Senin, 03 Juni 2013

Banjir Jakarta, Salahkan Pemerintah atau Kantong Plastik?

JAKARTA, KOMPAS.com — Tidak dapat dimungkiri, salah satu penyebab utama banjir besar yang sempat melanda Jakarta pada Januari 2013 adalah menumpuknya sampah-sampah di sejumlah sungai di Jakarta. Di antara sampah-sampah itu, kantong plastik merupakan sampah yang jumlahnya paling banyak dibanding sampah lain.

"Kantong plastik adalah sampah yang paling berbahaya karena dapat mengikat sampah-sampah yang lain. Kantong plastik sulit dikontrol karena selain jumlahnya banyak, juga ringan dan mudah bergerak terbawa angin, pada akhirnya menyumbat selokan, sungai, dan juga mencemari laut," kata kata Arief Aziz, co-founder Change.org dalam diskusi "Menuju Jakarta Diet Kantong Plastik" pada Kamis (30/5/2013).

Indonesia merupakan negara dengan penggunaan kantong plastik tinggi, yakni sekitar 100 miliar kantong plastik setiap tahun. Artinya, setiap individu menghasilkan 700 lembar kantong plastik setiap tahun. Padahal, kantong plastik meninggalkan jejak ekologis yang dapat bertahan lama yang berkontribusi merusak lingkungan.

Oleh karena itu, digagaslah petisi Pay for Plastic dan Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP). Setelah membaca sejumlah komentar dari warga di sejumlah pemberitaan saat banjir besar melanda Jakarta pada Januari lalu, Tiza Mafira selaku penggagas petisi Pay for Plastic beserta rekan-rekannya tergerak untuk menyatakan bahwa pemerintah tidak serta-merta dapat dipersalahkan sebagai penyebab banjir. Menurut Tiza, kesadaran masyarakat juga dibutuhkan untuk mencari penyebab banjir itu.

"Lihat di pemberitaan, banyak yang marah-marah. Kenapa pemerintah yang disalahkan saat justru masyarakat yang banyak menggunakan kantong plastik?" ujar Tiza dalam diskusi tersebut.

Arief menambahkan, berdasarkan penelitian Badan Pemngawas Obat dan Makanan, kantong plastik khususnya yang berwarna hitam mengandung racun-racun yang sangat berbahaya apabila terkena makanan. "Sudah seharusnya kantong plastik tidak digunakan untuk makanan. Itulah kenapa sekarang muncul banyak penyakit, seperti kanker, karena racun juga makin banyak, terutama juga pembakaran sampah kantong plastik yang dapat menyebabkan ISPA," kata Arief.

Melalui GIDKP, para aktivis itu mengajak masyarakat agar menggalakkan kembali membawa tas sendiri saat pergi berbelanja. Dengan begitu, penggunaan kantong plastik dapat secara perlahan berkurang.

GIDKP dibentuk pada awal 2013 oleh sejumlah komunitas, organisasi, maupun individu yang aktif bergerak di bidang penyelamatan lingkungan. Pembentuknya antara lain Change.org, Ciliwung Institute, Earth Hour Indonesia, Greeneration Indonesia, LeafPlus, Plastik Detox, Si Dalang ID, The Body Shop Indonesia, dan sejumlah individu lain.

Berbekal keprihatinan akan semakin marak dan bergantungnya masyarakat akan kantong plastik menyebabkan munculnya suatu kebiasaan buruk. Apalagi siklus penggunaan kantong plastik terlalu cepat, yakni sekali pakai. Setelah habis digunakan dan dibuang, butuh waktu ratusan tahun untuk mengurainya.

Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-486 Jakarta, GIDKP mengajak masyarakat agar lebih bijak dalam penggunaan kantong plastik melalui petisi "Satu Bulan Tanpa Kantong Plastik". Untuk mewujudkan itu, GIDKP meminta kepada pemerintah Provinsi DKI Jakarta agar mengeluarkan surat imbauan kepada sejumlah pengelola acara yang berpotensi terjadinya pemborosan kantong plastik, seperti Jakarta Great Sale, Jakarnaval, dan Jakarta Fair, agar tidak mudah memberikan kantong plastik kepada masyarakat.

Sumber : http://megapolitan.kompas.com/read/2013/05/31/18434793/Banjir.Jakarta.Salahkan.Pemerintah.atau.Kantong.Plastik
Related Posts : arief , banjir , change , diet , gidkp , individu , jakarta , kantong , masyarakat , org , pay , penggunaan , penyebab , petisi , plastic , plastik , sampah , sampah-sampah , tiza

Tidak ada komentar :

Posting Komentar