Jumat, 30 Agustus 2013

Kamis, 29 Agustus 2013

Langkah Awal Mengurai Kemacetan Jakarta

JAKARTA, KOMPAS.com - Henniko Okada, peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan (Sosekling) Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pekerjaan Umum mengatakan, kemacetan Jakarta ada hubungannya dengan tata guna lahan dan transportasi.

Demikian dia sampaikan pada acara kolokium yang diselenggarakan Puslitbang Sosekling Dinas Pekerjaan Umum di Jakarta, Rabu (28/8/2013). Seusai presentasinya, Henniko mengungkapkan potensi gridlock tersebut dia dapatkan berdasarkan kajian 2012 dari Institut Teknologi Bandung (ITB).

Dia mengakui, penelitian berbasis studi pustaka yang dia presentasikan hari ini masih merupakan kajian awal. Namun, kajian awal tersebut setidaknya bisa mencetuskan ide-ide dan tantangan pemikiran baru di antara peserta kolokium.

Untuk menjawab masalah di Jakarta, Henniko membandingkan kondisi kemacetan dan kemungkinan solusinya dari Kota Curitiba dan Sao Paolo di Brazil, Bogota di Kolombia, dan Seoul di Korea Selatan. Hasilnya, tampak bahwa kota-kota tersebut memiliki pola yang berbeda dari Ibukota Indonesia ini.

Menurut Henniko, pemimpin negara dan pemimpin regional di lokasi-lokasi tersebut masing-masing memiliki cita-cita besar di balik berbagai kebijakannya. Dia mencontohkan, visi pemimpin Bogota berorientasi untuk memanusiakan penduduknya. Alhasil, berbagai kebijakan berorientasi pada kepentingan dan kenyamanan masyarakat. Fokus dari segala keputusannya mengarah pada kebutuhan publik.

"Siapa pun pemimpinnya, sang pemimpin berbagi visi dengan pemimpin sebelumnya untuk mewujudkan hal yang sama," ujar Henniko.

Namun, lanjut Henniko, untuk mencapai hal tersebut dan mengurai kemacetan Jakarta, kota ini membutuhkan lebih dari satu solusi.

"Solusi yang berpotensi mengatasi kemacetan di Jakarta terdiri dari pembangunan perkotaan yang berorientasi kebutuhan masyarakat, integrasi moda transportasi, lembaga transportasi (yang ideal), penegakkan arah tata guna lahan, dan penegakkan hukum," kata Henniko.

Menurutnya, pemerataan pusat-pusat kegiatan merupakan salah satu hal penting mengurangi kemacetan.

"Pergerakan manusia akan menentukan titik-titik di mana pusat kegiatan masyarakat," ujarnya.

Harus tersebar

Henniko juga mengungkapkan hal mendasar lainnya, bahwa kemacetan ada hubungannya dengan tata guna lahan dan transportasi. Pembangunan kota multi-guna (mixed use) berbasis transportasi dan adanya sistem transportasi terintegrasi juga dapat menjadi salah satu jalan keluar.

Menanggapi presentasi tersebut, Staf Ahli Menteri Sosial Budaya dan Peran Serta Masyarakat Waskito Pandu mengungkapkan, bahwa memang harus ada berbagai institusi yang menangani masalah (kemacetan) ini.

"Tidak semua orang harus bergerak ke 'gula-gula' yang ada di satu titik. Seharusnya tersebar, tidak semuanya ke pusat kota," kata Waskito.

Sementara itu, Nuzul Achyar dari LPEM UI menanggapi masalah kemacetan di Jakarta dengan sudut pandang lebih mendasar. Menurut dia, kuncinya secara konseptual, kemacetan menyebabkan eksternalitas negatif.

"Bukan pada satu-dua individu, tapi masyarakat. Ketika terjadi kemacetan, maka yang tinggi tidak hanya biaya lagi. Polusi juga bertambah. Itu sebabnya, ada kaitan antara land use policy dengan lebar jalan. Repotnya, bangsa kita tidak punya zoning regulation. Kalau pun punya zoning, itu buatan Belanda," ujarnya.

"Yang kedua dengan zoning. Zoning ini mampu melindungi heritage juga. Karena itu, land use-nya dibatasi," lanjutnya.

Ia mengatakan, mengurangi kemacetan juga harus dengan instrumen. Khususnya instrumen makro.

"Di Jepang orang enggan pakai kendaraan pribadi karena tersedia infrastrukturnya. Di Singapura, kendaraan dibatasi agar orang mau berinvestasi di sana," terang Nuzul.

Menurut Nuzul, salah satu kunci utamanya adalah ketersediaan transportasi publik. Namun, para peneliti dan akademisi sepakat, masalah kemacetan merupakan masalah multi dimensi.

"Kemacetan Jakarta masalahnya bukan hanya soal transportasi. Jauh lebih kompleks," tandas Soenjoto Usman dari PIPM UGM, menutup diskusi.

Sumber : http://properti.kompas.com/index.php/read/2013/08/28/1814479/Langkah.Awal.Mengurai.Kemacetan.Jakarta

Rabu, 28 Agustus 2013

Cara Jokowi-Ahok Balas Kritikan Foke

Tak ada ekspresi wajah terkejut, kaget, apalagi marah pada air muka Jokowi. Padahal, Gubernur DKI Jakarta bernama lengkap Joko Widodo itu baru saja dihujani kritikan dari 'seniornya', Fauzi Bowo atau yang karib disapa Foke. Ya, Foke memang memborbardir Jokowi dan pasangannya, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, dengan setumpuk persoalan klasik Ibukota.

Dari mulai penanganan banjir, urbanisasi, hingga kemacetan. Kritikan dihujam bertubi-tubi, Jokowi dan Ahok tak emosi. Malah, keduanya mengaku akan mendengar aspirasi 'Bang Kumis'. "Saya kira semua masukan baik dan akan dipakai," kata Jokowi di Balaikota DKI, Jakarta, Senin (26/8/2013). "Memberikan masukan saya kira bagus, semua masukan dari senior saya kira bagus. Baik dari Pak Foke, Pak Sutiyoso, baik dari yang lain pasti sangat baik."

Begitu juga bagi Ahok, Foke merupakan tokoh yang telah lama berada di dalam birokrasi di Jakarta. Ahok akui Foke telah banyak memberikan kontribusi besar bagi pembangunan Jakarta. "Ya memang harus diakui, Pak Foke sudah melakukan banyak hal. Macam-macam sudah dia buat," kata Ahok. "Kita ini sebenarnya ketiban rezeki saja."

Jakarta Bangkrut?

Apa saja yang dikritik Foke kepada pasangan Jokowi-Ahok? Beragam-macam. Pertama soal dampak urbanisasi setelah Hari Raya Idul Fitri. Foke khawatir, dengan banjirnya urbanisasi, Jakarta tidak lagi punya kemampuan untuk memberi layanan pada masyarakat. Bahkan, Foke was-was bila Jakarta menjadi bangkrut seperti kota Detroit di Amerika Serikat.

Apa respons Jokowi? "Kita ini bukan Detroit. Income kita besar, pertumbuhan ekonomi kita juga baik. Kalau dinasionalkan lebih baik," jawab Jokowi. Tidak hanya itu, Jokowi juga mengaku telah melakukan beberapa terobosan dalam pelayanan. Seperti membuat sistem online dalam perpajakan daerah dan mempermudah perijinan usaha. "Apalagi pelayanan perizinan kita perbaiki dan dipersepikan positif bagi dunia usaha. Saya kira akan menjadi lebih baik," kata mantan Walikota Solo ini. Tapi, Jokowi masih menyimpan jurus jitu. "Nanti data itu untuk evaluasi, bahwa harus ada jurus yang jitu, supaya tidak ada yang ke Jakarta lagi," tegasnya.

Bagaimana kata Ahok soal ancaman bangkrut Jakarta? Ahok menilai, apa yang disampaikan Foke juga merupakan kekhawatiran yang dialami seluruh negara di dunia. Bila manajemen anggaran tidak terkelola dengan baik, maka sebuah negara atau kota bisa mengalami kebangkrutan.

"Itu semua negara juga sama. Semua kota juga sama. Kalau Anda tidak hati-hati, pasti bisa bangkrut," ujar Ahok di Balaikota DKI Jakarta, Senin (26/8/2013). Namun demikian, peringatan dari Foke itu akan menjadi saran dan masukan berarti buatnya. Terlebih walau sempat saling adu kuat dalam Pilgub tahun lalu memperebutkan posisi gubernur dan wakil gubernur, Ahok menganggap Foke bukan orang sembarangan. "Oh jelas dong, Beliau sudah lama di sini. Pak Foke kan lebih berpengalaman, karena dia kan pernah jadi wakil gubernur, sampe gubernur. Dari baru jadi PNS, dari muda sampai pensiun di sini," ucap Ahok.

Terancam Tenggelam

Tak hanya itu, Foke juga meminta Jokowi dan Ahok untuk menyelamatkan Jakarta. Apa pasal? Karena Jakarta termasuk kota-kota besar di dunia yang mendapatkan peringatan akan tenggelam beberapa tahun ke depan. "Jakarta ini masuk nomor 11 dari 20 kota yang akan tenggelam. Ini perlu perhatian. Bukan hanya pemerintahnya, tetapi juga warganya," ujar Foke saat halal bihalal di kediamannya di Jalan Teuku Umar No 19, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu 25 Agustus 2013.

Apa kata Jokowi? Sudah ada antisipasi. Jokowi menyebut proyek Giant Sea Wall atau Tembok Laut Raksasa. Proyek yang digagas sejak masa kepemimpinan Sutiyoso dan Foke itu dianggap sebagai langkah antisipasi mencegah banjir besar di Jakarta.

"Ini kan lagi dikejar Giant Sea Wall-nya, kita sedang kejar. Kita akan mulai 2020, tapi ini akan kita percepat lagi supaya 2014 bisa dimulai," ujar Jokowi. Untuk membangun megaproyek bernilai triliunan itu, Jokowi telah melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat melalui Menteri Perekonomian Hatta Rajasa. Rencana mempercepat pengerjaan Giant Sea Wall menjadi tahun 2014 pun telah disetujui oleh Hatta. Pembangunan bendungan laut itu bertujuan menanggulangi banjir, khususnya rob di sisi utara Jakarta. Tanggul raksasa ini diproyeksikan untuk melindungi Jakarta hingga 1.000 tahun ke depan. Selain itu, tanggul ini juga untuk memudahkan pembuangan air dari daratan ke laut dan sebagai tempat penyimpanan air bersih.

Soal kritikan yang satu ini, Ahok justru tak terlalu khawatir. Karena pernyataan Foke itu bukanlah bukanlah 'barang baru'. Ahok bahkan mengaku sudah mendengarnya sejak masih duduk di bangku sekolah. "Dari saya sekolah tahun 80-an, sejak jaman saya sekolah sudah selalu dengar peringatan itu. Jakarta sudah diperingati bakal tenggelam," ujar Ahok. Untuk itu, menurutnya, Pemprov DKI harus menyiapkan diri dengan berbagai program pembangunan yang berkesinambungan dan pencegahan banjir. Mulai dari melakukan normalisasi sungai dan waduk serta membuat pulau buatan sebagai penahan rob. "Kita mesti siap-siap beresin Jakarta. Seperti normalisasi sungai dan waduk, membangun pulau buatan untuk penahan rob. Pasang pompa yang bener. Ya seperti itu lah," papar Ahok.

Pedagang Kaki Lima

Jokowi-Ahok gencar menata pedagang kaki lima atau PKL di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Dari mulai memindahkan ratusan PKL sampai memberikan kios gratis selama 6 bulan. Penataan PKL Tanah Abang ini merupakan masalah kompleks nan-klasik di Jakarta dari masa ke masa. Tapi di era Jokowi-Ahok, penataan ini mulai membuahkan hasil.

Soal urusan PKL, Foke mengklaim juga pernah melakukan hal yang sama di Senen, Jakarta Pusat. Di bagian ini, Foke tak mengkritik. Tetapi lebih kepada membandingkan. "Saya juga pernah beresin Senen, kan sekarang jadi tidak macet. Nah masalahnya ada yang beritain tidak?" cetus Foke.

Doktor lulusan Jerman ini bercerita, saat menata Pasar Senen dirinya pernah dihadapkan pada PKL yang menolak direlokasi. "Waktu itu saya juga tanya mau dipindahin tidak? Mereka malah jawab mobilnya saja yang pindah, mereka tetap di situ jawabannya," ungkap Foke. Foke tak rela PKL merajalela di Senen. Terkait relokasi yang dilakukan Jokowi di Tanah Abang, Foke menilai itu sudah selayaknya dilakukan. "Kalau dikembalikan fungsinya, itu sudah seharusnya," ucap Foke.

Rusun Marunda

Foke juga menyatakan Rumah Susun (Rusun) di Muara Baru dan Marunda merupakan hasil pembangunan pada era pemerintahannya. Khusus Rusun Marunda, program itu sudah dimulai dari zaman mantan gubernur sebelumnya, Sutiyoso.

"Muara Baru saya yang mulai. Marunda juga saya yang mulai sama Bang Yos (Sutiyoso). Perlu dihitung kemampuan financing untuk berkontribusi. Sebelum kerja, hitung dulu. Saya enggak tahu, yang ngitung bukan saya," ungkap Foke.

Dia menambahkan, program rusun itu harusnya mencontoh Singapura. Di negara tersebut, pembangunannya disertai kemampuan beli dari masyarakatnya. "Pemerintah Singapura tidak cuma sekadar bangun rumah, tapi juga bangun kesejahteraan warga. Itu gunanya apa? Supaya bisa dibeli warga," tutur pria 65 tahun itu.

Ahok akui banyak program yang dibangun pada masa pemerintahan Foke selama 10 tahun. Sejak Foke menjabat sebagai Wakil Gubernur mendampingi Sutiyoso dan berlanjut menjadi Gubernur. "Dia buat taman ke bandara dan rusun. Ya kalau rusak, kita tinggal perbaiki saja. Kita ini sebenarnya ketiban rezeki saja," lanjut Ahok.

Ahok pun 'kangen' dengan Foke, ingin sekali bertemu untuk saling bertukar pikiran. Sayangnya, pada acara Halal bihalal di rumah Foke, pada 25 Agustus kemarin, Ahok tak diundang. "Saya nggak pernah telepon beliau lagi sih, kalau ketemu paling ketika ada acara-acara. Saya kemarin nggak tahu di rumah beliau ada open house (halal bihalal), kalau tahu saya pasti pergi," ujar Ahok. (Ism)

Sumber :http://news.liputan6.com/read/675502/cara-jokowi-ahok-balas-kritikan-foke

Selasa, 27 Agustus 2013

Ide-ide Segar Siswa Seputar Sampah Jakarta

JAKARTA, KOMPAS.com — Sejak usia sekolah, generasi muda bangsa yang suatu hari nanti akan menjadi pemimpin harus memiliki pola pikir yang dapat mengurangi kerusakan alam di masa mendatang. Untuk itulah, forum Aeon Asia Eco-Leaders diadakan.

Forum ini diadakan untuk menumbuhkan kepedulian kaum muda pada isu-isu lingkungan hidup. Bentuk kepedulian tersebut akan dirumuskan dalam satu solusi yang nantinya dipresentasikan kepada pemerintah setempat guna memberikan masukan dalam menyelesaikan persoalan lingkungan.

Forum tersebut untuk kali pertama digelar di Indonesia. Kegiatan yang dimulai sejak Senin (19/8/2013) hingga Selasa (27/8/2013) ini diisi berbagai kegiatan dan melibatkan siswa-siswi SMA dari enam negara peserta, yakni Indonesia, Jepang, China, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Puncak acara digelar pada Sabtu (24/8/2013) malam di Hotel Borobudur, Jakarta.

Setelah melakukan riset singkat, mendapat masukan dari pemerintah lokal, serta mengunjungi lokasi-lokasi terkait tema, para siswa peserta akan merumuskan beberapa jalan keluar yang bisa dilakukan pemerintah setempat dalam rangka menanggulangi masalah lingkungan di kotanya. Khusus untuk forum kali ini di Jakarta, para siswa-siswi SMA dari enam negara tersebut membahas solusi penanganan dan pengelolaan sampah.

Seorang peserta dari Jakarta yang bersekolah di SMA Al-Azhar 1 Kebayoran, Khansaa' Ziz Fathima, mengungkapkan bahwa yang paling penting dipahami adalah kesadaran dari diri tentang apa itu sampah.

"Sampah itu bisa berguna, tapi bisa membahayakan. Kita cari cara agar sampah itu bisa dipergunakan," ujar Khansaa.

Pada Aeon Asia Eco Leaders ini Khansaa bergabung dalam satu kelompok bernama Kelompok B dengan Ardhana Tahariza Syarif (Indonesia), Li Yue Lin (China), Ren Jia Wei (China), Haruna Yurugi (Jepang), Yuka Shiotsuki (Jepang), Nur Aresya Natasya Binti Abdul Qahhar (Malaysia), Narikun Ketprapakorn (Thailand), dan Ngo Dang Hoan Thien (Vietnam). Khansaa dan teman-teman di kelompoknya mengusulkan cara penanggulangan sampah dengan tiga pendekatan, yaitu public awareness, pemerintahan, dan cara-cara khusus mengolah sampah.

Pada kesempatan tersebut, Sekretaris Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta Joni Tagor mengungkapkan dukungannya pada ide-ide segar dari siswa-siswi ini. Ia tidak mengelak bahwa masih banyak masalah harus dihadapi Pemprov DKI Jakarta seputar sampah.

"Kendala yang kita hadapi adalah kemampuan mereka (penduduk miskin DKI Jakarta) membayar, kaitan dengan mengolah sampah, memilah sampah dari awal, kemudian bagaimana mengolah lebih lanjut," ujar Joni.

Dia menekankan, sudah seharusnya tiap-tiap rumah tangga dan perusahaan yang menghasilkan sampah bertanggung jawab pada sampahnya sendiri. Dalam skala terkecil, tiap-tiap rumah tangga seharusnya memilah sampah sebelum sampai pada pengolahan sampah pusat.

Pada proses tersebut, menurut dia, warga dapat meraih keuntungan secara ekonomi dengan menjual kembali sampah yang bisa didaur ulang. Pemilahan sampah, terutama sampah yang bisa didaur ulang, bisa dimulai dari satuan terkecil kependudukan, yaitu keluarga atau rumah tangga. Dengan begitu, di masa mendatang, pemerintah setempat dapat berkonsentrasi pada pengolahan sampah yang bersifat limbah tidak bernilai ekonomis, bahkan limbah berbahaya.

Adapun forum Aeon Asia Eco-Leaders diadakan oleh Aeon 1% Club, yaitu bagian dari perusahaan asal Jepang, Aeon. Kegiatan ini merupakan bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan Aeon. Setiap perusahaan yang merupakan bagian dari Aeon akan menyumbangkan 1 persen dari laba sebelum pajaknya untuk digunakan pada gerakan-gerakan konservasi lingkungan dan kegiatan sosial yang berfokus pada tiga pilar, yaitu kegiatan konservasi lingkungan, kebudayaan internasional, pertukaran inter-personal, dan pengembangan sumber daya manusia, serta promosi kebudayaan regional dan masyarakat.

Selain diikuti oleh siswa-siswi SMA, Aeon Asia Eco-Leaders juga memiliki program yang akan diikuti oleh mahasiswa. Program tersebut rencananya akan diadakan pada November 2013 mendatang.

Sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2013/08/26/1747350/Ide-ide.Segar.Siswa.Seputar.Sampah.Jakarta?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kknwp

Senin, 26 Agustus 2013

Ribuan Anggota FPI Pawai, Jakarta Macet Total

Liputan6.com, Jakarta : Ribuan anggota Front Pembela Islam (FPI) melakukan pawai dalam rangka peringatan hari ulang tahun ke-15 ormas pimpinan Habib Rizieq Syihab itu, Minggu (25/8/2013). Sejumlah ruas jalan di Jakarta pun macet total.

Pantauan Liputan6.com di Jalan Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, kemacetan terjadi di dua arah. Jalur ke arah Tanah Abang tersendat, begitu pula jalur yang ke arah Slipi. Para anggota FPI berkonvoi membawa odong-odong.

Di Jalan Gatot Subroto ke arah Cawang juga tersendat. Dalam pawai itu, para anggota FPI menyerukan yel-yel, "Mujahid bukan teroris. Teroris bukan mujahid."

Di kawasan Semanggi, lalu lintas menuju cawang tersendat karena dipenuhi Laskar FPI yang mengenakan pakaian serba putih.

Di kawasan Jatinegara mengarah ke Matraman juga padat. Di sana, Habib Rizieq berorasi. "Perangi kemunkaran dan kemaksiatan. Cabik-cabik pengkhianat Islam," teriak Rizieq.

Di kawasan Gunung Sahari mengarah ke Ancol lalu lintas tersendat. Tidak ada kendaraan non-FPI yang melintas ke arah Ancol. Namun, arus sebaliknya terpantau lancar.

Puluhan polisi tampak berjaga di sepanjang jalan. Di setiap persimpangan ada 4-5 orang polisi yang bersiaga.

Sumber : http://news.liputan6.com/read/674264/ribuan-anggota-fpi-pawai-jakarta-macet-total

Jumat, 23 Agustus 2013

Kisah Warga Gusuran Waduk Pluit: Kalau Hujan, Yanto Masuk Lemari

Liputan6.com, Jakarta : Suasana ketegangan yang sempat mewarnai pembongkaran bangunan di bantaran Waduk Pluit, Jakarta Utara, kini usai. Warga akhirnya bersedia hengkang setelah berunding dengan aparat untuk memindahkan barang-barangnya.

Pantauan Liputan6.com, Kamis (22/8/2013), tak sedikit warga mengambil harta bendanya. Mulai dari peralatan dapur hingga kasur tidur. Hal itu dilakukan saat alat berat merobohkan bangunan rumahnya. Mulai dari anak kecil hingga pria paruh baya pun mengais perabotan rumah tangganya yang sudah tertimbun dengan reruntuhan bangunan.

"Aduh ibu kan kemaren sampai hari ini sudah dikasih waktu buat angkut barang. Sekarang saja baru repot, bahaya itu," kata salah seorang aparat yang bertugas di Pluit, Jakarta.

Sementara itu, tampak seorang pria tua berpakaian lusuh tak mengenal bahaya. Bagaimana tidak, Yanto (57) mengangkut perabot rumah tangganya ke dalam gerobak persis hanya berjarak sekitar 10 meter dari kendaraan alat berat. Yanto juga mengungkapkan dirinya memilih pulang kampung halamannya di Purworejo, Jawa Tengah.

"Saya dapat rusun di Marunda, tapi saya mau pulang saja. Anak sama istri saya sudah di kampung. Kata mereka (keluarga) tenang hidup di kampung nggak digebrak-gebrak aparat. Mau jualan rokok di kampung. Di kampung nggak ada gusuran," tutur Yanto.

Seraya memindahkan barang, Yanto mengungkapkan sudah sepekan dirinya tidur di atas reruntuhan bangunan. Selain jauh dari tempatnya bekerja, Yanto juga mengaku memiliki kenangan indah di bangunan yang didirikan di atas waduk itu.

"Saya kerja menyapu jalan di kompleks Ahok. Malah setiap pagi saya mulai menyapu dari depan rumahnya. Saya 15 tahun di sini, susah senang, sampai saya bisa tahu Jakarta saya tinggal di sini. Anak-anak saya lahir di sini. Kalau pas hujan, saya masuk dalam lemari saya. Ya beginilah hidup," cerita Yanto sambil menunjukan lemari miliknya.

Usai merapikan barang-barangnya, Yanto menghubungi anaknya di Kampung untuk memberi kabar. Yanto berencana menagih janji Koordinator Pasca Banjir Waduk Pluit, Heryanto yang bersedia memfasilitasi.

"Ya ini mau saya taruh di bagasi bus. Mudah-mudahan cukup. Janjinya kan yang mau pulang kampung juga diantar. Ya selamat tinggal Jakarta," pungkas Yanto sedih.

Sumber : http://news.liputan6.com/read/672351/kisah-warga-gusuran-waduk-pluit-kalau-hujan-yanto-masuk-lemari

Kamis, 22 Agustus 2013

Piknik ke Tanah Abang, Ajaib Banget...

JAKARTA, KOMPAS.com — Bagi warga Jakarta, kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, dikenal sebagai kawasan macet dengan pedagang kaki lima berjubelan di jalan-jalan. Tak banyak yang mengetahui secara langsung bahwa kawasan tersebut telah berubah lebih tertib. Tak ada lagi PKL di pinggir jalan.

Tak sedikit warga yang penasaran dengan perubahan kawasan niaga terbesar di Asia Tenggara tersebut. Karena penasaran, sejumlah karyawan di bilangan Setiabudi, Jakarta Selatan, pun menyempatkan diri untuk melihat kawasan itu dengan mata kepala sendiri.

"Tanah Abang sekarang ajaib banget, bersih, enggak macet lagi," kata Hesti, seorang karyawan dalam obrolan di mikrolet M-44 jurusan Karet-Kampung Melayu, Rabu (21/8/2013) siang.

Ceritanya, Hesti bersama rekan sekantornya baru saja kembali dari Tanah Abang. Mereka meluangkan waktu istirahat siang untuk melihat jalan-jalan di Tanah Abang yang sudah dibersihkan dari PKL. "Kita ceritanya piknik ke Tanah Abang," ujar Hesti sambil tertawa.

Dalam mikrolet itu, rombongan karyawan itu tak cuma membicarakan Tanah Abang yang sudah "disulap" menjadi lebih asri. Mereka juga bertukar informasi soal mengenai perubahan-perubahan lain di Jakarta. Mereka berharap Jakarta bisa berubah menjadi lebih baik, setidaknya seperti negara tetangga, Singapura, dan Malaysia.

Pasar Blok G berbenah

Penataan Tanah Abang itu tak lepas dari rencana Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk memindahkan PKL Tanah Abang ke Pasar Blok G Tanah Abang. Dulu, pasar itu terlihat sangat kumuh dan sepi pengunjung sehingga PKL menolak pindah ke dalam pasar tersebut.

Sekarang keadaan pasar itu berbeda. Meski tengah direnovasi, siapa pun yang melihat dan membandingkan kondisi pasar kini dan dahulu pasti bisa merasakan perubahan signifikan di pasar tersebut.

Kepala PD Pasar Jaya Blok G Warimin mengatakan, pembenahan Blok G sudah hampir sepenuhnya selesai. Memang masih ada kerusakan di sana-sini yang tengah dibenahi. Perbaikan itu menjadi tanggung jawab PD Pasar Jaya selaku pengelola pasar, pedagang tinggal terima beres.

"Lampu di seluruh blok sudah dipasang semuanya. Rolling door sementara sedang dikerjakan. Sudah kami siapkan barang-barangnya. Yang masih bisa dipakai kami betulkan, yang sudah tidak bisa dipakai kami ganti baru, termasuk kunci-kuncinya kita ganti baru," kata Warimin kepada Kompas.com di ruang kerjanya, Rabu siang.

Warimin mengatakan, saat ini, PD Pasar Jaya tengah membuat tangga utama di Pasar Blok G. Ia memperkirakan pekerjaan renovasi pasar sudah mencapai 90 persen. Sepuluh persen sisanya berupa perbaikan rolling door penutup kios dan tangga. Ia berharap Pasar Blok G bisa setara dengan Blok A dan B.

Pantauan Kompas.com, bagian depan gedung pasar sudah dipercantik dengan cat berwarna oranye, kuning, dan biru. Di situ juga telah dipasang tangga baru yang terbuat dari besi untuk mempermudah akses ke dalam pasar. Trotoar di depan gedung dibongkar dan diganti dengan batu bata baru.

Adapun pada bagian dalam gedung Blok G, rolling door kios untuk pedagang tengah diperbaiki. Pipa-pipa saluran air tengah diupayakan agar berjalan normal. Lampu-lampu setiap lantai juga telah dipasang.

Pada bagian belakang gedung juga sudah dicat biru dan hijau. Rumah pemotongan hewan (RPH) yang sebelumnya terletak pada bagian belakang pasar telah dirapikan dan sudah menjadi tempat parkir untuk pengunjung pasar.

Sumber : http://megapolitan.kompas.com/read/2013/08/21/1610372/Piknik.ke.Tanah.Abang.Ajaib.Banget

Rabu, 21 Agustus 2013

Jokowi Jadikan Waduk Ria Rio "Lebih" dari Waduk Pluit

JAKARTA, KOMPAS.com — Program penataan waduk di Jakarta terus digenjot Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Usai Waduk Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, dimulai, target selanjutnya adalah Waduk Ria Rio, Pulogadung, Jakarta Timur.

Waduk Ria Rio direncanakan memiliki banyak kelebihan ketimbang Waduk Pluit. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo memastikan, waduk yang berada persis di sebelah timur perempatan Cempaka Putih itu mulai ditata pada September 2013 yang akan datang. Jokowi ingin kawasan tak terurus itu menjadi tempat penampungan air, ruang terbuka hijau (RTH), ruang aktivitas publik, sekaligus menjadi ladang bisnis Pemprov DKI.

"Nanti di sini akan jadi taman. Tapi, ada sisi bisnis yang dikerjakan Jakpro. Ada gedung serbagunanya," ujar Jokowi saat berkunjung ke kawasan Waduk Ria Rio pada Senin (19/8/2013) siang.

Tak hanya gedung serbaguna yang akan berdiri di sisi timur, sisi yang saat ini masih berdiri 500 kepala keluarga, di sisi selatan waduk, akan dibangun hotel bintang empat.

Berbeda dengan Waduk Pluit yang tidak mengakomodasi sisi bisnis sama sekali, keberadaan gedung serbaguna dan hotel di Waduk Ria Rio dibangun mengingat lokasi waduk strategis. Selain terletak di perbatasan Jakarta Timur, Jakarta Utara, dan Jakarta Pusat, kawasan itu sering dilintasi oleh masyarakat pengguna kendaraan.

Meski demikian, Jokowi menegaskan, keberadaan gedung serbaguna dan hotel bukan tujuan utama Pemprov DKI. Namun, target utamanya adalah RTH yang dapat diakses warga dengan gratis, sedangkan gedung serbaguna dan hotel dibangun untuk mencari keuntungan, menyelaraskan fungsi sosial dengan bisnis tanpa mengganggu satu sama lain.

"Jakarta butuh ruang publik dalam rangka membangun konektivitas sosial warga. Ingat, ini bukan ruang bisnis ya," lanjut politisi PDI-Perjuangan itu.

Lebih bagus dari Waduk Pluit

Terletak di Kayu Putih, Pulogadung, Jakarta Timur, waduk 9 hektar yang memiliki kawasan seluas 25 hektar itu tampak tidak terurus. Di barat, selatan, dan utara dipenuhi ilalang dan pohon. Permukaan air waduk pun rata dipenuhi tanaman eceng gondok, nyaris seperti bukan waduk.

Sesuai desain, sisi barat akan dijadikan sentra bisnis. Sisi utara akan dibangun RTH dengan beragam fasilitas, mulai dari taman osmosis, amfiteater, hutan kota, dan taman pasif. Sisi timur akan dibangun gedung serbaguna yang menghadap ke waduk dengan amfiteater di depannya serta akan dibangun taman pasif serta arena olahraga.

"Ini akan jauh lebih bagus dari Waduk Pluit, yakin. Karena ini kan terletak di dalam kota. Tamannya lebih, ada kawasan bisnis. Pasti bagus," ujarnya.

Kawasan Waduk Ria Rio akan dibangun empat instansi. Sisi barat, timur, utara akan dibangun oleh Dinas Pertamanan dan Pemakaman. Sisi selatan akan dikerjakan PT Jakarta Propertindo. Adapun normalisasi waduk akan dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum. Anggaran penataan menggunakan APBD DKI dengan total senilai Rp 1 triliun.

Lebih mudah merelokasi warga?

Beberapa waktu lalu, Jokowi mengungkapkan optimismenya mampu merelokasi 500 kepala keluarga yang bermukim di sisi timur waduk. "Waduk Pluit yang tujuh ribuan KK saja bisa, apalagi ini yang cuma ratusan. Saya yakin bisa," ujarnya kala itu.

Dalam penataan waduk, Jokowi pun memulainya dari sisi selatan, barat, dan utara terlebih dahulu. Sisi timur yang masih berpenduduk tidak diusik untuk sementara waktu. Entah mengapa Jokowi memilih kebijakan itu, ia enggan menjelaskannya.

"Sisi yang ada masyarakatnya tunggu. Jangan kita bicarakan dulu. Yang penting itu dimulai, dimulai, kalau ndak dimulai-mulai ya gimana," lanjutnya.

Warga di sekitar waduk akan mendapat ruang kerahiman Rp 1 juta. Namun, Jokowi menampik kabar tersebut. Menurutnya, pihaknya belum menyentuh soal kompensasi untuk warga.

Sumber : http://megapolitan.kompas.com/read/2013/08/20/0752040/Jokowi.Jadikan.Waduk.Ria.Rio.Lebih.dari.Waduk.Pluit

Selasa, 20 Agustus 2013

Isi Waduk Ria Rio Sampah dan Eceng Gondok

JAKARTA, KOMPAS.com — Bila dilihat dari fungsinya, Waduk Ria Rio sebagai pengendali banjir kawasan Pulomas jauh dari kondisi baik. Waduk yang berlokasi di Kelurahan Kayu Putih, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur, ini banyak ditumbuhi eceng gondok yang hampir merata menutupi permukaan air.

Selain banyak eceng gondok yang tumbuh, sampah rumah tangga terlihat mengumpul dan dibiarkan di beberapa lokasi permukiman warga yang berada di tepian kawasan waduk. Selain bangunan permanen, warga juga ada yang mendirikan tempat tinggal bermaterial kayu bermodel rumah panggung yang bisa dijumpai di sekitar tepian waduk.

Air yang berada di waduk itu sudah dalam kondisi yang memprihatinkan dan berwarna gelap. Terlihat beberapa WC tradisional yang dibangun warga dengan jembatan kecil menjulur di sekitar tepian waduk layaknya di empang.

"Ya, ada juga sih, tapi kalau sampah itu yang banyakan eceng gondok itu," kata Wakil Ketua RW 15, Mufli Ardi, kepada Kompas.com, Senin (19/8/2013).

Mufli melanjutkan, rencana normalisasi waduk awalnya merupakan program pembersihan dan pengerukan kedalaman air serta penanggulangan banjir. Pasalnya, kondisi waduk memang dalam keadaan tidak terawat akibat jarang dibersihkan dan mengalami pendangkalan.

"Akibat dangkal, kan sering banjir. Cuma enggak terlalu kayak dulu semeteran. Biasanya yang banjir lima tahunan itu," ujar Mufli.

Dengan rencana Pemprov DKI Jakarta melakukan normalisasi kawasan tersebut, Mufli mengatakan, sebagian warga pasrah. Namun, warga menolak uang kerahiman Rp 1.000.000 sebagai ganti rugi tempat tinggal warga yang dinilai tidak sebanding dengan biaya warga membangun rumah.

"Tapi apa bisa kira-kira jangan digusur karena itu kan programnya Jokowi yang rencananya untuk pembangunan taman. Kalau emang bisa dicegah sih warga lebih senang," jelasnya.

Sumber : http://megapolitan.kompas.com/read/2013/08/19/1319005/Isi.Waduk.Ria.Rio.Sampah.dan.Eceng.Gondok

Senin, 19 Agustus 2013

Berharap Keramahan Jakarta pada Warganya

JAKARTA, KOMPAS.com — Sebagai ibu kota negara, Jakarta masih dinilai belum ramah kepada warga. Pasalnya, warga masih kesulitan dalam mengakses fasilitas umum. Bahkan, untuk mendapatkan pelayanan umum, warga terpaksa mengeluarkan dana lebih banyak daripada seharusnya.

Ketidakramahan Jakarta ini membebani warga. Fasilitas transportasi, misalnya, belum sepenuhnya mampu melayani hingga ke permukiman warga.

"Itu sangat jelas terjadi di Jakarta. Masyarakat kesulitan menuju area bermain anak-anak, tempat terbuka untuk berkumpul, sekolah, pasar, dan fasilitas kesehatan," kata pakar tata kota dan lingkungan, Bianpoen, di sela-sela simposium Livable Cities, Jakarta, Minggu (18/8), yang diselenggarakan Congress of Indonesian Diaspora.

Menurut Bianpoen, keberadaan fasilitas umum yang dekat dengan permukiman merupakan salah satu syarat fundamental berdirinya sebuah kota modern. Hal itu bertujuan mendukung mobilitas masyarakat, penghematan segala jenis biaya (uang, waktu, dan tenaga), serta keselamatan. Idealnya, tempat-tempat itu bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau paling tidak dengan sepeda.

Dia menambahkan, ketersediaan transportasi umum sekalipun tidak akan banyak membantu.

"Kalau setiap hari warga mengeluarkan biaya transportasi untuk mengakses layanan publik, warga tidak akan bisa mengembangkan ekonomi keluarganya. Belum lagi masalah kemacetan," ujar mantan Direktur Pusat Penelitian dan Pengembangan Masalah Perkotaan dan Lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 1963-1986.

Arsitek dan pakar perkotaan Universiti Teknologi Malaysia, Bagoes Wiryomartono, mengungkapkan, idealnya jarak permukiman dengan fasilitas umum 300-400 meter dalam waktu tempuh 5-10 menit.

"Penataan itu membuat kota walkable (bisa dicapai dengan berjalan kaki), terutama oleh anak-anak dan orang lanjut usia," ujarnya. Kota Jakarta, seperti kota-kota lain di Indonesia, tidak dirancang dengan pengelompokan ruang yang dihubungkan dengan fasilitas umum.

Bagoes mengatakan, secara proporsional, populasi sebuah permukiman dijadikan dasar pertimbangan untuk membangun fasilitas umum, seperti sekolah, pasar, pos polisi, dan tempat ibadah.

Penataannya mirip dengan apa yang diterapkan kota modern, yaitu di beberapa kawasan hunian mewah di Jabodetabek.

Pembenahan

Bianpoen dan Bagoes sama-sama optimistis bahwa usaha mengintegrasikan permukiman dengan fasilitas umum dalam rangka menciptakan kota yang layak huni belum terlambat. Mereka mengharapkan adanya kemauan politik para pengambil kebijakan, baik di tingkat lokal maupun pemerintah pusat.

Untuk jangka panjang, Bagoes mengusulkan agar pemerintah di kota-kota besar berani menempatkan semacam community planner di setiap kecamatan yang berfungsi menjembatani masyarakat dan pemerintah.

"Seorang community planner mengetahui seluk-beluk sebuah area beserta kebutuhan fundamental dan situasi sosial mereka," ujarnya. Misalnya, di Warakas, Jakarta Utara, orang lebih membutuhkan air minum. Sementara di Kebayoran Lama, masyarakat lebih memerlukan taman.

Di samping itu, Bagoes juga meminta pemerintah untuk berani mengembangkan sistem transportasi terintegrasi. Meski fasilitas umum agak jauh dari permukiman warga, setidaknya akses transportasi dipermudah dan saling terhubung. Tujuannya agar alih moda transportasi lebih aman, nyaman, dan ramah bagi semua orang.

Terkait pembangunan rumah susun yang dilakukan Pemprov DKI dengan merelokasi warga bantaran sungai, Bianpoen mengingatkan, perlu penyesuaian lingkungan fisik dan sosial. Pasalnya, ada perbedaan cara hidup yang tajam antara lingkungan lama dan lingkungan baru yang dimasuki warga.

Sumber : http://megapolitan.kompas.com/read/2013/08/19/0627106/Berharap.Keramahan.Jakarta.pada.Warganya

Jumat, 16 Agustus 2013

Pakar: Hukuman Membuang Sampah di Kali Harus Konsisten

Jakarta - Pakar lingkungan hidup dari Universitas Indonesia (UI) Firdaus Ali mendukung rencana Pemprov DKI menerapkan sanksi tegas terhadap warga yang membuang sampah di sembarang tempat termasuk sungai dan kali. Penerapan sanksi tegas itu diharapkan mampu menjadikan sungai di Jakarta tidak lagi menjadi sumber malapetaka.

“Sudah lama kita menantikan penerapan sanksi tegas ini. Saya berharap penerapan saksi ini konsisten diterapkan,” ujar Firdaus Ali di Jakarta, Kamis (15/8).

Menurut Firdaus, hampir seluruh kali dan sungai di Jakarta telah dipenuhi oleh sampah. Akibatnya saat hujan datang atau banjir kiriman dari kawasan Puncak, banjir tak terelakkkan terjadi di Ibukota.

Tata kelola sampah di Jakarta kini sudah satu atap. Dulu masing-masing dinas mengelola sampah sesuai domain yang membuat pengelolaan sampah tumpang tindih.

“Jokowi telah menyerahkan pengelolaan sampah ke dinas kebersihan. Namun tetap ujung tombak adalah kelurahan. Kebersihan sungai dan kali akan menjadi penilaian kinerja lurah maupun camat,” katanya.

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan petugas untuk menangkap siapa pun yang membuang sampah di sungai. Pemprov DKI dan TNI, kata Jokowi, akan membentuk tim patroli di aliran Sungai Ciliwung. Setiap harinya akan ada satu tim patroli yang menyusuri Sungai Ciliwung. Mereka akan mencegah warga untuk membuang sampah ke aliran kali.

"Setiap hari ada satu tim. Warga yang ketahuan akan langsung ditangkap biar jera," tegas Jokowi, saat acara aksi bersih Kali Ciliwung bersama TNI, Rabu (14/8).

Jokowi menegaskan warga yang membuang sampah di kali atau sungai Jakarta akan ditangkap dan dikenakan sanksi sesuai dengan Perda No. 3 tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah. Namun untuk tahap awal akan disosialisasikan.

Jokowi menilai bila penegakan Perda No. 3/2013 tidak segera diterapkan, maka perilaku warga tidak akan berubah dan kondisi sungai di Jakarta akan semakin dipenuhi sampah.

Sumber : http://www.beritasatu.com/hukum-kriminalitas/131749-pakar-hukuman-membuang-sampah-di-kali-harus-konsisten.html

Kamis, 15 Agustus 2013

Kedapatan Buang Sampah di Kali, Didenda Minimal Rp 500.000

Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) menegaskan warga yang membuang sampah di kali atau sungai Jakarta akan ditangkap dan dikenakan sanksi sesuai dengan Perda No. 3 tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah.

“Warga yang kedapatan membuang sampah di sungai, awal-awalnya akan kita kasih sosialisasi, lalu peringatan dulu. Tetapi kalau masih juga membuang sampah di kali, ya kita harus tegakkan perda,” kata Jokowi, di Kalibata, Jakarta Selatan, Rabu (14/8).

Untuk memantau warga dan sampah di sungai, Pemprov DKI Jakarta menggandeng TNI AD membentuk Patroli Sampah Sungai. Personel patroli ini akan bertugas setiap hari memantau sampah di sungai dan perilaku warga di kawasan sungai tersebut.

Sementara waktu, patroli sampah sungai baru akan memantau dan menyusuri Sungai Ciliwung saja. Karena saat ini, kondisi sungai Ciliwung masih paling parah dibandingkan sungai-sungai lain yang melintas di Jakarta.

“Nanti dimulai dari Sungai Ciliwung dulu lah, yang parah kondisinya kan disana. Setelah itu baru patroli menyusuri setiap sungai,” ujarnya.

Patroli Sampah Sungai akan menangkap warga yang membuang sampah di sungai. Mereka merupakan petugas penegakan Perda No. 3/2013. Mantan Walikota Solo ini menilai bila penegakan Perda No. 3/2013 tidak segera diterapkan, maka perilaku warga tidak akan berubah dan kondisi sungai di Jakarta akan semakin dipenuhi sampah.

“Memang awalnya diberi peringatan dulu, tetapi penegakan perda harus ditegakkan mulai sekarang. Kalau tidak, kita akan gini terus, nggak maju-maju,” tukasnya.

Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Unu Nurdin mengatakan dalam Perda No. 3/2013 diatur sanksi bagi perusahaan dan warga yang membuang sampah sembarangan atau tidak mengelola sampahnya dengan baik.

Bila warga dan perusahaan tidak melakukan kewajiban yang diatur dalam perda tersebut, maka mereka akan dikenakan sanksi. Dari sanksi administratif hingga sanksi denda minimal Rp 500.000 hingga Rp 50 juta.

Pada Pasal 126, diatur setiap orang dilarang membuang sampah ke Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di luar jam 06.00 sampai 21.00. Dilarang membuang sampah ke sungai/kali/kanal, waduk, situ dan saluran air limbah, jalan, taman, dan tempat umum.

“Dilarang membuang sampah ke TPST atau TPA tanpa izin, membakar sampah yang mencemari lingkungan, membuang sampah dari kendaraan, menggunakan badan jalan sebagai TPS, mengelola sampah yang menyebabkan pencematan atau perusakan lingkungan,” jelasnya.

Sumber : http://www.beritasatu.com/aktualitas/131544-kedapatan-buang-sampah-di-kali-didenda-minimal-rp-500000.html

Rabu, 14 Agustus 2013

Jokowi: Tak cuma PKL bandel, buang sampah sembarangan disanksi

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berjanji akan menegakkan aturan yang termuat dalam berbagai perda. Sekecil apapun pelanggaran akan diberi sanksi.

"Di semua hal kami ingin melakukan itu. Di semua hal termasuk nanti buang sampah, berjualan di jalan termasuk yang di perda-perda itu ada, mulai akan diterapkan tipiring. Percuma kita buat undang-undang dan perda kemudian tidak kita lakukan sanksi tindakan dan lain-lainnya. Tak ada artinya," ujar Jokowi di Balai Kota sebelum blusukan ke Tanah Abang, Selasa (13/8).

Menurut dia, penertiban di kawasan Tanah Abang akan menjadi contoh untuk wilayah lain. Mengenai kondisi Tanah Abang, akan terus dipercantik.

"Taman diperbaiki, kebersihan, dan semuanya," ujar Jokowi. Perbaikan lain adalah gerbang dan juga jembatan.

Jokowi juga membantah ada PKL Tanah Abang tidak kebagian kios di Blok G. "Dapet, dapet semua. Kiosnya aja ada 1.100, PKL- nya sudah kami hitung ada 700, karena ini belum terseleksi. Saya kemarin di lapangan memang ada yang bilang, pak saya sudah daftar tapi gak dapet itu nanti kita akan lihat di lapangan," tegasnya.

Sumber : http://www.merdeka.com/jakarta/jokowi-tak-cuma-pkl-bandel-buang-sampah-sembarangan-disanksi.html

Selasa, 13 Agustus 2013

Semua Senang Lihat Tanah Abang

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemandangan berbeda terlihat di seputaran Tanah Abang, Jakarta Pusat, pada hari pertama kerja setelah libur Lebaran, Senin (12/8/2013). Semua pihak pun senang dengan suasana itu.

Arus lalu lintas lancar, tak ada lagi lapak pedagang kaki lima yang biasanya memenuhi sisi-sisi jalan raya di kawasan itu. Bersih dan lapang.

Kesan baru itu langsung terasa begitu memasuki Jalan KH Mas Mansyur menuju Jalan Kebon Jati. Biasanya jalan itu macet dan semrawut oleh kendaraan dan lapak PKL.

Pengendara yang melintas bisa memacu kendaraan dengan kecepatan di atas 40 kilometer per jam. Hal itu sebelumnya mustahil dilakukan karena kemacetan parah yang mendera.

”Lancar, enggak macet. Kalau seperti ini setiap hari, enak. Saya bisa lebih cepat sampai tujuan dan badan tidak lelah,” ujar Anto, pengendara yang melintas di Jalan KH Mas Mansyur.

Untuk menembus kemacetan Tanah Abang sampai ke tempat kerjanya di Kebon Sirih, Anto biasanya menghabiskan lebih dari 20 menit, padahal jarak tidak lebih dari 3 kilometer. Kemarin, rute itu dia tempuh tak lebih dari 5 menit.

Terus dipercantik

Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama terus menata kawasan Tanah Abang agar lepas dari cap semrawut selama ini.

Mulai Minggu (11/8/2013), kawasan Tanah Abang terus dipercantik. Beberapa ruas trotoar, yang sebelumnya menjadi tempat pedagang berjualan, sudah ditanami palem dan dicat.

Warga pun langsung merasa nyaman dan aman saat melintasi kawasan Tanah Abang.

Sejumlah pekerja sibuk mengecat pinggiran trotoar dan pembatas jalan di Jalan KH Mas Mansyur, Kebon Jati, dan Jati Bunder. Beberapa pekerja lainnya membongkar trotoar di persimpangan Jalan Kebon Jati-Jati Baru, di samping Blok G, sehingga tikungan jalan itu menjadi lebar.

”Lega rasanya melihat Tanah Abang enggak lagi semrawut. Sebelumnya, jalan saja susah karena harus berimpitan,” tutur Junaedi (40), warga Cakung, saat ditemui di Tanah Abang, Senin kemarin.

Junaedi adalah salah satu dari ribuan warga yang rutin berbelanja ke Tanah Abang. ”Saya hampir tiap minggu datang ke sini,” ujar pedagang pakaian di kawasan Pulogadung ini.

Sebelumnya, menurut Junaedi, dia selalu kesulitan membawa barang belanjaannya. Itu karena dia harus menembus kepadatan sambil memikul karung pakaian yang berat. ”Capek deh kalau belanja ke sini,” ujarnya.

Selain merasa tidak nyaman, Junaedi juga selalu merasa tidak aman saat melintasi kawasan Tanah Abang yang semrawut. Dia selalu merasa khawatir kehilangan barang berharga dan belanjaan. ”Sekarang, saya enggak lagi takut kecopetan,” kata Junaedi.

Dia pun berharap kawasan Tanah Abang tetap tertata rapi demi kenyamanan semua orang yang datang ke Tanah Abang.

Harapan yang sama dikatakan Anna (45), pedagang pakaian dari Pontianak, Kalimantan Barat. ”Dua bulan sekali saya datang belanja ke sini. Semoga tetap tertib seperti ini supaya enak belanja,” tuturnya.

Anen (73), warga yang tinggal di Jalan Jati Baru Raya, juga merasa kawasan Tanah Abang jauh lebih nyaman setelah dibersihkan. ”Sekarang arus lalu lintas kendaraan di depan rumah lebih lancar,” ujarnya.

PKL merasa terangkat

Kemarin, para pedagang yang terkena dampak penertiban tidak lagi menggelar dagangannya di pinggir jalan. Sejak pagi, mereka berbondong-bondong menuju Blok G. Sebanyak 931 pedagang sudah mendaftar ke Blok G dan wajib mendaftar ulang pada 12-16 Agustus untuk verifikasi data sebelum pengundian tempat pada 19 Agustus.

Selama enam bulan pertama, para pedagang yang berjualan di Blok G ini tidak akan dikenai biaya sewa. ”Mereka hanya membayar iuran listrik, kebersihan, dan keamanan,” kata Manajer Area Pusat Satu PD Pasar Jaya Made Ringgahadi.

Syahril (45), pedagang yang berjualan di Jalan Kebon Jati sejak 1980, juga mengaku senang dengan kebijakan pemerintah.

”Saya bersyukur dipindahkan ke Blok G karena membuat derajat PKL terangkat. Sebelumnya, saya hanya berjualan di pinggir jalan, sekarang bisa berjualan di tempat yang layak,” tutur pedagang tas, dompet, dan ikat pinggang kulit ini.

Namun, Syahril sempat kecewa karena namanya tidak terdata di Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil Menengah, dan Perdagangan saat akan registrasi ulang. Padahal, dia sudah mendaftar dan memegang bukti pendaftarannya.

”Saya diminta datang lagi hari Rabu, tetapi saya khawatir enggak kebagian tempat,” katanya. Hal yang sama juga dialami Damiati (47), pedagang pakaian anak-anak.

Ketua Penasihat Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI) Hasan Basri menilai pemindahan PKL di Tanah Abang ke Blok G adalah langkah positif Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Namun, hal itu harus disertai pengawasan dan kontrol yang baik agar pedagang tidak kembali berjualan di jalan.

Pemprov DKI memang bertekad untuk tegas menegakkan aturan di kawasan ini agar semuanya berjalan tertib.

”Sesuai jadwal, hari ini, kami sudah siapkan persidangan di tempat bagi PKL yang bandel. Kami juga terus mengawasi kawasan Tanah Abang dan kami berharap tidak perlu ada PKL yang disidang,” kata Wali Kota Jakarta Pusat Saefullah di Balaikota.

Di sisi lain, Kepala Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan DKI Jakarta Ratnaningsih pun bertekad terus mempromosikan Blok G. ”Kalau perlu, kami akan promosi setiap hari produk apa saja yang dijual di tempat itu,” kata Ratna.

Dengan segala kenyamanan, diharapkan Blok G tidak lagi sepi pembeli dan PKL tidak lagi berjualan di luar. Gubernur DKI Jakarta dan wakilnya optimistis hal itu terwujud.

Sumber : http://megapolitan.kompas.com/read/2013/08/13/0643347/Semua.Senang.Lihat.Tanah.Abang

Senin, 12 Agustus 2013

BPBD DKI: Banjir dan Kebakaran Warnai Lebaran di Jakarta

Liputan6.com, Jakarta : Di tengah kegembiraan merayakan Idul Fitri 1434 Hijriah, warga Ibukota dilanda musibah banjir dan kebakaran di sejumlah wilayah di Jakarta. Badan Penanggulangan Bencana DKI Data DKI Jakarta merangkum bencana yang terjadi pada masa liburan panjang dan cuti bersama Lebaran mulai 3-10 Agustus 2013.

Demikian pernyataan tertulis Kepala Seksi Informatika, BPBD DKI, Bambang Surya Putra yang diterima Liputan6.com di Jakarta, Minggu (11/8/2013).

Bambang menuturkan banjir di Jakarta dimulai dari tingginya curah hujan pada 3 - 4 Agustus 2013 di Selatan Jakarta yaitu pada kawasan tangkapan air (catchment area) pada hulu sungai Ciliwung sehingga mengakibatkan banjir 1 meter lebih. Banjir itu meliputi Kampung Melayu (47 RT), Bidara Cina (20 RT), Cililitan (2 RT), Cawang (28 RT) dan Bukit Duri (2 RT).

"Namun, warga masih dapat bertahan di rumahnya masing-masing dan tidak dilaporkan terdapat pengungsi," imbuh Bambang.

Pada 7 Agustus 2013, Bambang menambahkan, Posko Dinas PU melaporkan terjadi peningkatan tinggi muka air pada beberapa pintu air akibat tingginya curah hujan yaitu Pesanggrahan mencapai 300 cm (siaga 2) dan Depok (siaga 3). Lalu, diikut juga oleh Kali Krukut (siaga 3) dan Angke (siaga 3). Kondisi tersebut menimbulkan genangan banjir yang cukup tinggi yaitu:

1. Kp. Melayu ketinggian banjir 30–300 cm, 53 RT tergenang, 7.728 warga terdampak, 136 orang terpaksa mengungsi di Masjid Attawabin
2. Bidara Cina banjir setinggi 50–150 cm, 20 RT tergenang, 2.182 warga terdampak, pengungsi tidak ada.
3. Pondok Pinang banjir setinggi 20–250 cm , 2 RT tergenang, 597 warga terdampak, 100 orang mengungsi.
4, Pondok Labu banjir sekitar 30–100 cm, 1 RT tergenang, 230 warga terdampak, dan tidak ada pengungsi.
5. Ulujami banjir setinggi 50–200 cm, 5 RT tergenang, 2.931 warga terdampak, 400 orang mengungsu di Sasana Krida
6. Bintaro banjir sekitar 50–100 cm, 20 RT tergenang, 2.873 warga terdampak dam 200 orang mengungsi di Posko RW12 & Masjid Al Mariyah

Banjir tersebut yang terjadi mulai 7 Agustus itu berangsur surut seluruhnya 10 Agustus 2013 lalu. 1 Korban M Nafisumur (38) meninggal dunia dan ditemukan di Kali Krukut.

"Keluarga korban telah diberikan santunan dari Dinas Sosial DKI Jakarta. Jadi total warga yang terdampak banjir 16.541 orang dengan jumlah pengungsi sebanyak 836 jiwa," kata Bambang.

Kebakaran

Bambang menambahkan Kebakaran juga kerap terjadi mulai 3-11 Agustus 2013 dan telah terjadi 28 kali kebakaran. Menimbulkan 4 orang korban jiwa antara lain 3 orang meninggal pada kebakaran di Jalan Tanah Koja, Jakut, pada 8 Agustus 2013 yaitu Dina Yulianti (12), MohFadli (10), dan Doni (4).

"Sedangkan 1 orang, yakni Bapak Abuna meninggal akibat serangan jantung saat kebakaran di Jalan Sinar Budi Jembatan 2m Jakarta Utara.
Adapun korban luka ringan akibat terbakar sebanyak 4 orang," jelas Bambang.

Ia menambahkan kebakaran tersebut mengakibatkan 152 bangunan terbakar , 121 KK atau sebanyak 509 jiwa kehilangan tempat tinggal. Bantuan yang hingga saat ini masih dibutuhkan adalah pakaian seragam sekolah dan buku-buku pelajaran. Hal tersebut telah dikoordinasikan dengan Dinas Sosial dan Dinas Pendidikan.

Namun, jika ada warga masyarakat yang bersimpati dapat menyampaikan bantuan langsung kepada korban," imbuh Bambang.

Dari data kebakaran yang ada, Bambang menjelaskan sebanyak 92,86% kebakaran disebabkan korsleting listrik, 3.57% diakibatkan api rokok, dan 3.57% diakibatkan oleh tabung gas yang meledak.

Sumber : http://news.liputan6.com/read/662749/bpbd-dki-banjir-dan-kebakaran-warnai-lebaran-di-jakarta

Rabu, 07 Agustus 2013

H-2 Lebaran, Kemacetan di Jakarta Turun 50%

Jakarta - Sejumlah ruas jalan di Jakarta pada H-2 menjelang Lebaran mulai lengang akibat sebagian besar warga Ibukota telah cuti dan mudik ke kampung halaman. Warga diimbau tetap berhati-hati dalam berkendara.

Wakil Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya, AKBP Sambodo Purnomo, mengatakan kemacetan hingga hari ini berkurang sampai 50 persen dibanding hari biasa.

"Saat ini kemacetan di Jakarta memang berkurang drastis, sekitar 50 persen. Ini akibat warga Jakarta sudah mudik dan libur," ujar Sambodo, Selasa (6/8).

Dikatakan Sambodo, jalan protokol maupun arteri nampak lengang. Kondisi arus lalu lintas cenderung ramai lancar. "Jarak tempuh pun menjadi berkurang. Kalau sebelumnya bisa berjam-jam, saat ini hanya hitungan menit," tambahnya.

Ia melanjutkan, kendati jalanan sudah mulai sepi dari pengendara, namun masyarakat diimbau agar tetap berhati-hati dan tidak memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi agar terhindar dari kecelakaan.

"Meski jalanan sepi, tapi diimbau warga tidak ngebut karena bisa saja terjadi kecelakaan. Selalu berhati-hati, utamakan keselamatan dan jadi pelopor keselamatan berlalulintas," katanya.

Menurut Sambodo, walau pun jalanan sudah lengang, namun Ditlantas Polda Metro Jaya tak menurunkan jumlah anggota di lapangan.

"Jumlah anggota di lapangan tidak berkurang. Tiap hari ada 600 anggota Polantas yang diploting untuk mengatur lalin," tandasnya.

Penulis: Bayu Marhaenjati/AF

Sumber:
http://www.beritasatu.com/aktualitas/130318-h2-lebaran-kemacetan-di-jakarta-turun-50.html

Selasa, 06 Agustus 2013

40 Menit dengan Jokowi

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh Ahmad Syafii Maarif

Pada 1 Agustus 2013, antara pukul 13.15 dan 13.45, memang benar Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) berkunjung ke Maarif Institute (MI) di kawasan Tebet, Jakarta, menemui saya dan teman-teman MI. Tidak ada agenda khusus yang dirancang untuk pertemuan itu, sekalipun media suka berspekulasi tentang itu. Maklumlah Jokowi yang sekarang sedang berada di atas angin di balantara perpolitikan Indonesia, pasti dikejar ke manapun dia bergerak. Apa pun yang diucapkannya, pasti dikutip. Mantan Wali Kota Solo ini dalam Pemilukada DKI pada 20 Oktober 2012 telah memenangkan pertarungan bergensi itu secara fenomenal, padahal pencalonannya hanya didukung oleh PDI-P dibantu Gerindra.

Pertemuan di MI ini diatur oleh Fajar Riza Ul Haq, direkturnya, yang sebelumnya telah diterima Jokowi di kantor Gubernur DKI. Untuk apa bertemu? Tidak ada agenda politik penting yang ingin dibicarakan. Saya hanya ingin bertanya tentang DKI yang sarat masalah itu: macet, banjir, premanisme, dan kantong-kantong kemiskinan di kawasan kumuh. Dengan bahasa datar yang optimistis Jokowi telah menjelaskan semuanya itu. Inilah kalimatnya, “Untuk mengatasi masalah DKI, dana tersedia dan masalahnya jelas. Jadi bisa diselesaikan, sekalipun akan memakan waktu sekitar 10 tahun.”

Lalu saya tanyakan, apakah selama ini dana tidak ada dan masalahnya tidak jelas. Dijawab, “Kemauan untuk mengatasi masalah DKI yang tidak ada.” Tetapi untuk mengatasi banjir di ibu kota, wewenang utamanya ada pada pemerintah pusat, tidak hanya pada DKI. Dulu DKI yang dinilai tidak responsif, sekarang yang berlaku sebaliknya, pemerintah pusat yang tidak serius, kata Jokowi. Sebagai orang luar, kita tidak tahu, mana yang benar. Pada saat DKI telah membuka diri dengan lebar, semestinya pemerintah pusat cepat merundingkan untuk mengatasi masalah banjir yang akut ini dengan Jokowi. Bagi saya yang sekali-sekali tinggal di Jakarta merasakan betul betapa ganasnya banjir itu.

Karena sejak 2003 sudah menjadi anggota Akademi Jakarta (AJ) yang berkantor di sebuah ruangan kecil di Taman Ismail Marzuki (TIM), tentu masalah ini saya singgung juga. Jokowi malah mengatakan bahwa TIM akan direnovasi secara besar-besaran dan akan rampung tahun 2014. Tempat parkir akan dirancang di bawah tanah. Mendengar rencana ini, saya langsung mengatakan, “Pak Jokowi adalah Ali Sadikin kedua.”

Sebab, yang membangun TIM di abad yang lalu adalah Ali Sadikin saat menjabat gubernur DKI. Para penggantinya yang berdatangan kemudian tidak begitu hirau dengan nasib TIM, termasuk dalam memelihara Dokumen Sastra H.B. Jassin yang bernilai sangat tinggi itu. Jokowi tampaknya paham betul apa makna kehadiran TIM bagi DKI khususnya, dan bagi Indonesia pada umumnya.

Dengan renovasi TIM di tangan Jokowi, para seniman dan budayawan Ibu Kota tentu akan bergairah kembali menjadikan pusat kegiatan kebudayaan yang sudah sangat populer ini untuk meragakan segala kemampuan kreatif mereka. TIM harus diminati kembali oleh para seniman dan masyarakat luas. Mengucurkan APBD DKI secara wajar bukan sebuah pemborosan, tetapi untuk menunjukkan bahwa birokrasi itu memerlukan seni. Tanpa seni, birokrasi dan sistem kekuasaan apa pun akan sangat kering dan membosankan, seperti yang terjadi selama ini, tidak saja untuk DKI, tetapi berlaku secara merata di seluruh Tanah Air.

Akhirnya, kedatangan Jokowi ke MI tidak ada kaitannya dengan Pilpres 2014, sebagaimana yang diduga oleh sebagian media, seperti terbaca pada judul ini: “Ada Apa di Balik Pertemuan Jokowi dan Syafii Maarif?” Tetapi, segala gerak-gerik Jokowi untuk beberapa bulan yang akan datang pasti akan menyedot perhatian publik pada saat kesederhanaan dan keluguan para elite telah lama absen dalam kultur politik Indonesia.

Redaktur : M Irwan Ariefyanto

Sumber:
http://www.republika.co.id/berita/kolom/resonansi/13/08/05/mr2h05-40-menit-dengan-jokowi

Senin, 05 Agustus 2013

Enaknya Jakarta Lengang...

JAKARTA, KOMPAS.com - Kondisi Jakarta di Senin (5/8/2013) ini sangat jauh berbeda apabila dibandingkan dengan Senin-Senin biasanya. Kondisi lalu lintas Jakarta yang biasanya macet dan tak beraturan, tidak tampak di Ibu Kota pagi ini.

Beberapa wilayah yang menjadi langganan macet pun tampak hanya dilintasi oleh beberapa kendaraan roda empat, roda dua, dan transportasi umum lainnya. Dari pantauan Kompas.com,dari arah Kebon Jeruk menuju Daan Mogot, Jakarta Barat, yang biasanya pada pukul 07.00 sudah tampak antrean mobil yang mengular, kondisi tersebut tidak tampak di pagi ini. Dari Kebon Jeruk menuju Daan Mogot melalui Jalan S Parman hanya ditempuh sekitar kurang lebih tujuh menit.

Kemudian, memutar dari Daan Mogot menuju arah Slipi, lalu lintas terpantau lancar. Asap-asap polusi akibat bus kota dan bajaj yang menyesakkan tidak mengepul di Jakarta pagi ini. FlyoverTomang-Slipi pun terpantau lancar.

Polisi yang biasanya sibuk bersiaga di tengah jalan mengatur lalu lintas kawasan Harmoni, pun tak tampak. Para polisi itu lebih memilih untuk bersantai di dalam pos polisi, karena lengangnya kawasan itu. Hanya butuh sekitar sepuluh menit untuk menempuh dari Harmoni hingga Menteng Jakarta Pusat.

Berdasarkan akun twitter @TMCPoldaMetro, Tol Tomang arah Pluit ramai lancar, begitu pula sebaliknya. Tol Cawang-Bandara juga terpantau lengang, dan Bunderan Senayan arah Bunderan Hotel Indonesia dan sebaliknya juga terpantau lengang.

Lengangnya Jakarta ini karena Senin ini merupakan hari pertama cuti bersama Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk hari raya Idul Fitri. Selain itu, sebagian warga juga telah memilih untuk pulang ke kampung halaman mereka untuk melaksanakan mudik. Cuti bersama ini, mulai dari 5-7 Agustus 2013. Selama libur cuti bersama, kawasan pengendalian three in one tidak diberlakukan.

Editor : Ana Shofiana Syatiri

Sumber:
http://megapolitan.kompas.com/read/2013/08/05/1010058/Enaknya.Jakarta.Lengang.

Jumat, 02 Agustus 2013

"Railbus" Jokowi dan Penyerobotan Jalur "Busway"

JAKARTA, KOMPAS.com — Hanya dalam tempo tiga hari kemarin, yakni tepatnya dari Selasa (30/7/2013) hingga Kamis (1/8/2013), ada tiga pengendara mobil yang memaksa masuk ke jalur transjakarta.

Ketiganya ialah Febrian Suhartoni, mahasiswa pengendara mobil Honda Jazz B 1011 UKF, yang berulah dengan mengaku anak jenderal untuk dibukakan portal di jalur busway Koridor II, tepatnya di Jalan Galur, Senen, Jakarta Pusat, Selasa (30/7/2013) pagi.

Setelah itu, Basaria Sirait, seorang ibu rumah tangga penumpang Suzuki Ertiga B 1497 TZW, yang membuka portal busway Koridor XI, tepatnya di dekat halte Imigrasi, Jakarta Timur, Kamis (1/8/2013) pagi.

Terakhir, pengemudi Toyota Land Cruiser B 85 RKM yang memaksa masuk jalur busway Koridor VI, tepatnya di Jalan Warung Jati Barat, tak jauh dari halte Pejaten Philips, Kamis sore kemarin. Untuk kasus terakhir, pengemudi yang belum diketahui identitasnya itu bahkan sempat memukul seorang petugas transjakarta bernama Ferry.

Terlepas tiga pengendara yang "kepergok" dan akhirnya masuk pemberitaan tersebut, sebenarnya masih banyak pengendara-pengendara lain yang menggunakan jalur yang semestinya hanya diperuntukkan untuk bus transjakarta ini. Padahal, dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum, dalam Bab II Pasal 2 Nomor 7, telah ditegaskan bahwa kendaraan bermotor roda dua atau lebih dilarang memasuki jalur busway.

Jalur tak steril, penumpang transjakarta menurun

Dalam peringatan ulang tahun ke-9 transjakarta pada 15 Januari 2013 yang lalu, diungkapkan bahwa terjadi penurunan penumpang transjakarta selama tahun 2012 dibanding tahun sebelumnya. Penumpang transjakarta berkurang hingga 3 persen dari sebanyak 114.783.842 orang pada 2011 menjadi 111.251.868 orang pada 2012.

Dalam data yang dikeluarkan oleh Institute For Transportation and Development Policy (ITDP) itu, pihak transjakarta mengakui bahwa harapan untuk menciptakan sarana transportasi massal yang aman, nyaman, dan cepat belum sepenuhnya dapat terpenuhi. Salah satu penghambat peningkatan kualitas pelayanan ialah tentu saja tidak sterilnya jalur busway, selain masih terbatasnya stasiun pengisian BBG dan kurangnya unit transjakarta.

Menurut ITDP, tidak sterilnya jalur busway menyebabkan jarak kedatangan antarbus di halte menjadi lama karena perjalanan bus terhambat oleh kendaraan lain. Ketika bus sampai di halte, penumpang telah menumpuk dan desak-desakan pun tak dapat dihindari.

Selain itu, terlambatnya bus tiba di halte juga menyebabkan penumpang terlambat ke tempat tujuan. Faktor inilah yang menurut ITDP membuat penumpang transjakarta menjadi tak nyaman karena tujuan melayani penumpang secara cepat dan nyaman menjadi berantakan. Akhirnya, penumpang transjakarta meninggalkan layanan bus rapid transit pertama di Indonesia tersebut dan berpindah ke kendaraan pribadi. Akibatnya, jumlah pengguna kendaraan pribadi masih tetap tinggi dan jalanan Jakarta tetap macet.

Rencana "railbus" Jokowi

Saat masih dalam masa kampanye Pilkada 2012 yang lalu, Jokowi sempat menyampaikan ide untuk mengganti jalur busway dengan railbus. Menurutnya, railbus dapat memecahkan segala permasalahan yang dialami oleh transjakarta, terutama erat kaitannya dengan jalur tak steril dan lamanya jarak waktu kedatangan antarbus.

"Untuk koridor-koridor padat yang padat penumpang, saya punya gagasan untuk mengubahnya menjadi railbus. Nanti kalau diganti railbus, headway-nya akan semakin cepat. Jadi, tak perlu menunggu lama," katanya saat berkunjung ke redaksi Kompas.com, Sabtu (31/3/2012), tahun lalu.

Ketika ditanyai mengenai kesulitan pemasangan rel di jalur bus transjakarta, Jokowi mengungkapkan bahwa pemasangan rel di jalur busway yang memiliki koridor padat ini tidak akan memakan waktu lama. "Pasang rel itu tidak terlalu susah. Siapa bilang enggak bisa? Ini sudah pernah saya lakukan di Solo dan bisa," ungkapnya.

Di akhir kepemimpinannya sebagai Wali Kota Solo, tepatnya sebelum terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta, Jokowi memang sempat meluncurkan railbus Batara Kresna pada Agustus 2012. Kereta yang memiliki rute Sukoharja-Yogyakarta ini melintasi Kota Solo.

Di kota itu, railbus melintasi jalan-jalan utama di Kota Solo, seperti Jalan Slamet Riyadi, Taman Sriwedari, Ngarsopuro, dan melintas di atas Sungai Bengawan Solo. Namun, railbus Jokowi di Solo yang berkapasitas 234 orang ini statusnya hanya sebagai angkutan wisata, bukan angkutan untuk transportasi massal. Oleh sebab itu, jumlahnya hanya satu unit.

Terkait rencana railbus di Jakarta, sampai akhirnya terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta, sampai saat ini, Jokowi sendiri belum pernah menyatakan apakah rencananya terkait railbus tersebut masih akan dilanjutkan atau tidak. Dengan fenomena jalur busway yang masih tak kunjung steril itu, masih adakah niat Jokowi untuk melanjutkan ide railbus di Jakarta?

Sumber : http://megapolitan.kompas.com/read/2013/08/02/0732443/Railbus.Jokowi.dan.Penyerobotan.Jalur.Busway

Kamis, 01 Agustus 2013

"Macet, Kita Muter di Sini Saja Ya, Neng"

JAKARTA, KOMPAS.com — Hari raya Idul Fitri tinggal sepekan. Suasana di Pasar Tanah Abang semakin ramai. Rekayasa lalu lintas pun hampir tak berdampak mengurai kemacetan.

Salah satu ruas jalan menuju Tanah Abang, Jalan KS Tubun, terpantau hampir tak bergerak. Antrean mobil mengular sampai hampir perempatan Slipi Jaya.

Aswin, salah seorang sopir M09 jurusan Tanah Abang-Kebayoran Lama, mengatakan, sudah sepekan terakhir kemacetan menuju Tanah Abang kian menjadi.

"Karena dipalangin mobilnya jadi antre. Kan tadinya bisa belok kanan," kata Aswin, Jakarta, Rabu (31/7/2013).

Sebelum ada rekayasa lalu lintas, Aswin bisa melintasi trayeknya 10 kali (rit) dalam sehari. Namun, setelah diterapkan rekayasa lalu lintas sekitar sepekan terakhir, ia mengaku hanya bisa melintasi trayek sebanyak empat atau bahkan tiga rit dalam sehari.

Akibatnya, omzet tarikan berkurang meski tarif angkutan naik. Tarif angkutan untuk jenis seperti M09 saat ini Rp 4.000 per orang, atau mengalami kenaikan Rp 1.000 dari tarif semula.

Aswin mengatakan, kemacetan seperti ini sudah sepekan terakhir dirasakannya. Kemacetan tidak begitu parah pada pagi hari, kata dia lagi, karena ada petugas yang berjaga.

"Kalau udah begini, ditinggalin. Jadi macet. Banyak juga yang tersendat dari Karet," lanjut Aswin.

Tak dijaganya ruas jalan menuju Tanah Abang memang tak berdampak langsung pada antrean kendaraan yang masuk. Namun, kata Aswin, karena tidak dijaga itu membuat banyak parkir liar.

"Macet-macet, kita muter di sini saja ya, Neng," kata Aswin.

Dalam tempo sejam, mobil M09 yang dikemudikan Aswin hanya sampai di Jalan KS Tubun, di depan kantor Indonesia Power. Pria asal Purwokerto itu pun langsung memutar balik mobilnya, kembali menuju Kebayoran Lama.

Tak hanya mobil Aswin, setidaknya ada tiga mobil yang memilih berputar balik dalam waktu hampir bersamaan, tak sabar menghadapi kemacetan yang menggila.

"Kalau mau Lebaran macet banget. Jalurnya ada yang ditutup," kata salah seorang penumpang M09, yang ikut turun bersama Kompas.com. Hingga pukul 11.30, kemacetan belum juga terurai.

Sumber : http://megapolitan.kompas.com/read/2013/07/31/1140563/.Macet.Kita.Muter.di.Sini.Saja.Ya.Neng