersihan DKI Unu Nurdin di Balai Kota, Jakarta Pusat, Selasa 21 Januari 2014.

Data sampah yang diangkut dari sungai oleh Dinas Kebersihan DKI selama tiga hari terakhir, yakni Sabtu 18 Januari 2014 sebanyak 373,12 ton, pada Minggu 19 Januari 2014 sebanyak 335,36 ton dan Senin 20 Januari 2014 sebanyak 332,16 ton.

"Memang setiap hari jumlah sampahnya menurun, tapi tidak pernah kurang dari 300 ton. Itu hanya sampah yang kita angkut dari badan air (sungai) saja," ujar Unu.

Unu menuturkan sampah yang paling banyak berasal dari pintu air Manggarai, kawasan Perintis Kemerdekaan dan Pluit.

"Bahkan, Senin 20 Januari 2014, sampah yang kami angkut di pintu air Manggarai mencapai 20 ton. Jenis sampahnya rata-rata berukuran besar, seperti kasur, lemari dan perabot lainnya," kata Unu.

Dia mengungkapkan sampai dengan saat ini belum dilakukan penghitungan sampah secara total karena pihaknya masih terus melakukan evaluasi dan data juga terus berubah.

" Akan tetapi, kami melihat bahwa selama banjir ini, masyarakat tetap saja membuang sampah sembarangan,sehingga proses pembersihan sampah tak kunjung selesai. Kami minta supaya warga lebih disiplin dalam membuang sampah," ungkap Unu.

Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2014/01/22/083547188/Banjir-Jakarta-Kirim-300-Ton-Sampah-per-Hari

Selasa, 21 Januari 2014

Penanganan banjir Jakarta terkendala pengesahan APBD 2014

Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyatakan salah satu kendala penanganan banjir kali ini, yaitu terkait Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI 2014 yang masih belum disahkan.

"Seperti kita ketahui, sampai dengan saat ini, APBD masih belum juga disahkan. Ini tentu jadi kendala bagi kami dalam melakukan langkah-langkah antisipasi banjir," kata Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Wiriyatmoko dalam konferensi pers di Balai Kota, Jakarta Pusat, Minggu.

Menurut Wiriyatmoko, sampai dengan saat ini, pihaknya masih mendapatkan dukungan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam mengantisipasi banjir di wilayah ibu kota.

Selain itu, sambung dia, untuk bantuan kebutuhan bayi dan balita, seperti susu, bubur bayi serta biskuit pengganti ASI, maka pihaknya memperoleh bantuan dari Kementerian Kesehatan.

"APBD DKI 2014 harusnya cepat disahkan. Kalau besok status tanggap darurat benar-benar diberlakukan, maka mau tidak mau, kami harus siapkan anggaran khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan," ujar Wiriyatmoko.

Berdasarkan data dari BPBD DKI, banjir yang terjadi di Kota Jakarta saat ini telah merendam sekitar 17,40 persen dari total wilayah, sedangkan saat banjir tahun lalu mencapai 17,73 persen.

"Kondisi ini sudah mendekati situasi banjir tahun lalu. Apalagi, ditambah dengan terganggunya roda perekonomian, seperti banjir yang merendam Stasiun Tanah Abang, sehingga mengganggu aktivitas perekonomian masyarakat," tutur Wiriyatmoko.

Saat ini, dia menambahkan terdapat 134 titik banjir dan genangan yang tersebar di wilayah DKI dengan total pengungsi mencapai 40.057 jiwa. Pihak BPBD telah mengerahkan sebanyak 1.539 personel di 300 titik rawan banjir.

Jika dibandingkan dengan 2013, banjir dan genangan terdapat di sebanyak 124 kelurahan dan 508 RW. Sedangkan, pada saat ini, banjir telah merendam sebanyak 89 kelurahan dan 371 RW.

Sumber : http://www.antaranews.com/berita/414833/penanganan-banjir-jakarta-terkendala-pengesahan-apbd-2014

Senin, 20 Januari 2014

Kerugian Banjir di Jakarta Utara Rp 100 M per Hari

TEMPO.CO , Jakarta - Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengatakan, kerugian akibat banjir yang melanda Ibu Kota sejak Minggu, 13 Januari 2014 lalu ditaksir telah menelan kerugian hingga ratusan miliar rupiah. "Jika dilihat dari sebaran lokasi banjirnya, banyak kawasan bisnis dan industri yang lumpuh sehingga kerugian yang ditimbulkan sangat besar," ujarnya kepada Tempo, 19 Januari 2014.

Sebetulnya, kata Sarman, sewaktu banjir mulai melanda pada akhir pekan lalu, hanya wilayah pemukiman penduduk yang tergenang. Namun memasuki hari ketiga, intensitas hujan yang terus meningkat ditambah air kiriman dari daerah lain di luar Jakarta mengakibatkan titik sebaran banjir semakin banyak. "Kawasan bisnis dan industri pun kena sehingga aktivitas ekonomi lumpuh."

Salah satu wilayah dengan titik banjir yang berdampak pada terhambatnya kegiatan industri dan bisnis adalah Jakarta Utara. "Di sana ada 3 titik kawasan bisnis yang kami anggap paling parah terkena banjir yakni Tanjung Priok, Kelapa Gading, dan kawasan Mangga Dua." Sarman memperkirakan, setiap hari kerugian yang ditimbulkan akibat terhentinya aktivitas ekonomi di ketiga titik itu mencapai Rp 100 miliar rupiah.

Di kawasan Mangga Dua, kata Sarman, terdapat ribuan pedagang dan pengusaha yang terpaksa menutup toko ataupun kantornya karena banjir. "Penutupan ini menimbulkan kerugian berupa berkurangnya omzet." Berdasarkan pemantauan selama sepekan, dia menilai jumlah kerugian di Kawasan Mangga Dua yang memiliki 6 pusat perdagangan mencapai Rp 50 miliar per hari. "Asumsinya, ada 20 ribu toko dengan omzet rata-rata Rp 5 juta per hari." Nilai perkiraan kerugian yang sama juga dialami para pengusaha di wilayah Kelapa Gading.

Sedangkan, banjir yang menggenangi kawasan Tanjung Priok dan daerah lain yang menjadi akses menuju pelabuhan dinilai menimbulkan kerugian dari sisi logistik sebesar Rp 9 miliar per hari. "Akibat banjir, lalu lintas dari dan menuju pelabuhan Tanjung Priok macet parah maka cost yang ditanggung pengusaha logistik menjadi semakin besar."

Tidak hanya biaya logistik yang membengkak, banjir pun membuat aktivitas perekonomian di daerah lain terganggu. "Tanjung Priok kan pintu ekspor, impor, dan distribusi barang domestik terbesar, karena terhambat banji pasti dampaknya merembet dan kerugian jauh lebih besar," kata Sarman. "Nilainya bisa triliunan."

Meski demikian, nilai perkiraan kerugian ini barulah taksiran sementara. "Kami belum menerima ada laporan dari para pengusaha soal jumlah kerugian," ujar Sarman. Selain kerugian omzet yang menurun, dia menambahkan, banjir pun tentunya merusak fasilitas usaha.

Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2014/01/20/083546419/Kerugian-Banjir-di-Jakarta-Utara-Rp-100-M-per-Hari

Jumat, 17 Januari 2014

Ini 5 banjir besar yang pernah melumpuhkan Jakarta

Merdeka.com - Kemarin Jakarta kembali dikepung banjir setelah hujan lebat mengguyur Ibu Kota selama dua hari berturut-turut. Akibatnya, debit air di 13 sungai yang membelah-belah Jakarta meluber dan merendam sejumlah pemukiman dengan ketinggian mencapai 4 meter lebih.

Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, mencatat setidaknya 2.466 orang mengungsi, dan 4 di antaranya meninggal. Mereka berasal dari 175 rukun warga di 33 kelurahan. Sementara data Polda Metro Jaya menyebut jumlah pengungsi lebih besar lagi, mencapai 10.523

Banjir di Jakarta ini memang terjadi sejak lama. Ada beberapa catatan banjir besar pernah melanda Ibu Kota ini, misalnya banjir pada 2007 silam, yang menelan korban jiwa hingga 80 orang. Banjir waktu itu juga melumpuhkan Jakarta.

Selain banjir pada 2007, jauh sebelum itu sebenarnya Jakarta juga pernah mengalami banjir tak kalah hebatnya. Berikut ini 5 banjir besar yang pernah terjadi di Ibu Kota:

1. Banjir Jakarta pada 1918

Merdeka.com - Banjir pada 1918 di Jakarta ini juga melumpuhkan Batavia. Gubernur Jenderal Batavia Jan Pieterszoon Coen, sampai menunjuk arsitek khusus untuk menangani banjir ini. Banjir waktu itu merendam permukiman warga karena limpahan air dari sungai Ciliwung, Cisadane, Angke dan Bekasi.

Akibat banjir, sarana transportasi, termasuk lintasan trem listrik terendam air. Dua lokomotif cadangan dikerahkan untuk membantu trem-trem yang mogok dalam perjalanan. Banjir pada tahun itu merupakan yang terparah dalam dua dekade terakhir.

2. Banjir hebat pada 1979

Merdeka.com - Banjir besar juga pernah melanda DKI Jakarta pada era Gubernur Tjokropranolo. Banjir pada 1979 di Jakarta menggenangi wilayah pemukiman dengan luas mencapai 1.100 hektare. Banjir yang disebabkan hujan lokal dan banjir kiriman itu merendam pemukiman penduduk.

Sebelum tahun itu, banjir sebenarnya juga terjadi. Misalnya pada 1876 dan 1918, banjir pernah sampai merendam rumah penduduk, termasuk bekas benteng VOC di Pasar Ikan. Tapi banjir pada 1979, jauh lebih besar dengan jangkauan lebih luas.

3. Banjir Jakarta pada 1996

Merdeka.com - Pada 6-9 Januari 1996, Jakarta terendam setelah hujan dua hari. Sebulan kemudian, 9-13 Februari 1996, tiga hari hujan lebat dengan curah lima kali lipat di atas normal, merendam Jakarta setinggi 7 meter.

Akibat banjir, 529 rumah hanyut, 398 rusak. Korban mencapai 20 jiwa, 30.000 pengungsi. Nilai kerusakan mencapai USD 435 juta. Banjir 2007 ini juga sampai ke pemukiman elite Pantai Indah Kapuk Jakarta Utara yang pada waktu itu sedang dalam proses pembangunan.

4. Banjir besar pada 2007

Merdeka.com - Banjir Jakarta 2007, terjadi pada era Gubernur Sutiyoso. Bencana banjir waktu itu menjadi salah satu yang terburuk. Bayangkan, 60 persen wilayah DKI terendam air dengan kedalaman mencapai 5 meter lebih di beberapa titik.

Selain sistem drainase yang buruk, banjir berawal dari hujan lebat yang berlangsung sejak sore hari tanggal 1 Februari hingga keesokan harinya tanggal 2 Februari, ditambah banyaknya volume air 13 sungai yang melintasi Jakarta yang tak tertampung.

Banjir 2007 ini lebih luas dan lebih banyak memakan korban manusia dibandingkan bencana serupa yang melanda pada tahun 2002 dan 1996. Sedikitnya 80 orang dinyatakan tewas selama 10 hari karena terseret arus, tersengat listrik, atau sakit.

Kerugian material akibat matinya perputaran bisnis mencapai triliunan rupiah, diperkirakan Rp 4,3 triliun rupiah. Warga yang mengungsi mencapai 320.000 orang hingga 7 Februari 2007.

5. Banjir tewaskan 20 orang pada 2013

Merdeka.com - Banjir besar di Jakarta yang menelan banyak korban jiwa terjadi pada Januari hingga Februari 2013 lalu. Bencana itu menyebabkan 20 korban meninggal dan 33.500 orang mengungsi. Banjir ini terjadi pada era Gubernur DKI Joko Widodo.

Waktu itu, banjir sampai melumpuhkan pusat kota. Air menggenangi kawasan Sudirman, termasuk Bundaran Hotel Indonesia (HI) akibat tanggul Kali Cipinang, di dekat HI.

Diperkirakan banjir menyebabkan kerugian hingga Rp 20 triliun. Sementara pengusaha, melalui Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi, mengklaim terjadinya kerugian ekonomi lebih dari Rp 1 triliun.

Sumber : http://www.merdeka.com/peristiwa/ini-5-banjir-besar-yang-pernah-melumpuhkan-jakarta.html

Kamis, 16 Januari 2014

Banjir jadi alasan DPRD tunda pengesahan APBD DKI 2014

Merdeka.com - Hingga saat ini Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta belum juga mengesahkan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2014. Padahal seharusnya, RAPBD disahkan selambat-lambatnya 30 hari sebelum tahun anggaran atau 30 November 2013 sesuai UU nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah.

Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi mengatakan lambatnya pengesahan APBD dikarenakan hujan dan banjir yang menerjang Jakarta. Saat ini, lanjut dia, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo masih memikirkan penanganan banjir tersebut.

"Ya kan ada ujan dan banjir, pak gubernur dan pak wagub kan semua pikirannya ke situ. Kemarin kan apa lagi ada pelantikan wali kota. Ini cepet sekali ada yang difokuskan lah, ini sudah siap semua," ujar dia yang ditemui di Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu (15/01).

Menurut dia, saat ini pembahasan RAPBD 2014 telah selesai dan tinggal menunggu pertemuan antara DPRD dan gubernur untuk disahkan. Menurut dia, seharusnya pengesahan APBD tersebut dilakukan pada hari ini tetapi Jokowi masih sibuk mengurusi para korban banjir dan mengecek penanganan banjir.

"Engga lah saya rasa besok 17 (Januari) diketok. Insya Allah pasti. Ya kemarin memang harusnya tanggal 15 (Januari) tapi situasinya kayak gini," kata dia.

Politisi PDIP ini menambahkan APBD DKI Jakarta 2014 telah ditetapkan sebesar Rp 72 triliun karena adanya penambahan Sisa Lebih Penggunaan Anggaran (Silpa) tahun lalu yang dimasukkan di APBD tahun ini. "Iya sudah jadi Rp 72 triliun," pungkas dia.

Sumber : http://www.merdeka.com/jakarta/banjir-jadi-alasan-dprd-tunda-pengesahan-apbd-dki-2014.html

Rabu, 15 Januari 2014

Jakarta Masih Banjir, Apa Penjelasan Jokowi?

TEMPO.CO , Jakarta: Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menegaskan banjir di Ibu Kota akan terus berlangsung jika normalisasi kali belum selesai. Menurut Jokowi, normalisasi merupakan cara paling ampuh untuk mengatasi banjir.

"Kalau solusi jangka pendek itu apa, satu-satunya cara ya kali-kali terintegrasi setelah normalisasi," kata Jokowi di Kembangan, Cengkareng, Jakarta Barat pada Selasa, 14 Januari 2014. Sayangnya, dia mengakui proyek kali-kali besar di Jakarta baru dimulai 2013 akhir.

Waktu penyelesaiannya pun bisa bertahun-tahun. Permasalahannya, Jokowi menuturkan, urusan normalisasi tidak sekedar keruk. Ada aspek sosial masyarakat di dalamnya. Seperti merelokasi warga yang ada di bantaran kali.

"Kalau mau relokasi pertanyaan selanjutnya rumah susunnya harus disediakan," ujar mantan Wali Kota Solo ini. Permasalahan tempat tinggal ini pun masih membutuhkan perencanaan yang matang.

Jokowi menuturkan pengerukan kali ini pun bukan hanya tanggung jawab Pemerintah Daerah karena ada beberapa bagian dikerjakan Kementerian Pekerjaan Umum. Seperti proyek Jakarta Emergency Dredging Inisiative (JEDI) Kanal Banjir Barat-Kali Sunter Hulu dan Cideng-Thamrin.

Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2014/01/15/083544844/Jakarta-Masih-Banjir-Apa-Penjelasan-Jokowi

Senin, 13 Januari 2014

Banjir Meluas, Jakarta Nyaris Lumpuh

VIVAnews - Perlahan tapi pasti, hujan deras yang menyebabkan genangan air di jalan-jalan Jakarta mulai melumpuhkan arus lalu lintas. Minggu malam, 12 Januari 2014, sejumlah jalan utama di Jakarta sudah tidak dapat dilintasi kendaraan karena tergenang banjir.

Dari informasi masyarakat yang disampaikan melalui twitter TMC Polda Metro Jaya, diketahui bahwa banjir setinggi 100 cm terjadi di kawasan Jalan Bank, Prapanca, Jakarta Selatan, sejak pukul 21.13 WIB. Semua kendaraan tidak bisa melintasi kawasan ini.'

Terjangan air banjir yang terjadi di kawasan Petogogan, Jakarta Selatan yang sudah menjadi langganan banjir terus meninggi. Air banjir di kawasan RW 02 sudah lebih dari 1,5 meter.

Sementara di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, semua jenis kendaraan juga terpantau tidak dapat melintas di depan Kemchik Jalan Kemang Raya. Air banjir juga sudah mulai masuk ke parkiran basement Tamani Cafe yang juga berada di kawasan Kemang Raya.

Lalu lintas di kawasan Jalan TB Simatupang, sudah tidak dapat dilalui kendaraan sejak pukul 20.00 WIB. Banjir 140 cm terpantau dekat kantor Partai. Lalu lintas dari Pertanian menuju Pasar Rebo terpaksa dialihkan.

Genangan air tinggi juga terjadi di arah sebaliknya. Kendaraan tidak dapat melintasi jalan di sekitar gedung Nestle. Kendaran dari Pasar Rebo menuju Pertanian terpaksa dialihkan melalui jalan tol.

Masih di Jakarta Selatan, sejak pukul 21.15 WIB, akses menuju Jalan Jagakarsa ditutup akibat banjir 20 cm. Aliran air yang deras membuat warga terpaksa menutup jalan tersebut. Banjir dengan tinggi 50 cm bahkan sudah terjadi di kawasan Kebagusan 1, Vila kebagusan Gang Kober sejak sore.

Banjir juga terjadi di depan SPBU Puribeta Ciledug, pengguna jalan diminta agar lebih berhati-hari. Kondisi yang sama juga terjadi di kawasan Swadharma Ulujami yang menyebabkan lalu lintas tersendat.

Sementara di kawasan Bekasi, banjir terjadi di depan pom bensin Duta Kranji, Jalan Raya Bintara. Air banjir juga merendam kawasan Bulevar Hijau Harapan Indah Bekasi. Kondisi yang sama juga terjadi di kawasan Jaka Kencana, Bekasi. Air banjir setinggi 30-40 cm.

Banjir juga melanda kawasan Jalan Swatantra I Jati Asih. Ketinggian air di kawasan ini sekitar 40 cm. Sejak pukul 22.00 WIB, air banjir mulai menggenangi pemukiman warga di Kompleks Depnaker Blok C, Jaka Setia, Bekasi.

Di kawasan Jakarta Timur, banjir melanda daerah Penggilingan Elok, Cakung, Jakarta Timur. Banjir dengan tinggi 50 cm karena luapan sungai juga terjadi di depan pool Blue Bird Hek Jalan Raya Bogor dan berimbas kemacetan lalu lintas.

Banjir sudah merendam pemukiman warga di Jalan Cililitan Kecil I Kramatjati. Hingga malam ini, ketinggian air terus bertambah. Kondisi serupa juga terjadi di Kampung Pulo. Warga sudah sejak sore mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.

Sumber : http://metro.news.viva.co.id/news/read/472753-banjir-meluas--jakarta-nyaris-lumpuh

Sabtu, 11 Januari 2014

Jokowi Butuh 2 Juta Sumur Resapan untuk Cegah Banjir

"Ini kan sudah dikeruk, tapi belum rampung semua. Tapi dilihat kemarin hujan yang sangat deras sekali, sungai-sungai sudah bisa nampung, Waduk Pluit juga langsung pompa dan buang air ke laut. Tapi ini belum rampung semua," ujar Jokowi di Balaikota DKI Jakarta, Kamis (9/1/2014).

Menurut pria bernama lengkap Joko Widodo itu, diperlukan 2 juta titik sumur resapan untuk membuat Jakarta tak lagi dikepung banjir. Sementara saat ini, jumlah sumur resapan yang dikerjakan masih kurang.

"Butuh 2 juta, yang dikerjakan baru 1.900, jadi kurang berapa? Tapi yang sudah dikerjakan ini berpengaruh, bahwa sumur resapan kelihatan daya serapnya," tuturnya.

Namun mantan Walikota Solo itu menegaskan, banjir di Jakarta tidak akan dapat diatasi bila tak dibantu dengan pembangunan di kawasan hulu, yaitu kawasan Bogor dan sekitarnya. Karena banjir di Jakarta juga turut disumbang oleh kiriman air dari kawasan yang berada di atas Ibukota itu.

"Yang di atas kan juga belum dikerjain. Ini semua harus dikerjakan. Ini kerja terintegrasi, ada pemerintah pusat dan lainnya. Kalau masyarakat nggak ikut ya sama saja, masih tetap banjir," pungkas Jokowi.

Sumber : http://news.liputan6.com/read/795790/jokowi-butuh-2-juta-sumur-resapan-untuk-cegah-banjir

Kamis, 09 Januari 2014

Jokowi: Pengadaan 4.000 Armada untuk Atasi Kemacetan

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) mengatakan pengadaan 4.000 armada angkutan umum oleh Pemprov yang dilakukan langsung untuk menyelesaikan persoalan kemacetan ibukota.

"Lah kitanya mau menyelesaikan persoalan tidak? Kita mau menyelesaikan masalah ndak? Sudah berapa puluh tahun kita? Transjakarta sudah delapan tahun, setahun cuma 10, 20 untuk apa? Beli ya itu, 4.000 itu baru beli namanya, dan itu akan menyelesaikan masalah," ujar Joko Widodo di Balai Kota, Jakarta, Rabu.

Menurut dia, pengadaan 4.000 armada angkutan umum terdiri atas 3.000 untuk bus sedang dan 1.000 untuk bus Transjakarta. "Sekitar 3.000 untuk bus sedang, 1.000 untuk Transjakarta. Itu baru menyelesaikan masalah. Kalau mau menyelesaikan masalah, ya fokus seperti itu. Barang tidak dihajar ke sana-kesana, baunya aja hilang," kata dia.

Ia mengatakan program yang dilaksanakan Pemprov itu memang harus fokus, terukur, ada targetnya, terarah, tepat sasaran, bisa dirasakan terakhir. "Saya bisa aja beli 10 atau 20 kayak yang dulu, tapi efeknya apa. Wong yang rusak, setahun bisa 10 hingga 20 bus," ujar dia.

Sebelumnya Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Taufik Azhar mengkritik kebijakan Pemprov terkait pengadaan 4.000 armada angkutan umum yang dianggap terlalu terburu-buru.
"Pengadaan armada angkutan umum itu sebaiknya dilakukan secara bertahap bukan langsung, misalnya tiap enam bulan sekali itu 200 unit bus," ujar dia.

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/14/01/08/mz2ih8-jokowi-pengadaan-4000-armada-untuk-atasi-kemacetan

Rabu, 08 Januari 2014

Anies: Jakarta Macet, Kenapa Masyarakat Tidak Marah?

JAKARTA, KOMPAS.com — Peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat, Anies Baswedan, mengatakan bahwa Indonesia membutuhkan banyak orang baik untuk terjun ke dunia politik. Dia berharap langkahnya memasuki dunia politik akan memotivasi orang-orang baik lain untuk melakukan hal serupa.

"Kenapa Jakarta macet, masyarakat tidak marah sama Jokowi? Karena masyarakat tahu, mereka punya gubernur baik yang sedang bekerja," kata Anies di Studio Orange Kompas TV, Palmerah, Jakarta, Selasa (7/1/2014). Anies mengatakan, figur-figur baru yang berkualitas kini mulai bermunculan, terutama di tingkat lokal.

Beberapa di antara figur-figur baru itu, sebut Anies, adalah Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, Herry Zudianto (mantan Wali Kota Yogyakarta), dan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. "Masyarakat pun kemudian melihat seperti ini lho pemimpin yang diharapkan," katanya.

Kemunculan figur-figur baru itu, kata Anies, merupakan pertanda bahwa generasi kepemimpinan lama sudah kedaluwarsa. Rakyat, ujar dia, butuh figur pemimpin yang baru. Karenanya, dia berharap partai politik membaca perubahan zaman tersebut.

"Jangan sampai partai ditinggalkan karena salah menangkap (fenomena) itu," kata Anies. Namun, dia pun mengatakan bahwa pola pikir masyarakat Indonesia kerap terbalik. Orang baik tanpa masalah yang ingin masuk ke dunia politik malah dicaci-maki, ujar dia, sementara orang yang tidak baik dan bermasalah justru dibiarkan.

"Untuk itulah saya turun tangan daripada (sekadar) urun angan," kata Anies. "Kita butuh pemimpin yang tidak hanya bekerja, tetapi juga menggerakkan masyarakat untuk bekerja."

Sumber : http://nasional.kompas.com/read/2014/01/07/2357070/Anies.Jakarta.Macet.Kenapa.Masyarakat.Tidak.Marah

Selasa, 07 Januari 2014

Jokowi Tunda Penutupan Terminal Lebak Bulus

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menunda penutupan Terminal Antarkota Antarprovinsi Lebak Bulus, Jakarta Selatan, pada Senin (6/1/2014). Ia tidak dapat memastikan waktu yang tepat untuk menutup terminal tersebut. "Enggak tahu, mungkin satu-dua hari ini," kata Jokowi, Senin sore.

Jokowi enggan menyebutkan alasan penundaan penutupan tersebut. Hari ini ratusan karyawan perusahaan otobus dan warga sekitar terminal itu berunjuk rasa menuntut solusi bagi pekerjaan mereka apabila terminal itu jadi ditutup pada Senin malam nanti. Jokowi berharap, dalam waktu dekat ini kondisi terminal tersebut berangsur kondusif.

Kepala Dinas Perhubungan Jakarta Udar Pristono mengatakan, penutupan Terminal AKAP Lebak Bulus sangat berpengaruh dengan kelanjutan pembangunan depo mass rapid transit (MRT). Jika penutupan terminal ditunda, maka pelaksanaan proyek MRT pun tertunda.

"Proyek MRT ini kan besar, triliunan, jadi tidak bisa dilambat-lambatkan seperti itu, pasti rugi, maka akan dilanjutkan," ujarnya.

Kendati demikian, Pristono juga tidak dapat memastikan kapan Dishub DKI dapat menutup terminal tersebut secara permanen. Dishub DKI juga tidak bisa memenuhi permintaan pengunjuk rasa di terminal itu, yakni menunda penutupan hingga setelah perayaan hari raya Idul Fitri 2014.

Dishub DKI telah menetapkan pemindahan rute bus AKAP Lebak Bulus ke Terminal Kampung Rambutan, Terminal Kalideres, dan Terminal Pulogadung. "Sekalian penataan, jurusan Sumatera di Kalideres, Jawa Barat di Kampung Rambutan, Jawa Tengah dan Timur di Pulogadung. Nanti dari Pulogadung dipindahkan ke Pulogebang," kata Pristono.

Penutupan Terminal AKAP Lebak Bulus dilakukan untuk mendukung pembangunan MRT. Rencana penutupan terminal itu mendapat tentangan dari karyawan perusahaan bus dan warga yang mencari nafkah di terminal tersebut. Sejak 1 Januari 2014 hingga Senin pagi ini, sopir bus dan warga berunjuk rasa di dalam terminal tersebut.

Sumber : http://megapolitan.kompas.com/read/2014/01/06/1934323/Jokowi.Tunda.Penutupan.Terminal.Lebak.Bulus

Senin, 06 Januari 2014

Kota Kasablanka bikin macet, Jokowi siap turun tangan

Merdeka.com - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo ( Jokowi ) mengaku siap menangani permasalahan kemacetan yang terjadi pada pintu keluar Jalan Layang Non Tol (JLNT) Tanah Abang-Kampung Melayu jika Dinas Pekerjaan Umum menyerah. Karena permasalahan utama kemacetan tersebut berbenturan dengan pengembang Kota Kasablanka (Kokas), Jakarta Selatan.

Jokowi mengungkapkan, akan mendorong perusahaan pengembang Kota Kasablanka untuk memundurkan batas pagar yang bersinggungan dengan Jalan Profesor Doktor Satrio itu. "Harusnya urusan kepala dinas. Tapi kalau mentok, baru bilang saya, gubernur," ujar Jokowi di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (3/1).

Diketahui, pintu masuk Kota Kasablanka menjadi sumber kemacetan dari arah Tanah Abang menuju Kampung Melayu. JLNT yang dibangun Pemprov tak akan berguna jika sumber kemacetan tersebut tak dibenahi.

Permintaan tersebut menyusul diresmikannya JLNT atau Jalan Layang Non Tol, di mana, akhir JLNT berada di dekat akses masuknya pusat perbelanjaan baru itu. Akibatnya, penumpukan kendaraan akibat pertemuan arus tidak terhindarkan sehingga mau tak mau, batas depan Kota Kasablanka harus dimundurkan.

Kepala Bidang Jalan Baru Peningkatan Dinas PU DKI Jakarta Yusmada Faizal mengatakan, saat ini pihaknya tengah melakukan komunikasi dengan perusahaan pengembang Kota Kasablanka. Namun, dia tidak dapat memastikan kapan permintaannya dapat terwujud.

"Kalau tidak dimundurkan pasti macet. Dari JLNT dua lajur, dari underpass Rasuna Said dua lajur, dari Jalan Rasuna Said satu lajur, dari arah Taman Rasuna Said dua lajur. Total ada tujuh lajur arus lalin yang menumpuk di depan Kokas yang hanya tersedia tiga lajur. Belum akibat keluar masuk dari dalam Kokas," ujarnya.

Sumber : http://www.merdeka.com/jakarta/kota-kasablanka-bikin-macet-jokowi-siap-turun-tangan.html

Jumat, 03 Januari 2014

Jakarta Minim Tong Sampah!

JAKARTA - Pemprov DKI Jakarta disarankan lebih serius mengelola sampah, terutama menjelang tibanya musim penghujan akhir tahun ini. Caranya dengan menyediakan fasilitas penjemputan sampah dari rumah-rumah warga serta memperbanyak tempat sampah di tempat umum.

"Persoalan sampah di musim penghujan, Desember hingga Januari ini perlu diwaspadai karena besar curahnya besar. Jika banjir disertai sampah-sampah, maka semakin banyak penyakit yang bisa menyerang warga,” kata Calon Anggota DPD dari DKI Jakarta, Rommy, dalam keterangan persnya, Senin (30/12/2013).

Menurut Rommy, banyak yang bisa dilakukan Pemprov DKI untuk mengatasi sampah, khususnya untuk mencegah banjir. Seperti dengan mengangkut sampah secara rutin dari perkampungan untuk mengurangi perilaku warga agar tidak membuang sampah ke aliran sungai.

“Tong sampah di tempat umum juga diperbanyak. Karena perilaku nyampah seringkali terjadi karena sulitnya menemukan tong sampah di tempat umum. Jika di luar negeri, orang bisa sampai memiliki perilaku menyimpan sampahnya di dalam tas sampai mereka menemukan tong sampah, hal ini sangat langka dijumpai di Indonesia,” sesal Rommy.

Untuk itu, dia menyarankan agar Pemprov DKI menyediaan tong-tong sampah di kendaraan umum atau di sepanjang jalan dan di banyak titik di perkampungan warga.
Rommy mencontohkan, di Ciracas Jakara Timur yang hanya memiliki dua gerobak sampah yang sudah tidak memadahi, tapi warga juga berpartisipasi aktif membuat gerobak.

“Alangkah baiknya jika Pemprov DKI bisa menyediakan sarana gerobak lebih banyak atau merubahnya dengan mesin/truk pengangkut sampah sehingga sampah tidak akan tertimbun lama di sekitar area pemukiman,” tutupnya.

Sumber : http://jakarta.okezone.com/read/2013/12/30/500/919229/jakarta-minim-tong-sampah

Kamis, 02 Januari 2014

Liputan6.com, Jakarta : Sampah berserakan usai perayaan malam Tahun Baru di Jakarta Night Festival (JNF). Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Unu Nurdin mengungkapkan bahwa sampah sisa perayaan malam tahun baru mencapai 150 ton, setelah dikumpulkan di sepanjang Jalan Sudirman-Thamrin, lokasi JNF.

"Yang acara JNF sampahnya mencapai 150 ton," kata Unu saat dihubungi, Jakarta, Rabu (1/1/2014).

Ia mengatakan petugas sampah mulai membersihkan kawasan JNF sejak pukul 02.00 WIB. Ditargetkan, pembersihan dapat selesai pukul 06.00 WIB, namun pelaksanaannya molor hingga pukul 09.00 WIB. Hal itu dikarenakan hujan yang terus mengguyur Jakarta sejak dini hari tadi.

"Khusus untuk Jakarta Night Festival di Sudirman - Thamrin, petugas yang dikerahkan sebanyak 330 orang yang ditambah 20 orang pengawas. Kemudian disediakan pula 22 truk sampah, 4 street sweeper, dan 32 gerobak motor untuk proses pembersihan," kata Unu.

Total petugas kebersihan yang diturunkan untuk membersihkan sampah sisa perayaan malam tahun baru mencapai 1.299 orang. Mereka ditempatkan di 6 titik, diantaranya di kawasan Monas, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Ancol, Taman Fatahillah-Kota Tua, Taman Margasatwa Ragunan (TMR) dan Sudirman-MH Thamrin.

"Tapi kalau sampah dari 5 wilayah belum masuk ke TPST Bantar Gebang, jadi jumlah keseluruhan masih belum diketahui. Sekarang masih didata total sampahnya," ujarnya.

Sumber : http://news.liputan6.com/read/789406/sampah-jakarta-night-festival-mencapai-150-ton