Jumat, 28 Juni 2013

Basuki: Proyek MRT Diulur, Jakarta Akan Tertinggal

BERITAJAKARTA.COM — 27-06-2013 09:24
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki T Purnama menegaskan, proyek pembangunan transportasi massal Mass Rapid Transit (MRT) tetap akan dimulai pada tahun 2013. Meski begitu, pro dan kontra pembangunan proyek ini masih muncul di tengah-tengah masyarakat.

"Kalau mulai tahun ini, Oktober kita laksanakan ground breaking. Waktu kami (Jokowi-Ahok) memimpin Jakarta tinggal empat tahun. Artinya, MRT belum selesai, kami sudah harus ikut Pemilukada lagi. Kalau mau ikut lagi tahun 2017, itu risikonya kami tidak dipilih orang lagi karena kemacetan akan menggila," ujar Basuki, Kamis (27/6).

Selama empat tahun ke depan, lanjut Basuki, warga Jakarta akan mengutuk kepemimpinan Jokowi-Basuki akibat kemacetan lalu lintas seiring berlangsungnya pembangunan MRT. "Kira-kira begitu. Jadi kalau diulur-ulur lagi, Jakarta akan tertinggal. Sehingga diputuskan lebih baik tidak terpilih kembali asal kami bisa meletakkan dasar yang benar untuk Jakarta Baru," katanya.

Selama ini, kata Basuki, pihaknya banyak belajar dan meminta masukan dari Duta Besar Singapura terkait pembangunan MRT. Sebab, Singapura dinilai berhasil dalam membangun dan menerapkan moda transportasi berbasis rel tersebut.

Dikatakan Basuki, awalnya Singapura juga mengalami kendala serupa dengan Pemprov DKI Jakarta saat hendak memulai pembangunan MRT. "Kita harus belajar dari Singapura yang telah memulai pembangunan MRT pada tahun 1982. Saat itu, banyak kajian yang menyatakan MRT tidak boleh dibangun di Singapura. Tapi, untungnya seorang menteri meminta kajian konsultan lain dan diputuskan untuk membangun MRT. Nah lihat hari ini, masyarakat Singapura menikmati MRT," ucap Basuki.

Dari hasil diskusi bersama Dubes Singapura, Basuki semakin yakin, setiap usaha baru pasti akan menemui hambatan dan perlawanan. "Banyak orang tidak visioner di zona nyaman yang akan menentang upaya kami. Pembangunan MRT tidak mulai-mulai karena dipolitisir," tandasnya.

Sumber : http://www.beritajakarta.com/2008/id/berita_detail.asp?idwil=0&nNewsId=54996

Kamis, 27 Juni 2013

Berseri "Wajah" Waduk Pluit Kini...

JAKARTA, KOMPAS.com - Enam bulan lalu, Waduk Pluit tak ubahnya tempat sampah raksasa. Sampah mengalir bersama banjir yang merendam ibu kota Jakarta pada Januari 2013. Kini, separuh "wajahnya" berseri seiring dengan hadirnya pohon-pohon baru di lahan yang sebelumnya disesaki pendatang dan bangunan liar itu.

Sejumlah pekerja menegakkan pohon di sisi barat Waduk Pluit di tepian Jalan Pluit Timur Raya Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (25/6). Pohon-pohon pindahan dari sejumlah lokasi pembibitan, seperti Cengkareng, Jakarta Barat, itu ditanam dan ditopang bambu atau kayu.

Bibit pohon yang ditanam rata-rata bertinggi 3 meter. Ada lebih dari 12 jenis pohon, semuanya khas pesisir, seperti pohon anggur laut (Coccoloba uvifera), kalpataru/keben (Barringtonia asiatica), trembesi (Samanea saman), dan ficus daun kecil (Ficus lyrata). Ada pula pohon jati (Tectona grandis) yang berjejer dan tumbuh lebih dari tiga tahun dengan tinggi tak kurang dari 5 meter.

Pohon baru ditanam dengan jarak khusus dan kedalaman lubang beragam. Selang-seling bersisian dengan beton selebar 3,5 meter yang dibangun khusus untuk jalan inspeksi.

Beberapa pekerja menyiram pohon itu dengan selang dan mobil tangki. Sebagian mengeruk endapan, menumpuknya di sisi luar, dan menguatkan tanggul dengan alat berat.

Kamis pekan lalu, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo juga menanam salah satu bibit pohon. Hadir pula Direktur Utama PT Jakarta Propertindo Budi Karya Sumadi, Kepala Polres Metro Jakarta Utara Komisaris Besar Mohammad Iqbal, unsur pemimpin daerah, serta warga di sekitar Waduk Pluit.

Sampra Daeng Ngale, tokoh yang mewakili warga, menilai kawasan Waduk Pluit berubah drastis dalam enam bulan ini.

Jokowi menyampaikan terima kasih kepada warga yang telah mendukung pemerintah menata kawasan. ”Perencanaan sudah komplet. Fungsi waduk akan dikembalikan sebagai penampung air, sekaligus taman dan hutan kota. PT Jakarta Propertindo yang akan melaksanakannya,” ujarnya.

Budi menyebutkan sekitar 200 pohon telah ditanam. Menurut rencana, kawasan seluas 10 hektar itu akan ditanami 1.000 pohon. Pinggiran waduk akan ditata menjadi hutan kota dan ruang publik. Selain itu, sekitar 4 hektar di antaranya juga akan dibangun instalasi pengolah limbah cair dan pengolah air laut menjadi air bersih. Anggarannya diperkirakan mencapai Rp 15 miliar.

”Kalangan swasta terlibat dalam pembangunan ini. Mereka menyumbang pohon atau sarana lain sesuai rancangan. Banyak pihak ikut andil,” kata Budi. Selain Waduk Pluit, lanjut Budi, PT Jakarta Propertindo juga akan menata kawasan Waduk Ria Rio di Jakarta Timur. Penataan kedua waduk diharapkan telah terlihat ”bentuknya” setidaknya akhir tahun ini.

Sumber : http://megapolitan.kompas.com/read/2013/06/26/0942216/Berseri.Wajah.Waduk.Pluit.Kini

Rabu, 26 Juni 2013

Tarif Angkutan Umum Ekonomi di Jakarta Naik Rp 500-Rp 1.000

JAKARTA, KOMPAS.com — Tarif angkutan umum di Jakarta disepakati naik Rp 500 sampai Rp 1.000 dari tarif semula. Perkecualian berlaku untuk bus transjakarta. Kenaikan tarif ini merupakan kesepakatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Organisasi Angkutan Daerah DKI Jakarta, dan Dewan Transportasi Kota Jakarta, menyusul kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

"Selanjutnya, usulan kesepakatan besaran kenaikan ini akan kami ajukan ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta untuk memperoleh persetujuan," kata Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo di Balaikota, Jakarta Pusat, Selasa (25/6/2013). Besaran kenaikan tarif angkutan umum ini hanya diperuntukkan bagi angkutan ekonomi.

Selain besaran kenaikan tarif, sambung Jokowi, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga akan mengajukan penghapusan retribusi uji KIR atau uji kelaikan, masuk terminal, dan izin trayek. "Tiga hal tersebut akan kami ajukan juga ke DPRD DKI sehingga nantinya tidak memberatkan masyarakat sebagai pengguna angkutan umum dan pengusaha bus transportasi sebagai penyedia jasa angkutan umum," ujar Jokowi.

Sementara itu, Jokowi mengungkapkan terkait besaran kenaikan tarif angkutan umum non-ekonomi diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar. "Angkutan umum non-ekonomi, kami serahkan kepada mekanisme pasar. Kami tidak akan ikut campur dalam menentukan besarannya. Semuanya terserah pasar," ungkap Jokowi.

Di sisi lain, terkait imbauan dari pemerintah pusat untuk tidak menaikkan tarif lebih dari 20 persen, menurut Jokowi, rasio penggunaan BBM di Ibu Kota dan di daerah lain berbeda-beda. "Di Ibu Kota, rasio penggunaan BBM jauh lebih besar dibandingkan dengan daerah-daerah lain. Kalau di Ibu Kota, cenderung lebih boros karena jalanan sering macet. Jadi, hitungannya pasti berbeda," tambah Jokowi.

Rincian kenaikan tarif ini adalah bus kecil dari semula Rp 2.500 menjadi Rp 3.000, sementara bus ukuran sedang dari semula Rp 2.000 menjadi Rp 2.500. Adapun bus besar dari semula tarifnya adalah Rp 2.000 naik menjadi Rp 3.000.

Perlakuan khusus berlaku untuk bus transjakarta. Tarif bus dengan jalur khusus ini semula Rp 3.500 naik menjadi Rp 5.000.

Sumber : http://megapolitan.kompas.com/read/2013/06/26/0458315/Tarif.Angkutan.Umum.Ekonomi.di.Jakarta.Naik.Rp.500.-.Rp.1.000

Selasa, 25 Juni 2013

Fakta Unik tentang Jakarta

Citizen6, Jakarta: Coba tanyakan ini pada diri kita, apakah sebagai orang yang memang penduduk asli Jakarta atau yang memang berasal dari luar Jakarta namun lahir, besar, dan mencari nafkah di kota megapolitan ini mengetahui tentang fakta-fakta sejarah ibukota tercinta ini?

Mungkin saja, ada dari sebagian kita yang memang mengetahui tentang sejarah Jakarta. Namun bagi saya atau Anda yang memang bukan asli Jakarta, masalah kemacetan, panas, banjir, sampah, yang selalu menjadi pekerjaan pemerintah setempat setiap tahunnya, itulah yang menjadi gambaran kita semua mengenai ibukota Indonesia ini.

Namun nyatanya, masih ada fakta-fakta menarik lainnya yang mungkin belum kita ketahui bersama tentang ibukota Jakarta tercinta ini, di antaranya adalah:

1. Jakarta pernah berganti nama sampai 13 kali.
Berawal dari sebuah pelabuhan kecil bernama Sunda Kelapa, lalu berubah nama menjadi Jayakarta. Kemudian pada saat pemerintahan Belanda, ibukota ini mengganti namanya dengan Sta Batavia yang berubah lagi menjadi Gemeente Batavia pada 1905.

Pada masa pendudukan Jepang 8 Agustus1942, nama Batavia diubah menjadi Jakarta Toko Betsu Shi. Namun setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu, Kota Jakarta menjadi Pemerintah Nasional Kota Jakarta.

Di masa pemerintahan NICA, Jakarta kembali berubah nama menjadi Stad Gemeente Batavia. Baru genap sebulan, tepatnya pada 24 Maret 1950 menjadi Kota Praja Jakarta. Setelah kedudukan Jakarta dinyatakan sebagai daerah swatantra, maka pada 18 Januari 1958 dinamakan Kota Praja Djakarta Raya. Lalu di tahun 1961 dibentuklah Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya.

2.Maskot Jakarta, Elang Bondol atau ulung-ung dan salak.
Elang Bondol dan salak condet dijadikan maskot Jakarta pada tahun 1989. Patung ini bisa dilihat di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

3. Jakarta tempo dulu masih banyak dijumpai tanah lapang yang luas.
Antara lain ada Lapangan Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas. Selain itu Jakarta dulunya masih dipenuhi dengan hutan-hutan kota yang menyejukan.

4. Ketika mulai dijajah oleh Belanda, kota ini mulai maju.
Setelah Indonesia merdeka pada 1945, berbagai patung mulai menghiasi Kota Jakarta. Sebut saja Patung Selamat Datang, Patung Dirgantara, Patung Pancoran, Monas, dan lain-lain. Dari semua patung-patung ini, apakah kita tahu kalau bentuk lidah api Monas adalah bentuk sosok perempuan yang bersimpuh menghadap Jakarta? Satu fakta penting lainnya yang perlu kita ketahui, Patung Pancoran atau Patung Dirgantara yang pembuatannya dikerjakan oeh Edhi Sunarso konon mengarah ke Uni Sovyet. Ada yang beranggapan patung ini mengarah ke utara karena Bung Karno lebih berkiblat ke Uni Soviet daripada Amerika Serikat.

5. Filosofi Roti Buaya
Roti buaya yang biasanya dipakai sebagai simbol pada pernikahan mereka warga asli Jakarta merupakan simbol kesetiaan.

6. Jakarta mempunyai 47 Museum
Kemungkinan Jakarta adalah kota yang memiliki jumlah museum terbanyak di dunia. Sedikitnya ada 47 museum yang tersebar diseluruh ibukota Jakarta. Ada banyak manfaat ketika kita mengunjungi museum. Tidak hanya sebagai bahan pembelajaran para siswa, museum juga dapat berfungsi sebagai tempat menambah wawasan pengetahuan.

Sumber : http://news.liputan6.com/read/621306/fakta-unik-tentang-jakarta

Senin, 24 Juni 2013

Macet 'Gila' di Perayaan Ulang Tahun Jakarta

TEMPO.CO, Jakarta -DKI Jakarta merayakan hari ulang tahun ke-486 Sabtu, 22 Juni 2013. Untuk merayakan ulang tahun Jakarta, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menggelar pesta rakyat dengan tajuk Malam Muda-Mudi. Konsepnya sama seperti saat perayaan tahun baru 2013, Jakarta Night Festival.

Panggung hiburan disediakan sepanjang Jalan MH Thamrin hingga Jenderal Sudirman. Sementara agenda utama digelar di Silang Monas. Acara puncak yang dibuka dengan pemotongan tumpeng raksasa setinggi 4,86 meter ini sangat mengundang keinginan masyarakat. Buktinya, "macetnya gila," kata Wahyu, seorang pengendara sepeda motor.

Wahyu merupakan satu dari ribuan orang yang memang ingin menikmati malam muda-mudi ini. Dia membawa seorang anaknya beserta istri dari rumahnya di Kali Malang.

Apa yang dikatakan Wahyu agaknya mewakili ribuan orang lainnya. Kemacetan memang merata, bahkan dari arah simpang Tugu Tani, termasuk Cikini Raya ke Stasiun Gambir pun macet total. Akibatnya kendaraan dari arah Kebon Sirih berhenti.

Hampir selama 30 menit kendaraan tidak bergerak sama sekali. Sekalinya bergerak pun ibarat memindahkan posisi roda belakang motor ke depan. Tempo menyaksikan banyak pemotor yang akhirnya sengaja mematikan mesin.

Bahkan Wahyu memilih banting setir ke arah rumah makan cepat saji. "Kasian anak capek, mau bagimana lagi," katanya. Dia pun mengaku harus mengubur niat merasakan jadi muda-mudi lagi.

Dalam akun twitternya TMC Polda Metro Jaya menyebutkan beberapa titik macet akibat kegiatan yang dipusatkan di Bundaran HI dan Monas ini. Tercatat kawasan arteri Semanggi padat.

Selain itu daerah Pasar Baru hingga Jalan Veteran juga ramai. Arah Kwitang ke Pasar Senen pun terpantau padat di kedua arah.

Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2013/06/22/083490428/Macet-Gila-di-Perayaan-Ulang-Tahun-Jakarta

Jumat, 21 Juni 2013

Ahok Janji Busway Melintas Tiap 3 Menit

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menjanjikan bahwa Transjakarta akan melintasi jalur busway tiap tiga menit. Hal tersebut sebagai syarat ideal layanan angkutan publik di kota besar seperti Jakarta. Saat ini, selain armada bus jalur khusus masih kurang dan rutenya juga sering dilanda kemacetan. "Karena macet, bus tidak lewat setiap tiga menit sekali. Bagaimana tidak kalau macet? kata dia, Kamis, 20 Juni 2013.

Basuki menyatakan, dari tahun ke tahun pengguna angkutan Transjakarta cenderung menurun. Mereka kesal karena jarak antarbus terlalu lama. "Mereka pilih naik motor." Untuk merealisasikan janjinya, DKI siap mendatangkan 684 bus gandeng untuk Transjakarta. Total bus yang akan beroperasi nantinya berjumlah 1.353 unit.

"Bus yang lama akan diperbaiki dan digunakan pada malam hari," ujarnya. Ia ingin Jakarta memiliki angkutan publik yang beroperasi 24 jam. "Kalau malam mungkin jarak antar busnya sekitar setengah jam, tapi ada terus," ujarnya.

Saat ini Transjakarta hanya beroperasi sejak pukul 05.30 WIB hingga 23.00 WIB. Bulan depan, Basuki berharap layanan 24 jam bisa dimulai. Namun, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono menyatakan realisasi secara utuh baru bisa berlaku paling cepat akhir tahun mendatang. "Akhir tahun ini atau awal tahun depan," ujarnya.

Cara lain yang dicanangkan Basuki untuk memperbaiki layanan angkutan publik adalah dengan mengintegrasikan bus-bus non-Transjakarta di jalur Transjakarta. Supaya bisa melintas di jalur steril, angkutan seperti Metro Mini dan Kopaja, pemiliknya harus melakukan revitalisasi armada. Jika sudah memenuhi syarat secara fisik, barulah bisa mengaet penumpang dari shelter Transjakarta.

Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2013/06/20/083489793/Janji-Ahok-Busway-Melintas-Tiap-3-Menit

Kamis, 20 Juni 2013

No sweat in Jakarta's 'macet'

ENDLESS TRAFFIC: Despite the gridlock, life goes on in this ever busy city

TRAFFIC jams are synonymous with Jakarta, Indonesia's capital. Locally termed macet, it is among the first encounters that leave a lasting impression on visitors as they move around the metropolitan city of more than 10 million people.

The number of vehicles on the highways, streets and even back alleys would leave many shaking their heads in wonder, but what is even more fascinating is how the people go about their daily affairs without batting an eyelid, despite the gridlock.

Unlike other metropolitan cities, which see a gridlock only during the morning and evening peak hours, Jakarta's macet lasts a whole day. It starts as early as 6am and continues until 11pm daily. The situation eases somewhat during the weekends.

About the only time the city is devoid of cars is during the annual Hari Raya Aidilfitri exodus, when most make their way home to the provinces.

Despite the presence of the Jakarta Inner Ring Road Expressway to ease commuters entering the city centre, the macet remains a part and parcel of daily travel. Buses, private vehicles and taxis add to the endless sea of vehicles clogging the streets of Jakarta.

The infamous macet, has, however, seen the authorities and individuals coming up with innovative ways of daily travel.

In 2011, the Transjakarta Busway was introduced to speed up public transportation and enable commuters to get to their destination fast via dedicated bus lanes, which connect the city centre to the outer regions such as Tangerang, Bekasi, Depok, Bojonggede, Bogor and Serpong.

Bajaj, or the three-wheeled Indonesian version of Thailand's tuk-tuk, is another way of getting around in Jakarta.

But one of the fastest ways to move around Jakarta is via the ojek, or motorcycle-taxi. Travelling in a four- or three-wheeled vehicle from Jakarta to the east, west, south, north and central would take between two and three hours, but with the ojek, which speedily weaves in and around the vehicles and gets one to his destination in almost half the time.

The gridlock has also seen numerous entrepreneurs taking to the street selling their wares at strategic junctions of the city. One does not have to leave the comfort of one's vehicle as the traders manoeuvre Jakarta's maze of streets.

Out of the blue, a trader will weave in an out of the stagnant traffic selling bottles of mineral water, toys, magazines, books, snacks and even inflatable beds -- meaning you can get everything while being stranded in Jakarta's macet.

Besides the traders, you also see get to see the handicapped literally using their "arms and limbs", or lack of them, to earn a living on the busy streets.

Then, there are the "traffic coordinators", who suddenly turn up at crucial junctions to "direct" the traffic flow. As soon as they are done, they approach a motorist, with their palms up, for a token.

For Jakarta and its citizens, necessity is the mother of invention, for they have managed to create a life despite the complexities of modern life.

Sumber : http://www.nst.com.my/opinion/columnist/no-sweat-in-jakarta-s-macet-1.303614

Rabu, 19 Juni 2013

Kawasan Kumuh Akan Dijadikan Rusun dan Ruang Terbuka Hijau

Jakarta - Untuk mengurangi kepadatan penduduk di kawasan kumuh, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan mengubah kawasan kumuh dengan membangun rumah susun (rusun) dan ruang terbuka hijau.

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, penataan kepadatan penduduk di kawasan kumuh sedang dilakukan. Rencananya, rumah-rumah yang tidak layak huni akan dibongkar, diganti dengan pembangunan rusun yang menjadi kewajiban 20 persen pengembang.

“Kawasan kumuh harus digantikan dengan rusun. Sehingga warga memiliki rumah yang layak huni. Tidak berupa gubuk reot lagi,” kata Ahok, sapaan akrab Basuki di Balai Kota DKI, Jakarta, Selasa (18/6).

Selain mengubahnya menjadi lahan untuk rusun, lanjutnya, kawasan kumuh juga akan diubah menjadi lebih hijau. Sekitar 40 hingga 60 persen dari kawasan kumuh akan disulap menjadi taman interaktif atau ruang terbuka hijau.

“Kita akan bangun sekitar 40 hingga 60 persen jadi setengah RTH, setengah jadi taman. Jadi di rusun itu nanti ada taman atau RTH. Sehingga tampak lebih hijau, indah dan segar,” ujarnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta menyebutkan, jumlah rumah kumuh di ibu kota mengalami penurunan hingga 25 persen. Saat ini terdapat 309 RW kumuh di Jakarta. Sebelumnya, pada 2008, BPS mencatat 415 rumah kumuh.

Guna mendata rumah kumuh, BPS Jakarta mengukur sejumlah hal. Di antaranya indikator kerawanan terhadap kebakaran dan banjir, kondisi saluran air, kepadatan penduduk, penangkutan sampah, serta banyaknya genangan air.

Hasil penelitian tersebut turut pula menilai bahwa wilayah Jakarta Utara, merupakan kawasan paling kumuh. Di kawasan itu tercatat sebanyak 96 RW rumah kumuh.

Sedangkan penataan kawasan kumuh di DKI Jakarta akan dilakukan Pemprov terhadap 360 kampung secara bertahap. Rencananya setiap tahun ada 100 kampung yang akan ditata dengan anggaran per kampung sebesar Rp 30 miliar-Rp 50 miliar.

Dalam penataan kawasan kampung dalam kawasan kumuh, masing-masing kampung akan mempunyai tematik tersendiri, sesuai dengan kekuatan lokalnya. Misalnya, seperti di Rawajati, Jaksel, akan dijadikan kampung herbal, karena di sana banyak sekali pengusaha herbal.

Lalu, akan dibangun kampung protein di Tegal Parang, sebab di kawasan tersebut terdapat industri tempe dan tahu. Selanjutnya, akan dibangun kampung platform atau kampung panggung di Manggarai, kampung shopping di Poncol, kampung kampus di Tomang, kampung backpacker di Kebon Sirih, kampung tekstil di Kebon Kacang, kampung ikan di Penjaringan, dan Kampung CBD di Tanah Abang.

Seluruh kampung tersebut akan ditata lengkap dengan ruang terbuka hijau (RTH), perpustakaan dan drainase air yang baik sehingga perkampungan yang kumuh dapat tertata lebih baik, lebih manusiawi, dan layak huni.

Sumber : http://www.beritasatu.com/aktualitas/120479-kawasan-kumuh-akan-dijadikan-rusun-dan-ruang-terbuka-hijau.html

Selasa, 18 Juni 2013

Kemacetan di Daerah Pengitar Jakarta Makin Parah

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah polisi lalu lintas yang bertugas di beberapa titik macet di Jakarta mengaku jengah dengan kemacetan yang sulit terurai setiap hari. "Makin sini rasanya makin macet," ujar Briptu Makmun, petugas Polsek Tebet, kala ditemui Tempo di simpang Pancoran, Jakarta Selatan, Sabtu, 15 Juni 2013.

Ia mengaku kemacetan yang terjadi pada jam pulang kantor ke arah daerah-daerah pengitar Jakarta sudah amat parah. "Habis jalan (raya) segini-segini saja, tapi mobil rasanya tambah banyak," ujarnya.

Polisi pun bekerja ekstra untuk mengurai kemacetan di simpang Pancoran, yang merupakan salah satu simpul kemacetan di Jakarta Selatan. Ke arah selatan, macet tersendat di Jalan Raya Pasar Minggu, menampung kendaraan yang hendak pulang ke arah Depok. Ke arah timur, macet di Jalan Gatot Soebroto menampung kendaraan pulang ke arah Bekasi.

"Tapi yang ke kota (Kuningan) juga masih banyak pas sore hari, jadi mobil datang dari segala arah," ujar Makmun. Akibatnya, macet pada sore hari di Tugu Pancoran bisa bertahan beberapa jam. Bahkan, pada hari-hari sibuk, ke arah Bekasi, kemacetan bisa terjadi hingga tengah malam.

Makmun berharap ada kerja sama yang lebih nyata antara polisi dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Kepada Gubernur Joko Widodo, ia menaruh harap agar bisa menekan laju kendaraan di Jakarta. Misalnya dengan kebijakan pembatasan kendaraan dengan pelat ganjil dan genap. Sebab, aturan itu dianggap efektif untuk menyapu 50 persen jumlah kendaraan di Jakarta, meski nantinya merepotkan polisi dalam pengawasannya. (Baca: Urai Macet, Contra Flow Paling Efektif)

"Kami mending repot melihat pelat, daripada mengatur mobil banyak sekali," ujarnya. Soalnya, dibanding sejumlah program lain yang pernah diajukan Jokowi, seperti penambahan armada kendaraan umum, mega-proyek monorel dan MRT, pembatasan aturan kendaraanlah yang dianggapnya paling memungkinkan segera terealisasi.

Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2013/06/17/083488753/Kemacetan-di-Daerah-Pengitar-Jakarta-Makin-Parah

Senin, 17 Juni 2013

Jepang & AS Lebih Banyak Mobil Pribadi, Tapi Kenapa Tidak Macet?

Liputan6.com, Jakarta : Meningkatnya jumlah mobil di Indonesia terutama Jakarta dituding sebagai penyebab utama macet parahnya di jalanan. Benarkah kemacetan terjadi karena jumlah mobil di Indonesia sudah kebanyakan?

Pelaksana Tugas (Plt) Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro membantah bila meningkatnya jumlah kendaraan roda empat sebagai penyebab kemacetan di Jakarta.

"Jangan kontradiktifkan jumlah mobil dengan kemacetan di Jakarta, tapi harusnya antara kemacetan dengan trafik. Karena jumlah mobil itu per kapita," tegas dia di Jakarta, seperti ditulis Sabtu (15/6/2013).

Jumlah mobil di Indonesia, lanjut Bambang, masih terbilang sedikit dibandingkan dengan Amerika Serikat (AS) dan Jepang apabila dihitung dari jumlah mobil per kapita.

"AS dan Jepang itu jumlah mobil per kapitanya jauh lebih besar dari Indonesia. Tapi kenapa dua negara itu tidak semacet Indonesia? Ya karena transportasi publiknya bagus. Pakai mobil terus menerus kan karena masyarakat tidak ada pilihan," tukasnya.

Karena trasportasi publik yang memadai itulah, menurut Bambang, masyarakat Jepang dan AS punya pilihan untuk berkendaraan selain mobil pribadi. Hal tersebut tidak terjadi di Indonesia, yang mana transportasi publik sangat sedikit dan tidak nyaman.

Berdasarkan data Ward's, AS memiliki jumlah mobil terbanyak di dunia sebanyak 239,8 juta unit pada tahun 2010. Tingkat kepemilikan kendaraan per kapita di AS juga yang tertinggi di dunia, yaitu 769 kendaraan per 1000 orang, sehingga satu mobil untuk setiap 1,3 orang.

Sementara Jepang mempunyai 73,9 juta unit kendaraan pada tahun 2010, dan menjadi pasar kendaraan terbesar kedua di dunia sampai tahun 2009.

Sedangkan di Indonesia, sejak Januari sampai April 2012 ini, kendaraan yang membebani jalanan Jakarta sudah mencapai 13,35 juta kendaraan terdiri dari motor 9,86 juta unit, mobil 2,54 juta unit, mobil beban 581,29 ribu unit, dan bus 363,71 unit.

Sumber : http://bisnis.liputan6.com/read/614030/jepang-as-lebih-banyak-mobil-pribadi-tapi-kenapa-tidak-macet

Jumat, 14 Juni 2013

Tempat Pembuangan Sampah Masih Ditemukan di Ciliwung

Rendahnya tingkat kesadaran warga dalam membuang sampah, membuat masih ditemukannya tempat pembuangan sampah (TPS) di bantaran Kali Ciliwung. Lokasi pembuangan sampah itu antara lain dapat dengan mudah ditemui di aliran Kali Ciliwung dari Tanjungbarat hingga wilayah Pasarminggu. Bahkan di salah satu titik yakni di RW 09 Pejatentimur terlihat jelas tebing aliran Kali Ciliwung yang dipenuhi sampah.

Kepala Sudin Kebersihan Jakarta Selatan, Zaenal Syarifudin mengatakan, lokasi tersebut memang sudah lama dijadikan tempat pembuangan sampah (TPS) oleh warga. Meski begitu, kata Zaenal, pihaknya mengaku telah berusaha maksimal dalam penanganan sampah.

"Kita secara rutin setiap hari mengangkut sampah dari wilayah itu dengan truk dan gerobak motor. Tapi kendalanya itu, jalannya kecil sehingga sulit sehingga tidak maksimal dalam pengangkutannya," ujar Zaenal, Kamis (13/6).

Untuk itu, Zaenal berharap, agar warga dan petugas kebersihanlah mau membawa sampah di lokasi pembuangan sampah RW 09 Pejatentimur ke Jl Poltangan Raya agar dapat diangkut menggunakan truk besar. "Selama ini warga tidak mau karena alasannya jauh. Jadi agak dilema juga mengatasinya," keluh Zaenal.

Lurah Pejatentimur, Fuad membenarkan jika lahan yang langsung menyambung ke Kali Ciliwung itu dijadikan tempat pembuangan sampah warga. Menurutnya tidak ada lagi lahan yang bisa dipergunakan untuk menampung sampah. "Sudah ada pembicaraan dengan ahli waris tanah itu, dan mereka mau jika Dinas Kebersihan membebaskan lahannya untuk TPS. Ada 1.200 meter persegi yang saat ini menjadi TPS," tambahnya.

Diakui Fuad, kalau sampai lahan tersebut dibebaskan memang akan ada masalah lain. Lebar jalan yang kurang, akan menyulitkan truk-truk pengangkut sampah melaluinya. "Kendalanya akses jalan susah. Ya mungkin nanti kalau jadi dibebaskan, Dinas Kebersihan bisa sekalian jalannya diperlebar untuk kepentingan warga," tandasnya.

Sumber : http://www.beritajakarta.com/2008/id/berita_detail.asp?idwil=1&nNewsId=54811

Kamis, 13 Juni 2013

MRT buatan Wijaya Karya, 30 meter di bawah tanah dan anti banjir

Rencana pembangunan mass rapid transportasi (MRT) Jakarta saat ini terus dimatangkan. Salah satu perusahaan yang ikut membangun yaitu PT Wijaya Karya mengklaim paling siap menjalankan proyek sistem transportasi ini. Wika mendapat jatah untuk membangun MRT dari Senayan hingga Dukuh Atas.

Corporate Secretary Wika, Natal Argawan mengatakan jalur yang dibuat pihaknya adalah jalur di bawah tanah atau underground dengan kedalaman mencapai 30 meter.

"Kita underground dari Senayan sampai Bendungan Hilir itu sekitar 1,8 kilometer ada stasiun di Senayan dan Istora depan stadion," jelas Natal ketika berbincang dengan wartawan di Jakarta, Rabu (12/6).

Selanjutnya adalah dari Bendungan Hilir menuju ke Senayan dengan panjang jalur sekitar 2 km. Di jalur ini akan ada dua stasiun yaitu di Bendungan Hilir dan Setia Budi. Semua jalur berada di bawah tanah. Meskipun berada di bawah tanah, pihaknya menjamin tidak akan kebanjiran.

"Bornya tidak terlihat dan bornya berjalan di bawah tanah. Dalamnya lebih dari 30 meter, di bawah itu kan bebatuan, pasti ada caranya. Pada waktu di bor akan membentuk tunnel besar dua jalur atau twin tunnel. Ini di bawah gorong-gorong dan tidak akan banjir," jelasnya.

Sebelumnya, Wika yang ikut dalam proyek pembangunan MRT akan melakukan ground breaking pembangunan MRT pada ulang tahun Jakarta. Ground breaking yang dimaksud adalah pengesahan secara ceremonial dan belum mulai bekerja. "MRT kita sekarang dalam tahap ground breaking. Pemberi kerja mengharapkan, ada keinginan Gubernur DKI Joko Widodo untuk disamakan nanti dengan ulang tahun jakarta. Juni ini perkiraan," katanya.

Sumber : http://www.merdeka.com/uang/mrt-buatan-wijaya-karya-30-meter-di-bawah-tanah-dan-anti-banjir.html

Rabu, 12 Juni 2013

Tempat Pembuangan Sampah akan dibangun di tiap RW di Jakarta

Dinas Kebersihan DKI Jakarta akan membuat Tempat Pembuangan Sampah (TPS) sementara ramah lingkungan yang memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI). Hal ini dilakukan menyusul perolehan penghargaan Adipura oleh Pemprov DKI Jakarta.

TPS tersebut akan melengkapi seluruh Rukun Warga (RW) yang ada di Jakarta. Saat ini, hanya terdapat 191 TPS di seluruh wilayah Jakarta. Sementara total jumlah RW di Jakarta mencapai 2.706 RW.

"Idealnya di satu RW tersedia satu TPS ramah lingkungan berstandar SNI. TPS tersebut dilengkapi green belt dan buffer zone dengan taman aromatik penyerap bau, seperti bambu, cendana dan melati," ujar Kepala Dinas Kebersihan Unu Nurdin di Balai Kota Jakarta, Selasa (11/6).

Hal ini dilakukan untuk mempertahankan Piala Adipura yang telah diraih tiga kotamadya. Prestasi ini merupakan hasil jerih payah seluruh komponen masyarakat dan aparat mulai dari tingkat kelurahan, kecamatan hingga kota administrasi.

"Prestasi ini, merupakan kebanggaan bagi seluruh masyarakat Jakarta, karena telah berhasil menjaga kebersihan dan keindahan lingkungannya," jelasnya.

Menurutnya, Adipura sebenarnya hanya sasaran antara, karena yang terpenting adalah bagaimana meningkatkan kesadaran dari masyarakat dan menumbuhkan budaya hidup bersih dan sehat.

"Jangan ada lagi yang membuang sampah sembarangan, seperti ke kali dan saluran air karena dapat merusak lingkungan dan mengakibatkan banjir," jelasnya.

Pakar Persampahan dari Indonesia Solid Waste Association (INSWA) Sri Bebassari mengatakan penyediaan TPS di dalam kota Jakarta merupakan kebutuhan mutlak dalam sistem pengelolaan sampah. Fasilitas pengolahan sampah pun sebaiknya juga ada di dalam kota Jakarta.

"Jakarta harus memiliki WC sampah di dalam kota, tidak hanya WC di kampung tetangga," kata Sri yang dijuluki Ratu Sampah ini.

Sumber : http://www.merdeka.com/jakarta/tempat-pembuangan-sampah-akan-dibangun-di-tiap-rw-di-jakarta.html

Selasa, 11 Juni 2013

Dishub DKI: Zonasi Sekolah Kurangi Kemacetan

REPUBLIKA.CO.ID, KEBON SIRIH -- Sistem zonasi sekolah yang akan diterapkan oleh Dinas Pendidikan melalui pendaftaran sekolah diharapkan dapat mengurangi kemacetan. Selama ini, banyak peserta didik yang bersekolah jauh dari rumahnya.

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono mengatakan selama ini salah satu penyebab kemacetan di DKI Jakarta adalah banyaknya kendaraan pribadi milik siswa yang memenuhi jalan. Dengan jarak antara rumah dan sekolah yang cukup jauh membuat mereka mengharuskan menggunakan kendaraan agar tidak terlambat.

"Saya rasa sistem zonasi tersebut nantinya akan signifikan membantu mengurangi kemacetan," ujarnya di Balai Kota, Selasa (11/6). Nantinya, mereka yang tinggal di Jakarta Barat akan tetap bersekolah di Jakarta Barat.

Mereka tidak perlu lagi menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil untuk mencapai sekolahnya. Namun Pristono belum dapat menyebutkan persentase berkurangnya kemacetan dari sistem zonasi ini.

Saat ini Pristono belum menghitung berapa persen sistem tersebut akan mengurangi kemacetan. "Zonasi bisa bersifat mutlak, anak sekolah dapat berperan penting dalam mengurangi kemacetan," ujarnya.

Pristono juga menyarankan ke depannya orang bekerja juga memakai sistem zonasi. "Sehingga mereka yang bekerja di wilayah Jakarta juga tinggal di Jakarta," kata Pristono.

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/13/06/11/mo7ano-dishub-dki-zonasi-sekolah-kurangi-kemacetan

Senin, 10 Juni 2013

240 Pedagang Kerak Telor Banjir Rejeki di Jakarta Fair 2013

Metrotvnews.com: Jakarta Fair 2013 yang berlangsung di Arena Pekan Raya Jakarta, Kemayoran, Jakarta Pusat mulai 6 Juni hingga 7 Juli menyajikan berbagai kuliner khas nusantara. Salah satu ciri khas yang selalu ada tiap tahunnya adalah makanan khas betawi, yaitu kerak telor. Di sini, pengunjung dapat menemui para pedagang kerak telor lengkap dengan tungku dan gerobak yang unik.

Tak tanggung-tanggung, panitia Jakarta Fair mendatangkan lebih dari 240 pedagang kerak telor dari seluruh penjuru DKI Jakarta. Seperti jagoan silat yang keluar kandangnya, para pedagang kerak telor ini mengeluarkan jurus ampuhnya lewat bahan-bahan khas yang mampu menggoyang lidah penikmat kerak telor.

Mereka tersebar di area Gambir Expo, selasar Hall E, di depan Hall B-3, Hall C-3, di sisi utara Hall D-3, seputar danau Gambir Expo. Pintu F, pintu 2B, dan masih banyak lagi. Setiap hari pada jam buka Jakarta Fair pukul 15.30-23.00 WIB, para pedagang kerak telor ini dikerubuti pengunjung yang ingin menikmati jajanan khas betawi ini.

Mulai langka
Maklum, kerak telor amat sulit dijumpai di hari biasa. Sehingga, momen Jakarta Fair menjadi paling pas untuk berburu kerak telor.

Oman, salah satu pedagang kerak telor di depan Hall E, kerak telor saat ini hanya bias ditemui dalam ajang-ajang tertentu seperti pernikahan, ulang tahun, dan hari besar. “Makanan ini tidak bisa ditemui setiap hari,” tutur Oman, Sabtu (8/6).

Menurut pria yang telah berdagang kerak telor selama lebih dari 20 tahun itu, ajang Jakarta Fair menjadi pintu rezeki bagi dirinya. Pada pembukaan Jakarta Fair pada Kamis (6/6) lalu, dia mendapatkan omzet sebesar Rp3,4 juta. Dia menjual kerak telor biasa seharga Rp15 ribu dan kerak telor special seharga Rp30 ribu.

Lain lagi dengan Kosasih. Pemuda tamatan SMK Penerbangan ini telah tujuh tahun berjualan kerak telor. Dia berjualan di seputar panggung Gambir Expo, bergantian dengan saudaranya menjaga stan. “Saya gentian dengan adik,” ujarnya seraya menyebutkan harga kerak telor dagangannya Rp15 ribu.

Kosasih tidak menampik ada suka duka dan untung rugi dalam berjualan usaha ini. Namun, yang jelas, selama tiga hari pembukaan Jakarta Fair, dirinya mendapatkan pemasukan yang lumayan besar, tanpa mau menyebutkan nominalnya secara pasti. “Hari pertama dan hari kedua di atas Rp3 juta,” ucapnya riang.

Direktur Marketing PT Jakarta International Expo Ralph Scheunemann menjelaskan panitia Jakarta Fair mengundang lebih dari 240 pedagang kerak telor. Mereka dibagi ke dalam tiga shift, di mana masing-masing shift berjualan selama 10 hari. “Terdapat lebih 80 titik lokasi yang diperuntukkan bagi pedagang kerak telor yang tergolong usaha kecil-mikro ini,” pungkasnya

Sumber : http://www.metrotvnews.com/lifestyle/read/2013/06/09/470/159974/240-Pedagang-Kerak-Telor-Banjir-Rejeki-di-Jakarta-Fair-2013

Jumat, 07 Juni 2013

Warga Betawi: Jokowi-Ahok Kembalikan PRJ ke Sejarah

JAKARTA, KOMPAS.com — Meski baru sebatas wacana, pemindahan Pekan Raya Jakarta (PRJ) dari Kemayoran ke area Monumen Nasional oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta disambut baik oleh warga, khusus masyarakat Betawi.

Adji Virdian (24), warga Betawi yang tinggal di Lenteng Agung, Jakarta Selatan, mengatakan, dirinya setuju jika PRJ dipindahkan ke Monas. Menurut dia, jika hal itu terjadi, Gubernur DKI Joko Widodo dan Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama menghargai sejarah HUT Jakarta.

"Kan, memang sejarahnya pertama kali PRJ itu di Monas. Diadakan di sana karena Monas, kan, ikon Jakarta. Makanya setuju banget mau diadain di Monas lagi," ujar pria yang bekerja di perusahaan konstruksi ini, Kamis (6/6/2013) siang.

Adji mengakui gelaran PRJ pada tahun-tahun terakhir sangat jauh dari roh HUT Jakarta terdahulu. Produk-produk berbasis masyarakat serta kesenian Betawi bergeser ke pinggir dan diganti dengan beragam stan industri raksasa. Pasar rakyat akhirnya berubah menjadi pasar modern.

"Kalau di Monas, kan, lebih kelihatan PRJ-nya daripada di Kemayoran yang lebih kelihatan pameran hanya untuk kalangan high class-nya. Lihat saja tiket masuknya yang Rp 35.000," ujar Adji.

Tidak hanya Adji, hal senada diungkapkan warga Betawi lainnya, Asrul Hasanudin (28). Pria yang tinggal di kawasan Batuampar, Condet, itu mengaku pasti turut dalam kemeriahan PRJ jika diselenggarakan di Monas. Menurut Asrul, suasana PRJ bisa membawa dirinya ke masa kecilnya.

"Gua ke PRJ Kemayoran cuma dua kali, tapi dulu gua lebih sering ke PRJ Monas waktu kecil sama bokap gua. Pasti berasa nostalgialah. Apalagi kalau tiket masuknya gratis," ujarnya semringah.

Ia berharap Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bisa menghidupkan kembali roh yang telah lama sirna dari HUT Jakarta. Karakter Betawi yang menjelma dalam PRJ di Monas itu, lanjut Asrul, menjadi semangat baru bagi warga Jakarta demi membangun Jakarta yang diidam-idamkan.

Wacana perpindahan PRJ dari area Kemayoran ke pelataran Monas diwacanakan Pemprov DKI, beberapa waktu lalu. Pemprov DKI melihat PRJ kehilangan roh karakter Betawi atas keberadaan stan-stan industri raksasa, menggeser produk kebudayaan Betawi. Pemprov DKI melihat perlu digelar HUT Jakarta yang memiliki ciri Betawi.

Sumber : http://megapolitan.kompas.com/read/2013/06/06/18574873/Warga.Betawi..JokowiAhok.Kembalikan.PRJ.ke.Sejarah

Rabu, 05 Juni 2013

Waduk Pluit Berubah, Masih Ada Warga Nekat Mematok Lahan

JAKARTA, KOMPAS.com - Penataan Waduk Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, menunjukkan kemajuan. Di sisi barat waduk hampir sebagian besar bangunan yang ada sudah dibongkar. Aktivitas pengerukan lumpur terus berjalan di area waduk, sementara jalan inspeksi di sekitar waduk mulai bisa dipakai.

”Bisa dilihat, selalu ada perkembangan proyek normalisasi. Pekerjaan perlu dipantau terus. Ini yang disebut manajemen kontrol,” kata Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, Senin (3/6/2013), saat mengunjungi Waduk Pluit, Jakarta Utara.

Gubernur Jokowi tetap dengan tekadnya mengembalikan fungsi waduk sebagai kawasan resapan air. Tidak hanya itu, normalisasi waduk bisa dipakai untuk keperluan wisata. ”Kedalaman waduk akan kami kembalikan 10 sampai 15 meter,” katanya.

Untuk mempercepat pengerjaan tersebut, Pemprov DKI Jakarta berencana menambah alat berat. Alat itu untuk mengangkat timbunan sampah dan lumpur yang membuat waduk jadi dangkal. ”Keberadaan waduk ini akan sia-sia jika dibiarkan saja,” kata Jokowi.

Saat ini jalan inspeksi di sepanjang bibir waduk sudah membentang sepanjang 700 meter dari target sementara ini 2 kilometer. Jalan tersebut dibuat dengan konstruksi beton yang dikerjakan satu bulan lalu. Kawasan waduk mulai dari sisi selatan hingga barat juga lebih tampak terbuka jika dilihat dari Jalan Pluit Timur Raya dibanding sebelumnya yang dipenuhi hunian warga penggarap.

Setiap hari, tak kurang dari 80 personel kepolisian menjaga area itu. Mereka mendirikan posko keamanan di sisi barat dan selatan waduk.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Alat dan Perbekalan Sisca Herawati mengatakan, pengerukan waduk masih menggunakan dana dari tanggung jawab sosial perusahaan. ”Dana dari Dinas Pekerjaan Umum belum dipakai. Kami baru akan membuka lelang proyek setelah perubahan anggaran pendapatan dan belanja daerah,” kata Sisca

Tetap bertahan

Warga di area waduk yang belum direlokasi masih bertahan di tempat itu. Berdasarkan pengamatan Kompas di kampung Taman Burung yang berada di sisi barat waduk, sebagian warga tetap membangun rumah. Beberapa warga malah menunjukkan patok-patok dari bambu yang menjadi pembatas lahan yang akan digarap warga pendatang.

”Kalau memang tanah ini mau digusur, mengapa masih ada orang yang berani matok-matok lahan di sini. Ke mana orang pemerintahnya,” kata seorang warga yang enggan menyebutkan nama untuk menghindari konflik dengan sesama warga.

Rianto (40), warga Taman Burung yang sudah lebih dulu direlokasi ke Rusunawa Marunda, juga mengatakan hal serupa. Menurut dia, ada saja warga yang terus berusaha mengokupasi lahan di kawasan waduk yang belum dibebaskan pemerintah.

Camat Penjaringan Rusdiyanto mengaku, pihaknya sudah rutin menertibkan warga yang masih tetap berusaha mematok-matok lahan di kawasan waduk yang belum dibebaskan.

”Sudah setiap minggu kami keliling waduk membersihkan patok-patok yang dibuat warga untuk membatasi lahan. Namun ya seperti itu, warga tetap tidak peduli,” katanya.

Menurut Rusdiyanto, sesuai arahan Jokowi, agar aparat pemerintah tidak bosan menertibkan warga yang membandel.

”Makanya, setiap minggu kami selalu kontrol kawasan waduk,” katanya.

Sumber : http://megapolitan.kompas.com/read/2013/06/04/09131267/Waduk.Pluit.Berubah..Masih.Ada.Warga.Nekat.Mematok.Lahan

Selasa, 04 Juni 2013

Jakarta Bebas Macet Jika Punya 20 Ribu Bus Transjakarta

Liputan6.com, Jakarta : Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menyebutkan, dengan jumlah penduduk saat ini, Jakarta membutuhkan 15 ribu-20 ribu bus Transjakarta supaya bisa bebas dari kemacetan.

"Jumlah bus yang dibeli kurang seimbang dengan berapa jumlah bus yang dibutuhkan. Sekarang masih sortage sekitar 600 bus. Kita butuh 15 ribu-20 ribu bus baru untuk mengembalikan kondisi Jakarta," ungkap Ketua Umum MTI, Danang Parikesit dalam keterangan tertulisnya, Senin (3/6/2013)

Danang menjelaskan, hal itu akan bisa terwujud jika Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta konsisten dengan pengadaan 1.000 bus setiap tahun demi mengurangi kemacetan akibat pertambahan jumlah penduduk Jakarta setiap tahunnya.

"Caranya mungkin dengan pemerintah mengadakan 1.000 bis setiap tahunnya, termasuk misal dengan pengadaan new generation seperti bus listrik," imbuhnya.

Meski ke depan Jakarta akan dipenuhi dengan moda transportasi yang berbasis rel seperti monorel dan Mass Rapid Transit (MRT), namun MTI menilai sebagian warga jakarta akan tetap menggunakan bus sebagai sarana transportasinya.

"Sebanyak 40% penduduk tetap akan menggunakan bus, meskipun target penumpang MRT ke depan mengangkut sekitar 400 ribu-500 ribu per hari," ungkap pria yang juga menjadi Guru Besar Transportasi Universita Gadjah Mada (UGM) itu.

Tak hanya penambahan bus, fasilitas pendukung seperti halte dan jalan juga harus ditambah. Pemprov Jakarta saat ini sedang mengembangkan busway dengan rencana penambahan koridor dan merencanakan rekonstruksi halte busway sehingga dapat menampung minimal dua bus gandeng dalam setiap pemberhentian.

:Hal ini ditargetkan akan selasai di 2015,"ujar Danang. (Yas/Ndw)

Sumber : http://bisnis.liputan6.com/read/602909/jakarta-bebas-macet-jika-punya-20-ribu-bus-transjakarta

Senin, 03 Juni 2013

Banjir Jakarta, Salahkan Pemerintah atau Kantong Plastik?

JAKARTA, KOMPAS.com — Tidak dapat dimungkiri, salah satu penyebab utama banjir besar yang sempat melanda Jakarta pada Januari 2013 adalah menumpuknya sampah-sampah di sejumlah sungai di Jakarta. Di antara sampah-sampah itu, kantong plastik merupakan sampah yang jumlahnya paling banyak dibanding sampah lain.

"Kantong plastik adalah sampah yang paling berbahaya karena dapat mengikat sampah-sampah yang lain. Kantong plastik sulit dikontrol karena selain jumlahnya banyak, juga ringan dan mudah bergerak terbawa angin, pada akhirnya menyumbat selokan, sungai, dan juga mencemari laut," kata kata Arief Aziz, co-founder Change.org dalam diskusi "Menuju Jakarta Diet Kantong Plastik" pada Kamis (30/5/2013).

Indonesia merupakan negara dengan penggunaan kantong plastik tinggi, yakni sekitar 100 miliar kantong plastik setiap tahun. Artinya, setiap individu menghasilkan 700 lembar kantong plastik setiap tahun. Padahal, kantong plastik meninggalkan jejak ekologis yang dapat bertahan lama yang berkontribusi merusak lingkungan.

Oleh karena itu, digagaslah petisi Pay for Plastic dan Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP). Setelah membaca sejumlah komentar dari warga di sejumlah pemberitaan saat banjir besar melanda Jakarta pada Januari lalu, Tiza Mafira selaku penggagas petisi Pay for Plastic beserta rekan-rekannya tergerak untuk menyatakan bahwa pemerintah tidak serta-merta dapat dipersalahkan sebagai penyebab banjir. Menurut Tiza, kesadaran masyarakat juga dibutuhkan untuk mencari penyebab banjir itu.

"Lihat di pemberitaan, banyak yang marah-marah. Kenapa pemerintah yang disalahkan saat justru masyarakat yang banyak menggunakan kantong plastik?" ujar Tiza dalam diskusi tersebut.

Arief menambahkan, berdasarkan penelitian Badan Pemngawas Obat dan Makanan, kantong plastik khususnya yang berwarna hitam mengandung racun-racun yang sangat berbahaya apabila terkena makanan. "Sudah seharusnya kantong plastik tidak digunakan untuk makanan. Itulah kenapa sekarang muncul banyak penyakit, seperti kanker, karena racun juga makin banyak, terutama juga pembakaran sampah kantong plastik yang dapat menyebabkan ISPA," kata Arief.

Melalui GIDKP, para aktivis itu mengajak masyarakat agar menggalakkan kembali membawa tas sendiri saat pergi berbelanja. Dengan begitu, penggunaan kantong plastik dapat secara perlahan berkurang.

GIDKP dibentuk pada awal 2013 oleh sejumlah komunitas, organisasi, maupun individu yang aktif bergerak di bidang penyelamatan lingkungan. Pembentuknya antara lain Change.org, Ciliwung Institute, Earth Hour Indonesia, Greeneration Indonesia, LeafPlus, Plastik Detox, Si Dalang ID, The Body Shop Indonesia, dan sejumlah individu lain.

Berbekal keprihatinan akan semakin marak dan bergantungnya masyarakat akan kantong plastik menyebabkan munculnya suatu kebiasaan buruk. Apalagi siklus penggunaan kantong plastik terlalu cepat, yakni sekali pakai. Setelah habis digunakan dan dibuang, butuh waktu ratusan tahun untuk mengurainya.

Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-486 Jakarta, GIDKP mengajak masyarakat agar lebih bijak dalam penggunaan kantong plastik melalui petisi "Satu Bulan Tanpa Kantong Plastik". Untuk mewujudkan itu, GIDKP meminta kepada pemerintah Provinsi DKI Jakarta agar mengeluarkan surat imbauan kepada sejumlah pengelola acara yang berpotensi terjadinya pemborosan kantong plastik, seperti Jakarta Great Sale, Jakarnaval, dan Jakarta Fair, agar tidak mudah memberikan kantong plastik kepada masyarakat.

Sumber : http://megapolitan.kompas.com/read/2013/05/31/18434793/Banjir.Jakarta.Salahkan.Pemerintah.atau.Kantong.Plastik